KAWAH SIKIDANG
kutitipkan retak bulan pada bau belerang Kawah Sikidang
asapnya ngepul bunyi gemuruh
- Iklan -
tepat ketika lumpur panas meletup-letup
asap putih pekat mengepul di udara
ingin kutelusuri urat-urat tubuhmu
melewati Jembatan Kahyangan yang memanjang
di depan pohon kering, seantara bukit tanah tandus keputihan
kuikatkan seutas tali kepada sabit matamu
memakainya sebagai arah doa
agar dapat lurus kutatap arah surga
di antara nyengat belerang dan masker
yang menutupi telaga air panas kita
Dieng, 2025
JEMBATAN KAHYANGAN
jembatan memanjang ini akankah menuju surga?
kulihat usang kayu dan keropos di antaranya
atau mungkin jalan ini hanya memihak pada para pengelola
yang menahan langkah dengan biaya
jembatan memanjang ini akankah menuju surga?
harga tiket dan pahala seadanya
tanah keputihan 4 hektar luasnya
mampukah kita cicil langkah demi langkah
dengan sebotol kecil air mineral yang kita bawa
sedangkan kepala kita terlalu kering
perut kita terlalu tandus
untuk memakan sepiring kejujuran
jembatan memanjang ini akankah menuju surga?
lalu kemana arah kelokan di simpang jalan itu
kawah doa atau kantong penguasa
yang menekan kita pada arah yang sama
;surga katanya
Kawah Sikidang, 2025
CANDI SETYAKI
sendekala di atas Candi Setyaki
menyimpan pecahan senja kedua matamu
candi bercorak Hindu berdiri sebagai induk
dan kita anak-anak yang duduk di tanah rumputnya
betapa diamku pecah sekali lagi
ketika doa yang kupanjatkan redup semalam
kunyala-nyalakan lagi remang itu
namun api dari pemantik di tanganku terbawa angin
ingin kubaca basmalah
dan memungut kepingan tangismu
namun bahasa tak pernah genap mengeja
kita dan sendekala di atas Candi Setyaki
hanya menyaksikan waktu membatu
Dieng, 2025
CANDI ARJUNA
sepuluh menit di Candi Arjuna
tak cukup mampu menampung retak kepalaku
hamparan rumput yang kupilih untuk merebah
terinjak tawa dan luka
sementara ekor angin yang dingin
membekukan dataran dieng
dan kita hanya mampu meringkuk
di bawah selimut ketidakpastian
puluhan tangga yang kita turuni
jalan panjang yang meneruskannya
waktu tumbuh di sela pepohonan
menyentuh langit dan seisi kahyangan
hanya kita yang menemukan jalan pulang
Dieng, 2025
POHON YANG HANYA DITUMBUHI RANTING
pohon yang hanya ditumbuhi ranting di tubuhnya
menampung banyak tawa dan luka
tumbuh di tanah keputihan Kawah Sikidang
tempat orang-orang mendudukan cita-cita
berfoto selfi mengagumi diri
dua batu diletakkan di atas akar-akarnya
sumber segala awal kecanggungan
saban hari, ia ditatap lensa kamera
yang menjual potret tubuhnya tiga ribu rupiah
tak jarang lengan rantingnya dipegang sembarangan
kaki-kaki akarnya terinjak sengaja
pohon yang hanya ditumbuhi ranting di tubuhnya
menopang ribuah langkah sesiapa
ia digilir kepala yang memasrahkan lelah
di balik senyum seadanya
ada dada yang ditumbuhi umur tua
Kawah Sikidang, 2025
Efen Nurfiana. Tulisannya termuat di koran dan media online, seperti Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Sastra Media, SIP Publishing, Basabasi.co, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, dan lainnya. Karyanya juga terdokumentasi dalam kumpulan sajak Dadamu Serumpun Pohon (Wadas Kelir Publisher, 2023), Gus Mus dan Simbolisme Feminin (Wadas Kelir Publisher, 2023).



