Oleh Dian Marta Wijayanti
Siapa yang tidak terperangah mendengar capaian ini? Seorang Kepala Sekolah Dasar (SDN) Gajahmungkur 03 Semarang berhasil menyelesaikan studi S3 Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Semarang (UNNES) hanya dalam waktu dua tahun satu bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna: 4,00 pada Jumat 26 September 2025 kemarin. Angka ini bukan sekadar statistik; ini adalah perwujudan nyata dari perencanaan yang matang, disiplin tingkat tinggi, dan semangat yang tak pernah padam.
Prestasi ini seolah-olah mendobrak mitos bahwa gelar doktor harus ditempuh dengan perjuangan panjang dan berdarah-darah selama empat hingga lima tahun. Secepat kilat, dengan hasil yang sempurna nilai A untuk disertasinya. Bukan siapa-siapa, dan untuk apa-apa, saya hanya menulis curhatan ini sebagai motivasi diri sendiri sebagaimana isi disertasi yang saya tulis. Guru, kepala sekolah apalagi, harus menjadi teladan, terutama bagi para profesional yang tengah mengejar pendidikan tinggi sambil menjalankan tugas berat di lapangan. Oleh karena itu, saya menulis ketikan sederhana ini untuk berbagi kepada teman-teman semua.
Ada yang bilang, menempuh studi doktoral itu ibarat mendaki gunung yang tinggi, jalannya panjang, penuh tanjakan, dan kadang membuat kita kehilangan nafas. Maka wajar jika banyak orang membutuhkan waktu lima hingga tujuh tahun untuk menamatkan studi S3. Tapi saya menunjukkan hal yang berbeda: saya berhasil meraih gelar doktor di Universitas Negeri Semarang hanya dalam waktu dua tahun satu bulan dengan predikat sempurna, IPK 4,00. Berat memang!
- Iklan -
Tentu, keberhasilan ini bukan semata soal kecerdasan akademik, melainkan juga tentang manajemen diri, kedisiplinan, dan motivasi yang terjaga. Disertasi yang saya tulis tentang “Determinasi Kinerja Guru Sekolah Dasar dengan Digital School Governance sebagai Variabel Moderasi” bukanlah topik ringan. Sebab, awalnya murni kuantitatif, namun saat proses bimbingan dengan promotor bergeser menjadi mixed method (campuran).
Saya harus mengolah data dari 400 guru SD, menerapkan metode mixed method dengan desain explanatory sequential, dan menganalisis menggunakan SEM PLS 4.0, sebuah kerja keras intelektual yang menuntut ketekunan tinggi.
Membongkar Rahasia Kecepatan: Teori di Balik Motivasi Kuat
Ketika Prof. Dr. Wasino, M.Hum., selaku Sekretaris Tim Penguji, mengumumkan kelulusan, beliau juga menyebutkan dua kunci utama: perencanaan yang matang dan sistematis serta motivasi yang kuat. Pernyataan ini sejalan dengan beberapa teori psikologi dan manajemen yang menjelaskan kinerja luar biasa.
Pertama, capaian 2 tahun 1 bulan dan IPK 4,00 dapat dijelaskan melalui teori penetapan tujuan (goal setting theory) oleh Gary P. Latham dalam buku Work Motivation: History, Theory, Research, and Practice (2008). Keberhasilan peneliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak hanya memiliki tujuan yang ambisius, tetapi juga mempraktikkan penetapan tujuan yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound). Peneliti pasti telah memecah target S3 yang besar menjadi langkah-langkah mingguan dan bulanan yang terukur, seperti menyelesaikan satu bab disertasi per bulan atau memastikan nilai setiap mata kuliah sempurna.
Kedua, keberhasilan ini juga bisa dibaca melalui teori Grit dari Angela Duckworth dalam bukunya Grit: The Power of Passion and Perseverance (2016). Peneliti tidak sekadar pintar, tetapi juga sabar dan konsisten. Peneliti bisa saja terjebak dalam rutinitas administratif sebagai kepala sekolah, namun ia memilih untuk fokus dan menyalakan semangatnya sampai selesai. Itulah mengapa gelar doktor ini terasa lebih dari sekadar pencapaian pribadi. Ia adalah bukti bahwa dengan perencanaan matang, motivasi kuat, dan determinasi tinggi, jalan panjang bisa dipangkas menjadi lebih singkat tanpa mengurangi kualitas.
Motivasi kuat yang disorot oleh para promotornya mencerminkan konsep Grit yang dipopulerkan oleh Angela Duckworth di atas. Grit didefinisikan sebagai gairah dan ketekunan untuk tujuan jangka panjang. Seseorang dengan Grit tinggi tidak mudah menyerah pada hambatan sesuatu yang pasti dialami oleh siapa pun yang menulis disertasi. Kombinasi perencanaan sistematis dan kegigihan tanpa batas inilah yang memungkinkan peneliti mencapai kecepatan dan kualitas yang fenomenal.
