Oleh : Sri Rohati, S.Pd
Tinggal beberapa bulan lagi masa Pendaftaran Peserta Didik Baru ( PPDB) segera tiba. Agenda terbesar ini selalu disambut dengan penuh keseriusan oleh semua sekolah dan madrasah. Layaknya hajatan penting bagi sebuah keluarga besar sivitas madrasah, beragam kegiatan digelar. Dari pembentukan panitia PPDB ,rapat – rapat perencanaan ,pembuatan brosur, pamflet, spanduk, sampai pada presentasi langsung di sekolah yang menjadi pangsa pasarnya. Bahkan madrasah yang pendapatan siswanya sudah stabil tiap tahunnya, juga sibuk memepertahankan perolehan siswa dengan strategi masing – masing.
Pendaftaran peserta didik atau siswa baru memang hanya beberapa hari dibuka secara resmi oleh pemerintah, tetapi agenda ini adalah ujung tombak yang menentukan hidup dan matinya sebuah madrasah. Jika dalam beberapa hari itu siswa yang mendaftar tidak mencapai standar atau target maka selanjutnya madrasah akan mengalami berbagai kendala, seperti kekurangan dana operasional dan turunnya eksistensi di mata masyarakat . Dan kemungkinan paling buruk adalah perlahan – lahan madrasah itu akan tutup atau digabungkan dengan madrasah terdekat ( merger). Di banyak Sekolah Dasar ( SD) sudah banyak kasus serupa. Peraturan pemerintah yang terus berubah, misalnya ketentuan jumlah minimal siswa dalam rombongan belajar, juga membuat sekolah dan madrasah harus menyesuaikan dengan jumlah siswa yang disyaratkan. Kedaan ini menambah ketatnya persaingan untuk mendapatkan siswa.
Saat madrasah memberikan informasi pada calon siswa baru, berarti sedang menjual mutu madrasah, layaknya menjual sebuah produk. Dan kualitas madrasah tidak bisa diraih dalam sekejap. Madrasah yang berkualitas haruslah melalui memerlukan pengelolaan yang serius. Diantaranya adanya kerjasama yang solid antara guru, kepala, dan seluruh tenaga kependidikan di dalamnya. Diantara hasil yang didapat dari upaya tersebut adalah status akreditasi dengan nilai A. Yang pada akhirnya menghasilkan lulusan dan alumni yang berhasil memasuki jenjang sekolah yang mereka dambakan. Data alumni inilah yang menjadi nilai jual makin tinggi di mata masyarakat sebagai konsumen.
- Iklan -
Kini masyarakat kian cerdas menilai kualitas pendidikan . Ini artinya dalam benak orang tua dan calon siswa sudah terbentuk citra tentang atau beberapa sekolah yang menjadi pertimbangan untuk dipilih . Pembentukan citra yang paling mudah tetapi sangat kuat pengaruhnya adalah dengan cerita dari mulut ke mulut . Misalnya melalui berbagai cerita tentang alumni yang mumpuni dan berkarakter baik, masyarakat akan merekamnya dalam ingatan. Kalau sudah begitu tak segan mereka memberikan rekomendasi kepada sanak saudara, tetangga dan teman-temannya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Alasan – alasan orang tua untuk memilih madrasah inilah yang sebaiknya kita pahami. Tentu saja orang tua tidak gegabah untuk memilihkan tempat pendidikan bagi putra dan putri tercintanya . Mereka akan memperhatikan kualitas pendidik, kegiatan pembelajaran, fasilitas sekolah, perilaku para karyawan dan lingkungan sekolah, biaya, dan bahkan sampai faktor eksternal , misalnya ketersediaan jasa transprotasi menuju ke sekolah.
Masyarakat dengan pendapatan yang memadai , biasanya punya jangkauan pemikiran yang panjang tentang sekolah atau madarash yang akan dipilih . Sehingga kesempatan untuk menjatuhkan pilihan juga lebih luas. Lain dengan mereka yang membiayai seolah saja merasa kesulitan, biasanya memilih sekolah dilakukan dengan pertimbangan yang lebih sederhana. Sekolah yang dipilih adalah sekolah dengan biaya yang terjangkau secara ekonomi.
Kemerosotan moral kian tahun kian tajam, ada beberapa kasus pelajar yang suka tawuran, berani mabuk, mencuri dan bahkan menganiaya temannya sendiri. Kenyataan ini membuat orientasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya menjadi berubah . Mereka tidak hanya ingin anaknya menjadi orang yang berilmu tetapi juga menjadi orang yang beraklak mulia. Maka sekolah dengan basis pendidikan agama yang memberikan Pendidikan agama yang lebih banyak durasinya seperti madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah bisa menjadi pilihan utama. Atau paling tidak sekolah yang menerapkan disiplin tinggi jelas akan menjadi bahan pertimbangan orang tua siswa.
Informasi harus jujur dan terbuka
Sistem jemput bola bukanlah suatu hal yang tabu pada saat ini. Madrasah membutuhkan siswa sebagai input pendidikan sementara calon siswa baru dan orang tua membutuhkan informasi yang bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk mendaftar. Apalagi pilihan dari berbagai sekolah kini sangat banyak sehingga tak mungkin calon siswa baru mendatangi satu persatu . Suatu kerjasama ini makin manis jika dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan .Pihak sekolah memang seharusnya memberikan informasi yang benar tentang sekolah yang mereka tawarkan. Baik itu pemberitahun minimal media cetak ataupun langusng pada calon siswa baru.
Informasi yang jujur dan terbuka akanmembuat orang tua dan siswa yang berstatus sebagai konsumen tentu merasa sangat puas. Sebaliknya jika informasi tidak benar, artinya apa yang disampaikan tidak sesuai dengan kenyataan di sekolah maka dengan sendirnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan turun. Pada dasarnya setiap warga berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk informasi yang benar tentang sekolah yang akan dimasukinya.
Alangkah baiknya jika sekolah memetakan pangsa pasarnya. Peta ini berguna sebagi rencana kerja, prediksi dan evaluasi bagi panitia PPDB. Kalau setiap sekolah mempunyai petanya sendiri dan dikoordinasikan dengan sekolah yang sama – sama sedang mencari siswa, maka sebenarnya perebutan siswa tidak perlu terjadi. Persaingan yang sehat membuktikan pada masyarakat bahwa sekolah benar – benar merupakan agen pendidikan dan perubahan .Bukankah sekolah – sekolah adalah lembaga yang mempunyai tujuan satu arah, yakni untuk mencerdaskan anak bangsa? Jadi antar sekolah hendaknya saling mendukung dan menguatkan. Di sini ketegasan pemerintah untuk menciptakan kondisi yang nyaman sangat dibutuhkan . Misalnya dengan mencegah atau melarang penambahan kelas baru bagi sekolah negeri, peninjauan kembali aturan zonasi, pemberiaan keleluasaan pada sekolah swasta untuk mengelola dana operasional dengan lebih fleksibel dan lain sebagainya. Nah, selamat menjual madrasah !
====
Penulis adalah guru MTs Ma’arif NU Kemalang Klaten, yang gemar membaca dan menulis. Buku solonya adalah Awet Muda Bersama Siswa dan Kumpulan Puisi Pelukis Langit. Antologinya diantaranya adalah Kisah Inspiratif Refleksi Diri, Kumcer Ada Cinta Diantara Kita, Merajut ispirasi di Masa pandemi, Cerita Kita dan Impian Ke baitullah. Penulis bisa dijumpai di emailnya : erohiyati@gmail.com