Semarang, Maarifnujateng.or.id – Dosen UIN Walisongo dan Editor in Chief Journal of Integrated Elementary Education Dr. Hamdan Husein Batubara menyampaikan bahwa terdapat jenis-jenis kecerdasan buatan atau AI yang bisa digunakan untuk penulisan artikel ilmiah. Hal itu diungkapkan dalam Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus Part 3 Gerakan Literasi Karya Tulis Ilmiah pada Selasa (12/11/2024) melalui Zoom Meeting.
Menurut Hamdan, AI hanya sekadar alat dan asisten dalam penelitian atau penulisan. “AI adalah alat untuk memudahkan kita dalam menulis artikel ilmiah. Namanya alat, tidak seratus persen benar. Kenapa kok bisa salah? Karena bisa jadi data yang didapat salah, dan tidak bisa membaca kondisi, dan bergantung perintah yang kita ajukan,” beber Hamdan dalam materi bertajuk Strategi Penulisan Artikel Ilmiah dengan AI di Jurnal Ilmiah.
- Iklan -
Dikatakan Hamdan, bahwa artikel adalah tulisan ringkas yang ditulis sesuai kode etik ilmiah. Sedangkan jurnal ilmiah adalah majalah yang menerbitkan artikel ilmiah secara berkala setelah melalui proses penelaahan dan penilaian mendalam oleh editor dan reviewer. “Sebelum menggunakan AI, kita harus mengetahui struktur artikel ilmiah ketika mau menulis artikel ilmiah,” beber dia.
Dipaparkannya, menulis ilmiah memerlukan kemampuan seni berargumentasi, penggunaan teknologi digital, dan pemahaman terhadap etika ilmiah. “Pemanfaatan teknologi digital (termasuk AI) secara optimal dapat membuat proses penulisan karya ilmiah menjadi lebih mudah, cepat, dan efisien,” lanjut dia.
Hamdan juga membeberkan enam ragam AI untuk membantu penulisan artikel. Pertama, untuk pencarian ide dan judul artikel bisa menggunakan ChatGPT dan Gemini AI.
Kedua, pencarian literatur ilmiah dan penulisannya yaitu SciSpace, Elicit, Perplexity, dan ChatGPT.
Ketiga, pengembangan instrument dan analisis data yaitu Gemini AI, Google Formulir, Zoom, dan Julius.ai.
Keempat, penulisan pembahasan dan parafrasa yaitu Scispace, Quillbot, dan ChatGPT.
Kelima, penulisan simpulan, abstrak, dan penerjemahan yaitu ChatGPT dan Deepl.
Keenam, cek tata bahasa, pemeriksaan kemiripan, dan deteksi AI dengan Grammarly, Turnitin, dan SciSpace.
Kegiatan itu dibuka resmi oleh Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah Fakhrudin Karmani. Pihaknya menyampaikan bahwa hasil asesmen kompetensi guru di madrasah Kemenag RI, tingkat literasi yang memenuhi kompetensi guru mahir masih memprihantikan.
Sementara itu, narasumber kedua, Koordinator GLM Plus Dr. Hamidulloh Ibda menyampaikan bahwa struktur naskah artikel ilmiah berbeda-beda. Dalam kesempatan itu, reviewer 29 jurnal internasional terindeks Scopus itu membeberkan struktur karya ilmiah remaja (KIR), karya ilmiah guru, karya ilmiah kepala sekolah dan madrasah, karya best practice guru, kepala sekolah dan madrasah, struktur naskah karya tugas akhir (DIII, S1, S2, S3), dan struktur naskah artikel ilmiah.
Pihaknya menegaskan, bahwa dalam menulis artikel ilmiah baik itu siswa, guru, kepala madrasah dan kepala sekolah, pengawas, bahkan dosen pun, harus menguasai metode riset. “Metodologi riset dalam artikel jurnal adalah jantung dari sebuah penelitian. Poin ini menjadi bagian yang menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan, mulai dari perencanaan hingga pengumpulan dan analisis data. Dengan kata lain, metodologi adalah resep yang diikuti oleh peneliti untuk mencapai hasil penelitiannya,” beber dia.
Usai pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi, dan tanya jawab. Kegiatan GLM Part 3 tersebut merupakan bagian dari GLM Plus selama tiga bulan yang dilaksanakan dari bulan 29 Oktober 2024 sampai 24 Desember 2024. (ADM33/HI)