Ketiga, kecepatan masa studi ini bisa dibaca melalui teori Self-Determination dari Deci dan Ryan dalam bukunya Self-Determination Theory: Basic Psychological Needs in Motivation, Development, and Wellness (2017), yang menekankan tiga hal: otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Otonomi terlihat dari bagaimana peneliti mampu mengatur sendiri ritme belajar dan menuntaskan target penelitian tanpa menunggu terlalu lama. Kompetensi tergambar dari penguasaan metodologi yang rapi dan substansi penelitian yang relevan dengan isu pendidikan digital. Sedangkan keterhubungan tampak dari kolaborasinya dengan para promotor, penguji, dan komunitas akademik yang mendukung perjalanan disertasinya.
Kontribusi Ilmiah di Era Digital: Digital School Governance
Hal yang tak kalah penting dari kecepatan studi adalah substansi penelitiannya. Disertasi saya yang berjudul “Determinan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kota Semarang dengan Digital School Governance sebagai Variabel Moderasi” membuktikan bahwa kecepatan tidak mengurangi kedalaman. Penelitian ini sangat relevan dengan tuntutan transformasi pendidikan masa kini. Ia meneliti faktor-faktor yang memengaruhi kinerja guru SD, mulai dari motivasi kerja, kepemimpinan digital, hingga keterampilan digital. Novelty (kebaruan) penelitian ini, menurutnya, adalah pengujian pengaruh simultan variabel-variabel tersebut, terutama peran mediasi keterampilan digital.
Secara teoritis, peneliti membuktikan bahwa keterampilan digital memainkan peran signifikan sebagai jembatan (variabel mediasi) antara motivasi kerja dan kepemimpinan digital terhadap kinerja guru. Artinya, secanggih apa pun motivasi dan kepemimpinan digital kepala sekolah, dampaknya terhadap kinerja guru baru optimal jika guru tersebut memiliki keterampilan digital yang memadai.
Meskipun hasil uji moderasi menunjukkan bahwa digital school governance tidak memperkuat atau memperlemah hubungan antarvariabel utama secara signifikan dalam konteks penelitiannya, temuan keseluruhan, terutama peran mediasi keterampilan digital tetap memberikan sumbangan teoretis dan praktis yang besar bagi manajemen pendidikan di Indonesia.
Long Life Learning dan Kedisiplinan
Kisah ini adalah cerminan dari filosofi “Long Live Learning” yang ditekankan oleh salah satu promotor saya, Prof. Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd. Keberhasilannya di usia yang relatif matang sebagai kepala sekolah menunjukkan bahwa tidak ada batasan untuk belajar dan berprestasi, asalkan ada disiplin dan manajemen waktu yang superior.
Penelitiannya sendiri merekomendasikan perlunya peningkatan kapasitas digital guru secara berkelanjutan dan penguatan kepemimpinan digital. Secara tidak langsung, peneliti telah mempraktikkan rekomendasi ini pada dirinya sendiri: ia membuktikan bahwa motivasi yang kuat, didukung oleh perencanaan yang sistematis, adalah kunci utama untuk mencapai kinerja puncak, baik sebagai seorang mahasiswa doktoral maupun sebagai seorang pemimpin pendidikan di era digital.
Kini, dengan gelar doktor dan IPK sempurna, peneliti diharapkan menjadi teladan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Semarang, membawa kontribusi nyata dalam penguatan tata kelola sekolah dasar berbasis teknologi, sejalan dengan hasil riset unggulannya. Prestasi ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga inspirasi bagi seluruh insan pendidikan.
Kisah ini menjadi cermin bahwa perjalanan studi doktoral bukan hanya tentang lamanya waktu, tetapi tentang bagaimana kita mengelola energi, pikiran, dan motivasi. Lulus dalam dua tahun satu bulan dengan IPK sempurna adalah hasil dari kombinasi antara passion, manajemen waktu, serta dukungan lingkungan akademik. Utamanya juga dorongan dan bimbingan dari suami saya, Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., yang tahun lalu juga lulus doktor dari UNY tanpa ujian terbuka, dan menjadi Wisudawan Terbaik UNY.
Sejalan dengan prinsip lifelong learning, gelar doktor bukanlah garis akhir, melainkan awal dari perjalanan baru untuk terus belajar dan memberi manfaat. Pada akhirnya, yang lebih penting dari seberapa cepat kita lulus adalah bagaimana karya kita bisa hidup, berguna, dan menginspirasi orang lain. Semoga gelar ini memberikan manfaat bagi kita semua. Mari bersinergi!
-Dr. Dian Marta Wijayanti, M.Pd., Kepala SD Negeri Gajahmungkur 03 Kota Semarang.



