Oleh Dian Marta Wijayanti
Pada tanggal 27 Desember 2024, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, sebuah inisiatif strategis yang bertujuan untuk membentuk generasi muda Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul. Gerakan ini adalah bagian dari upaya besar menuju Indonesia Emas 2045, yang menekankan pada pembentukan karakter dan kebiasaan positif sejak dini.
Dalam perspektif pendidikan Islam, gerakan ini sangat relevan karena mencakup prinsip-prinsip dasar yang sejalan dengan ajaran Islam, serta mendukung pembentukan karakter yang berbasis pada akhlak yang baik. Karakter Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) yang mengedepankan keseimbangan antara akidah, ibadah, dan muamalah (hubungan sosial), dapat menjadi pijakan untuk menilai nilai-nilai yang terkandung dalam gerakan ini. Pertanyaannya, bagaimana Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dapat dilihat melalui kaca mata pendidikan Islam dan karakter Aswaja?
7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dan Karakter Aswaja
- Iklan -
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang telah diluncurkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menjadi sebuah inisiatif yang bertujuan untuk membentuk generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul. Gerakan ini selaras dengan nilai-nilai pendidikan Islam dan karakter Aswaja yang menekankan pada keseimbangan antara aspek ukhrawi dan duniawi.
Pertama, bangun pagi: disiplin dan berkah dalam kehidupan. Bangun pagi adalah kebiasaan pertama dalam Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Dalam ajaran Islam, bangun pagi memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memulai hari sejak fajar. Dalam hadis disebutkan, “Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka” (HR. At Tirmidzi No. 1212).. Bangun pagi tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memberikan berkah dan manfaat dalam setiap aktivitas yang dilakukan sepanjang hari.
Bagi anak-anak, kebiasaan ini juga melatih kedisiplinan, yang merupakan bagian dari karakter Aswaja. Disiplin waktu sangat penting dalam membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan teratur.
Kedua, beribadah: membangun koneksi dengan Allah. Pendidikan agama dan spiritualitas adalah landasan dalam pendidikan Islam. Kebiasaan beribadah yang diajarkan dalam gerakan ini, seperti salat subuh, zikir, dan doa, adalah cara terbaik untuk memperkuat hubungan anak-anak dengan Allah SWT. Ibadah juga mengajarkan anak-anak untuk hidup dengan niat yang baik dan membimbing mereka untuk selalu mencari ridha Allah dalam setiap tindakan mereka.
Dalam kerangka karakter Aswaja, beribadah tidak hanya dilihat sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai sarana untuk menumbuhkan ketakwaan dan pengendalian diri, serta melatih rasa syukur dan sabar.
Ketiga, berolahraga: menjaga kesehatan tubuh dan jiwa. Olahraga adalah kebiasaan yang sangat dianjurkan dalam Islam, karena tubuh yang sehat adalah amanah dari Allah SWT. Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk menjaga kesehatan tubuh melalui aktivitas fisik seperti berkuda, memanah, dan berenang. Kesehatan fisik yang baik akan menunjang daya pikir dan kemampuan anak dalam belajar.
Dari perspektif Aswaja, olahraga juga mencerminkan konsep keseimbangan antara jasmani dan rohani. Kebiasaan berolahraga mengajarkan anak untuk menjaga fisik sebagai bagian dari tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi.
Keempat, makan sehat dan bergizi: menghargai nikmat Allah. Makanan yang sehat dan bergizi adalah aspek penting dalam menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran. Islam sangat menekankan pentingnya mengonsumsi makanan yang halal dan baik. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan makanlah dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu, yang halal lagi baik.” (QS. Al-Baqarah: 168).
Kebiasaan makan sehat ini tidak hanya mendukung kesehatan tubuh, tetapi juga mengajarkan anak-anak untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan untuk menghindari perilaku berlebihan, yang bertentangan dengan ajaran Islam mengenai kesederhanaan dan pengendalian diri.
Kelima, gemar belajar: mencari ilmu sebagai jalan menuju kebaikan. Islam menempatkan pencarian ilmu sebagai suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah, No. 224). Kebiasaan gemar belajar ini sangat sejalan dengan ajaran Islam, yang mendorong umatnya untuk selalu meningkatkan pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum.
Gerakan ini mengajak anak-anak untuk mencintai proses belajar dan menemukan kebahagiaan dalam mencari ilmu, yang pada gilirannya akan membentuk karakter anak yang cerdas, bijaksana, dan memiliki wawasan luas, sesuai dengan prinsip Aswaja yang mengedepankan ilmu pengetahuan yang seimbang dan berbasis pada nilai-nilai Islam.
Keenam, bermasyarakat: berakhlak mulia dalam berinteraksi. Bermasyarakat adalah kebiasaan yang mengajarkan anak-anak untuk menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar. Islam mengajarkan pentingnya ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan antar umat manusia). Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Kebiasaan bermasyarakat mengajarkan anak untuk saling tolong-menolong, berbagi, dan hidup berdampingan dengan orang lain dalam harmoni. Dalam kerangka karakter Aswaja, hal ini mencerminkan akhlak yang baik dan sikap tawadhu, yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial yang mengedepankan kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Ketujuh, tidur cepat: mengatur waktu dengan baik. Tidur yang cukup dan berkualitas adalah bagian dari menjaga kesehatan fisik dan mental. Dalam Islam, tidur yang baik adalah bagian dari ibadah. Rasulullah SAW mengajarkan adab-adab tidur yang baik, seperti berdoa sebelum tidur dan tidur dengan posisi miring ke kanan. Tidur yang cukup membantu anak-anak untuk memiliki energi yang cukup untuk beraktivitas dan belajar keesokan harinya.
Kebiasaan tidur cepat ini juga mendidik anak untuk mengatur waktu dengan bijaksana, yang sejalan dengan prinsip Aswaja tentang pentingnya mengelola waktu dengan efektif untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan.
Implementasi
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dapat diintegrasikan dalam kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah Islam. Guru dapat memberikan contoh dan motivasi kepada siswa untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik ini dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mendukung dan membimbing anak-anak di rumah.
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat merupakan langkah yang positif dalam upaya membentuk generasi emas Indonesia yang berkarakter. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan Islam dan karakter Aswaja, gerakan ini dapat menghasilkan anak-anak yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan mental yang kuat.
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini sangat relevan dengan ajaran Islam, terutama dalam membentuk karakter anak yang berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, serta cerdas dalam ilmu pengetahuan. Melalui kebiasaan-kebiasaan ini, anak-anak Indonesia tidak hanya dibekali dengan keterampilan hidup yang baik, tetapi juga ditanamkan nilai-nilai spiritual yang menguatkan mereka untuk menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan berbudi pekerti luhur, sebagaimana yang diajarkan dalam karakter Aswaja.
Dengan demikian, Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat menjadi langkah strategis dalam mendidik generasi emas Indonesia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang dalam aspek moral dan spiritual, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, sejahtera, dan beradab di masa depan.
– Penulis adalah Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang, Juara 3 Fasilitator Terbaik Tanoto Foundation Jenjang SD/MI (2022), Juara I Kepala Sekolah Berprestasi Kota Semarang (2023), Penulis dan Sastrawan Terpilih Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah (2023), Juara II Kepala Sekolah Inovatif dan Berdedikasi PGRI Kota Semarang 2024, dan Mahasiswa Program Doktor Manajemen Kependidikan UNNES.