Oleh Sri Rohati, S.Pd
Apakah saat ini Anda menjadi guru karena memang cita cita dahulu ingin menjadi guru, atukah hanya karena kita tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion lalu terjun bebas ke sekolah ? Kalimat ini bukan goyunan tetapi memang terjadi dalam kenyataan. Tak sedikit para guru yang mengaku tadinya tak berniat menjadi guru tetapi karena kondisi tertentu akhirnya menjadi guru.
Beberapa tahun ini banyak kebijakan pemerintah dalam profesi guru yang mengalami perubahan . Diantaranya pemerintah membuka kesempatan bagi para sarjana lulusan non kependidikan untuk menjadi guru dengan lebih dulu menempuh jalur PPG. Sehingga banyak bermunculan guru baru yang berstatus hononer di swasta dan PPPK di sekolah negeri. Hal ini membuat saya teringat bagaimana awal saya mengajar pada tahun 2010 lalu.
Pengalaman pertama saya menjadi guru, yang paling sulit adalah mengkondisikan kelas. Bagaimana membuat siswa tetap kondusif saat pembelajaran menjadi masalah utama saya kala itu dan sangat mungkin juga bagi guru- guru baru saat ini. Dari ide itulah munculan opini ini . Pengkondisian kelas sangat penting sebab akan menjadi menjadi titik awal keberhasilan proses belajar mengajar. Tanpa terkondisikan dengan baik siswa tak akan dapat belajar dengan tenang.
- Iklan -
Ketika memasuki ruang kelas guru bukanlah manusia tanpa persepsi . Guru akan akan mempersepsikan kelas berdasarkan pandangan atau pola pikir seorang guru terhadap sebuah kelas , milik siapakah kelas ini, milik saya, milik siswa atau milik bersama? “
Kelas Milik Guru
Bayangkan seorang mandor di sebuah kebun yang sangat luas. Ia membawahi tiga puluh orang yang bekerja dari pagi hingga siang . Mereka mencangkul, membersihkan gulma , menyiram dan memanen. Begitu yang mereka kerjakan setiap hari. Mereka memandang sang mandor dengan pandangan waspada. Jika mandor pergi ada saja yang berleha leha , toh setiap minggu upah mereka sama , yang malas dengan yang rajin. Pekerja merasa bahwa kebun itu bukan miliknya. Kalau suatu saat panen gagal ia tak merasa rugi.Hubungan mandor dengan pekerja sekedar hubungan upah mingguan dan rampungnya pekerjaan.
Inilah metafor kalau kita menganggap kelas adalah milik guru saja. Kita akan pontang panting sebab kita bekerja mengawasi mereka seorang diri. Kadang mengantuk dan bosan karena suasanan kebun tak ada kebersamaan. Mereka datang, duduk, diam dan pulang , begitu yang terjadi setiap hari.
Kelas Milik Bersama
Mari kita kembali menengok kebun yang diawasi seorang mandor di atas. Tetapi kali ini bukan mandor yang mengawasi tetapi pemilik dari kebun sendiri. Seorang pemilik lebih menghargai kebun itu dibandingkan mandor karena ia mencintai kebun dan seluruh pekerjannya. Ia akan sangat sedih jika panen gagal maka ia berusaha untuk membuat pekerjaan di sana berjalan semaksimal mungkin.
Di sana ia menyapa para pekerja, mengumpulkan mereka untuk diberikan penjelasan bahwa apabila kebun ini menghasilkan panen yang baik maka upah akan ditambah. Sebab, kata pemilik kebun, “ kebun bukan hanya milik saya tetapi milik Anda semua. Jadi baik buruknya panen tergantung bagaimana saya mengelola dan bagaimana Anda semua bekerja. “
Metafor di atas dapat digunakan untuk menjelaskan kelas milik guru dan siswa. Dengan konsep ini kita ajak siswa untuk membangun kelas. Mulai dari pembentukan pengurus kelas, aturan aturan dalam kelas yang biasanya dituang dalam kontrak belajar dan bahkan kita bisa minta pendapat mereka untuk mengevaluasi apa saja yang kurang dari kelas kita sehingga perlu ditingkatkan.
