Oleh Hamidulloh Ibda
Beberapa waktu lalu, saya membeli baju koko di sebuah toko. Harganya lumayan murah. Namun kualitas baju dilihat dari sisi warna, ketebalan, dan juga jenis kain ya kurang bagus. Perspektif saya begitu. Istri saya bilang “Ya, ana rega, ana rupa to, Pa” katanya.
Hampir semua orang Jawa pasti tahu adagium atau pameo tersebut; ana rega, ana rupa, yang bermakna “ada harga, ada kualitas”.
Saya mencoba menelusuri sumber online, ternyata ada sebuah adagium yang hampir senafas. Seperti sebuah ungkapan dalam Bahasa Inggris “If You Pay Peanuts, You Get Monkeys.” Kedua pepatah ini pada dasarnya menekankan hubungan antara biaya yang dikeluarkan dengan mutu atau hasil yang didapatkan.
- Iklan -
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara harga dan kualitas. Banyak orang tergoda oleh harga murah tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap mutu barang atau jasa yang dibeli. Pepatah Jawa “ana rega, ana rupa” menjadi pengingat bijak bahwa apa yang kita bayarkan biasanya sebanding dengan apa yang kita dapatkan. Artikel ini mengangkat kembali relevansi pepatah tersebut dengan mengaitkannya pada berbagai ungkapan serupa dari budaya lain, serta menekankan pentingnya bersikap bijak dalam mengambil keputusan finansial.
Melalui pengalaman pribadi dan tinjauan terhadap berbagai adagium, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik harga sebuah produk atau jasa. Tidak hanya membahas tentang hubungan antara harga dan kualitas, artikel ini juga menyoroti pentingnya literasi keuangan dalam menghadapi godaan konsumtif. Dengan pendekatan yang reflektif dan kontekstual, tulisan ini mengajak kita semua untuk menjadi konsumen yang lebih cerdas, kritis, dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.
Ana Rega, Ana Rupa
Coba cek, selain dua pameo di atas, sebenarnya masih banyak adagium lain yang senada. Pertama, you get what you pay for. Ungkapan ini adalah adagium sangat umum dan langsung. Maknanya sama persis kualitas suatu barang atau jasa akan sebanding dengan harga yang dibayarkan (Hsieh, et.al., 2016). Jika Anda membayar murah, jangan berharap kualitas yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Kedua, cheap goods are never good; good goods are never cheap. Pepatah ini lebih spesifik menyoroti barang. Kualitas yang baik biasanya tidak murah, dan barang yang murah seringkali tidak memiliki kualitas yang baik (Chan, 2022).
Ketiga, the bitterness of poor quality remains long after the sweetness of low price is forgotten. (Benjamin Franklin). Meskipun bukan pepatah tradisional, kutipan dari Benjamin Franklin ini sangat relevan (Richardson, 2014). Kata bijak ini menyoroti bahwa kepuasan sesaat karena harga murah akan cepat hilang, namun kekecewaan terhadap kualitas buruk akan bertahan lebih lama. Ini adalah argumen kuat untuk berinvestasi pada kualitas.
Keempat, ada uang, ada barang. Meskipun sedikit lebih luas, pepatah ini juga bisa diartikan bahwa kualitas yang diinginkan hanya akan didapat jika ada dana yang cukup untuk membayarnya. Kualitas tinggi datang dengan biaya.
Kelima, harga tak pernah bohong. Ungkapan ini sering digunakan di Indonesia dan memiliki makna yang sama persis dengan “Ana Rega Ana Rupa.” Harga suatu barang atau jasa seringkali menjadi indikator kuat dari kualitasnya.
Semua ungkapan ini menggarisbawahi pentingnya memahami bahwa nilai dan kualitas biasanya berbanding lurus dengan harga. Jika Anda menginginkan sesuatu yang berkualitas tinggi, Anda harus bersedia membayar lebih. Sebaliknya, jika Anda mencari harga termurah, Anda kemungkinan besar akan mendapatkan kualitas yang sesuai dengan harga tersebut.
Namun, tidak semua yang mahal pasti berkualitas, dan tidak semua yang murah pasti buruk. Di sinilah pentingnya kemampuan menilai dengan cermat, bukan hanya berdasarkan harga, tetapi juga berdasarkan spesifikasi, fungsi, merek, kebutuhan, serta ulasan dari pengguna lain. Kadang, ada produk lokal dengan harga terjangkau namun kualitasnya tak kalah dari produk mahal. Sebaliknya, ada juga barang mahal yang ternyata hanya menjual “brand” tanpa kualitas yang setimpal.
Oleh karena itu, selain menyadari pepatah “ana rega ana rupa,” kita juga perlu kritis dan bijak dalam membelanjakan uang. Jangan sampai terjebak pada euforia diskon atau gengsi semata. Ketika memilih barang atau jasa, pertimbangkan manfaat jangka panjang, bukan sekadar kepuasan sesaat.
Pentingnya Literasi Keuangan
Di era digital yang serba instan ini, literasi keuangan menjadi kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh setiap individu, baik pelajar, pekerja, ibu rumah tangga, hingga pebisnis. Literasi keuangan bukan hanya soal memahami cara menabung, tetapi juga soal membuat keputusan cerdas dalam membelanjakan uang, berinvestasi, mengelola utang, serta memahami risiko dan keuntungan finansial.
Kaitannya dengan pepatah “ana rega, ana rupa,” literasi keuangan membantu kita menyadari bahwa tidak semua harga rendah menguntungkan dalam jangka panjang, tidak semua harga tinggi berarti investasi yang baik, kualitas harus diukur bukan hanya dari harga, tapi juga dari nilai guna dan daya tahan barang, dan uang yang dikeluarkan harus sepadan dengan manfaat yang diterima. Misalnya, membeli sepatu murah tapi cepat rusak justru membuat kita harus membeli lagi dalam waktu dekat, yang akhirnya malah lebih boros. Sebaliknya, membeli sepatu dengan harga lebih tinggi namun tahan lama bisa menjadi pengeluaran yang lebih efisien.
Literasi keuangan juga mengajarkan kita untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta menanamkan kebiasaan menunda kepuasan (delayed gratification) demi kestabilan finansial yang lebih baik di masa depan.
Pada akhirnya, “ana rega, ana rupa” bukan sekadar soal harga dan kualitas, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun kebijaksanaan dalam berbelanja dan mengelola uang. Jangan hanya terpikat harga murah, dan jangan pula langsung percaya pada label mahal. Jadilah konsumen yang cerdas, karena dalam dunia yang penuh tawaran dan tipu daya, kemampuan finansial yang baik adalah tameng yang kuat.
Lalu, apakah kita akan membeli dengan harga murah namun berkulitas. Ya, realitasnya bisa sih, tapi ya tetap ana rega, ana rupa!



