KEMATIAN YANG DISENGAJA
Aku memanggilmu
melalui deru ombak
pukul satu kurang seribu
orang-orang menyalakan api
membakar dirinya sendiri
enyahlah lalu abadi.
Angin menghadiahi nyilu
tidak ada puan yang dijadikan babu
laki-laki asik menghisap cerutu bersama waktu.
Lengkingan tabuhan kepedihan
menggores pada lipatan ombak yang menyibak
bulan ikut menjerit melipat janji seperti celurit.
- Iklan -
; Aku melihat kumbang
bernyanyi diiringi gamelan.
Kumbang bernyanyi dengan nada sumbang
ia menghayati setiap ketukan
kemudian hinggap
terlelap, menjadi asap.
Sumenep, 2024
PESTA REINKARNASI
1)
Seluruh jalan menuju rumahmu dipenuhi nyala lilin, bendera kuning berkibar seperempat tiang. Semoga ini bukan lagi kematian, melainkan pesta reinkarnasi yang ditunggu saban hari. Sesekali bunyi kentongan menembus gendang telinga, dalam bimbang hati aku bertanya: ini pertanda apa?
Lalu sebuah magnet besar hitam lebam menghampiriku, ia menarik tubuhku. Pening, laba-laba bersarang di mataku.
2)
Lain cerita:
saat bulan ruwah aku benar-betul tidak sempat menyambangi tanganmu. Maka malam itu hanya bekas bayangan yang berhasil kumasukkan ke dalam toples, ia menari, menari dengan lihai sekali. Siapapun tidak ada yang berani membukanya, termasuk aku sendiri.
Sudahlah, jangan engkau teruskan berkhayal. Seluruh cerita yang telah aku sajikan tumbuk saja menjadi apa yang kamu inginkan. Simpanlah di lemari makan barang kali nanti malam kamu kelaparan. Biarlah aku seorang yang menahan kemelut ini. Ini tentu lebih berat dari kasus narapida yang lolos dari sekawanan polisi. Ingin rasanya aku segera menemui Izrail, tapi ibu tidak mempersiapkan hidangan apa-apa. Aku takut kasus ini semakin tua.
3)
Hidupku sejak beda waktu, seperti kandang yang berdebu. Seperti zaman pra-aksara yang mengutuk untuk cepat baca, meski buta segala. Beberapa tahun silam, andai saja nyala lilin yang berderet memenuhi jalan berhasil kupadamkan, mungkin rasa perih tidak akan sesembilu dan seliku ini. Aku curiga, jangan-jangan Tuhan mengutukku dan memberi alarm peringatan melalui bunyi kentongan itu.
Sumenep, 2024
ANYIR GETAH POHON KENANGA(N)
1)
Kudengar sebuah cerita, cerita paling bersejarah di dunia
saat para leluhur khidmah mendengarkan seru-deru
bangsa Indonesia yang merdeka tapi ternoda
mereka mendengarnya lewat gramofon bukan sosial media.
2)
Di Pantai Mauk,
sebuah pantai yang maha luas dan ombak yang begitu keras
telah tergores seabrek kisah yang kemudian dikenal dengan banjir darah
pada laut lepas ketika deru ombak selaba
dari jauh bendera kita menyala-terluka seperti menangisi dukacarita.
3)
Alkisah, seorang nelayan yang tak begitu masyhur menjadi saksi
bagaimana sepenggal kepala meneteskan getah, getah pohon kenanga
terngiang-ngiang di kepalanya sebuah jasad pembela bangsa
dilarung dan dipancung kepalanya
dia adalah Otto Iskandar Dinata si gagah tak berdosa
yang tertinggal puing-puing sejuta kisah misteriusnya.
Madura, 2024
ALKISAH
Ada seseorang yang
telah mati di keningmu
meninggalkan harum mawar
membentuk nisan
terbungkus bayang-bayang
kenangan.
Alih-alih mengenalmu
adalah petaka
seperti jendela kotor
yang hendak tutup usia
barangkali elok matamu
harus bertameng burdah
bila iblis menatap
mulutnya akan berhenti khianat.
Bagaimana bila aku
tidak bisa membentengi kesedihan
yang seluruhnya mengerikan
seperti al-kisah
malin kundang.
Sumenep, 2024
TIDAK ADA PUISI DI TUBUHKU
Tidak ada puisi, di tubuhku ia sudah mati. tapi melihatmu ia bangkit kembali.
sebenarnya aku sudah pensiun
menulis kata-kata yang tumbuh diteduhi mantra
setiap kali melihat alismu
yang terukir sepanjang jembatan
kerap menderap dan mendekap
jantung mematung tidak menghasilkan untung.
Tiba-tiba, aku teringat bulan juli
saat sembul bulan menggantung
mengembara bayang-bayang dilindungi payung.
Di planet mars
senandung kata-kata fana tertimbun bara
langit melingkari teduhmu
saat itu, matamu menyala
seperti sajak yang menemukan honornya.
Serius!
Tidak ada puisi di tubuhku, ia sudah mati.
tapi melihatmu, ia bangkit kembali.
Ambunten, September 2024
Yuliyatul Unsiyah, Lahir di Sumenep, 01 Januari 2003. Nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah Latee II. Anggota Forum Lingkar Pena (FLP). Aktif di komunitas Sanggar Sareang dan Teater Alfatihah.