Untuk menjadi bagian dari kelas, siswa harus tahu aturan aturan di dalam kelas, yang bisa dibuat bersama. Aturan ini sering disebut kontrak belajar. Menurut Geoff Anderson kontrak belajar adalah dokumen yang dapat digunakan untuk membantu dalam perencanaan pembelajaran. Di dalamnya berisi tujuan pembelajaran yang dicapai bersama dan kesepakatan aturan atau disiplin kelas . Seperti , apa yang diharap oleh siswa dari pembelajaran , bagaimana kelas dikelola, bagaimana guru akan memberikan dukungan dalam pembelajaran dan lainnya yang intinya membuat siswa aktif terlibat dalam pembelajaran.
Kontrak belajar membuat siswa memahami tujuan pembelajaran, sehingga ia bersama guru akan mewujudkan tujuan itu. Bekal pemahaman ini penting agar mereka menjadi bagian dari kelas, bukan sekedar datang, duduk, diam dan pulang. Dengan mengetahui tujuan akan membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi mereka. Mengapa saya datang ke kelas ini, untuk apa ilmu yang saya peroleh dan bagaimana mengaplikasikannya ketika berada di masyarakat, adalah kata kunci dari pembelajaran bermakna.
Kontrak belajar juga memuat aturan- aturan praktis yang disepakati guru dan siswa. Ibarat sebuah tali ia akan mengikat agar para siswa tidak keluar dari kesepakatan bersama demi tercapainya kelas yang tenang dan menyenangkan. Di sini siswa diajak untuk berlatih disiplin dan bertanggung jawab atas semua tindakannya di kelas. Dengan aturan yang transparan, siapapun itu akan terkena sangsi yang sama jika melanggar, sehingga terhindar dari sikap yang kurang adil terhadap satu siswa dengan siswa lainnya.
Komponen Kontrak Belajar
Apa saja komponen dalam kontrak belajar ? Ada beberapa komponen utama tetapi sebenarnya tidaklah mengikat, kita masih bisa menambahkan sesuai kebutuhan kelas. Sebab setiap kelas mempunyai karakteristik yang berbeda beda.
Di dalamnya minimal harus tercantum tujuan pembelajaran, target yang ingin dicapai, aturan-aturan kelas yang harus dipatuhi siswa, sangsi terhadap pelanggaran aturan dan ditanda tangani oleh siswa dan guru sebagai bentuk kesepakatan bersama. Kita bisa menambahkan komponen tambahan seperti boleh minum di kelas tetapi dilarang makan, siapa yang tidur di kelas harap menggantikan petugas piket hari itu dan aturan lainnya yang sifatnya lebih longgar dan ramah anak.
Maknai Dengan Doa
Betapapun kita sudah menjadikan kelas itu seakan akan milik bersama tetapi sejatinya masih ada satu hal yang belum kita masukkan yaitu unsur spiritual. Perhatikan doa sebelum belajar , rodhitu billahi robba, wabil islaami diina, wa bimuhammadin nabiiya wa rasuulaah, robbizdnii ‘ilma, war zuqnii fahmaa.
Doa ini mengajak kita untuk mengosongkan isi gelas. Semua pengetahuan yang mereka peroleh sebelumnya harus kita kosongkan lagi untuk menerima ilmu yang baru. Dan ilmu itu adalah milik Allah semata, guru hanyalah menerima titipan saja. Maka kita perlu mengiklaskan diri kita terlebih dahulu , menyerahkan kehendak pada yang mempunyai ilmu tertinggi.
Dengan kesadaran ini ilmu yang kita ajarkan akan membawa manfaat bagi guru dan siswa. Dasar ini sangat penting agar siswa memahami bahwa sejatinya yang mempunyai kelas beserta dengan ilmu pengetahuan di dalamnya adalah Allah . Sang Maha Bijak inilah menuntun proses pembelajaran sehingga didapatkan ilmu yang bermanfaat. Nah, selamat mengajar, semoga kelas Anda kondusif !
Penulis adalah guru MTs Ma’arif NU Kemalang Klaten, yang gemar membaca dan menulis. Buku solonya adalah Awet Muda Bersama Siswa dan Kumpulan Puisi Pelukis Langit. Antologinya diantaranya adalah Kisah Inspiratif Refleksi Diri, Kumcer Ada Cinta Diantara Kita, Merajut ispirasi di Masa pandemi, Cerita Kita dan Impian Ke baitullah. Penulis bisa dijumpai di emailnya : erohiyati@gmail.com.