Oleh Dian Marta Wijayanti
Bagi kepala sekolah dan madrasah, menjelang tahun ajaran baru 2025-2026 mendatang tentu sudah disibukkan dengan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) bagi sekolah dan Penerimaan Peserta Didik Baru Madrasah (PPDBM) bagi madrasah. Bagaimana caranya agar jumlah murid/peserta didik di lembaga saya banyak? Pikiran ini tentu tidak hanya di benak sekolah/madrasah swasta, namun lembaga plat merah pun hakikatnya sama.
Menjelang tahun ajaran baru, mau tidak mau pimpinan lembaga sekolah dan madrasah harus menjadikannya sebagai panggung untuk menunjukkan pesonanya dan menarik calon peserta didik. Di tengah persaingan yang dinamis, diperlukan strategi yang cerdas dan terarah agar lembaga pendidikan menjadi pilihan utama.
Dalam menghadapi dinamika pendidikan abad ke-21, sekolah dan madrasah dituntut untuk terus berinovasi dalam berbagai aspek, termasuk dalam strategi penerimaan peserta didik baru. SPMB bagi sekolah dan PPDBM bagi madrasah menjadi gerbang awal dalam menarik minat dan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan strategi yang tepat sangat dibutuhkan agar lembaga pendidikan mampu menjaring peserta didik baru yang tidak hanya banyak secara kuantitas, tetapi juga sesuai dengan visi dan misi lembaga.
- Iklan -
Beberapa Strategi
Saya ingin bercerita, di SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang dan se wilayah Kecamatan Gajahmungkur sebenarnya sudah biasa “rebutan” siswa baru, baik yang negeri dan swasta. Oleh karena itu, beberapa strategi perlu dilakukan agar SPMB dan PPDBM di lembaga kita berjalan tidak hanya “tahunan” namun berjalan setiap saat. Pertama, branding dan citra lembaga yang kuat.
Strategi utama yang tidak boleh diabaikan adalah membangun branding yang kuat. Sekolah dan madrasah perlu menunjukkan keunggulan dan diferensiasi mereka. Citra lembaga bisa dibangun melalui berbagai cara, seperti mempublikasikan prestasi siswa dan guru secara konsisten di media sosial dan media lokal, menyampaikan nilai-nilai khas lembaga, seperti karakter islami, program unggulan, atau pendekatan pembelajaran modern, dan menampilkan testimoni alumni dan wali murid sebagai bentuk kepercayaan publik.
Kedua, gunakan praktik baik sebagai senjata. Saya membuat program Gajahmungkur 03 Kreatif Menulis (Gajah Keris) yang mengantarkan saya mendapatkan sejumlah juara. Branding seperti ini hanya bagian kecil di SD yang saya kelola. Kepala sekolah dan madrasah di bawah LP. Ma’arif NU tentu banyak kreativitas yang dibangun untuk mendatangkan murid baru.
Kedua, bagi sekolah dan madrasah swasta perlu melakukan digitalisasi informasi penerimaan. Era digital menuntut lembaga pendidikan untuk hadir secara aktif di dunia maya. Strategi digitalisasi dalam SPMB dan PPDBM dapat dilakukan dengan membuat laman khusus penerimaan di website resmi sekolah/madrasah, menyediakan formulir pendaftaran online yang mudah diakses, dan menyebarluaskan informasi melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan TikTok untuk menjangkau calon siswa dan orang tua milenial.
Ketiga, kolaborasi dengan masyarakat dan tokoh lokal. Ya, tokoh lokal yang kita wadahi lewat Komite Sekolah dan Paguyuban Kelas harus dimaksimalkan. Pengalaman saya selama lima tahun ini memang demikian sangat manjur. Keberhasilan PPDBM dan SPMB juga sangat bergantung pada kedekatan lembaga dengan masyarakat sekitar. Maka, menjalin kolaborasi dengan tokoh masyarakat, kepala desa, pengurus RT/RW, serta tokoh agama menjadi kunci. Beberapa bentuk kegiatan yang bisa dilakukan bisa sosialisasi dari rumah ke rumah (door to door) oleh tim PPDB/Komite, menggelar pengajian, lomba, atau kegiatan sosial yang mengundang partisipasi warga, melibatkan alumni untuk menyosialisasikan madrasah/sekolah di kampung halamannya.
Keempat, menyediakan program unggulan dan beasiswa. Adanya Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang masih berjalan perlu dimaksimalkan. Program unggulan yang sesuai dengan kebutuhan zaman seperti kelas tahfiz, bilingual class, robotic club, digital literacy, atau kelas kewirausahaan bisa menjadi daya tarik tersendiri. Madrasah dan sekolah juga perlu menyediakan jalur beasiswa untuk siswa berprestasi maupun dari keluarga kurang mampu sebagai bentuk kepedulian sosial.
Kelima, Open House dan kegiatan Trial Class. Mengundang calon siswa dan orang tua ke lingkungan sekolah/madrasah melalui kegiatan “Open House” atau “Trial Class” merupakan strategi yang sangat efektif. Dalam kegiatan ini, calon peserta didik bisa merasakan langsung atmosfer pembelajaran dan berinteraksi dengan guru serta siswa lain. Ini akan menciptakan ikatan emosional dan keyakinan yang lebih besar.
Keenam, pelayanan yang cepat, ramah, dan informati. Kesan pertama sangat menentukan keputusan orang tua. Maka, tim penerimaan siswa baru perlu dilatih agar mampu memberikan pelayanan yang prima: cepat tanggap, informatif, ramah, dan profesional. Brosur yang jelas, banner yang menarik, serta pelayanan WhatsApp yang responsif akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.
SPMB dan PPDBM bukan sekadar proses administratif, tetapi merupakan proses strategis yang menentukan masa depan lembaga pendidikan. Dengan strategi yang tepat, mulai dari branding, digitalisasi, kolaborasi, hingga pelayanan prima, sekolah dan madrasah tidak hanya akan mendapatkan peserta didik baru, tetapi juga membangun citra yang unggul dan berkelanjutan di mata masyarakat.
Dalam konteks ini, perlu dipertegas bahwa sekolah dan madrasah swasta berbeda dengan negeri. Sekolah dan madrasah di bawah LP. Ma’arif NU tentu memiliki banyak modal sosial dan kultural sangat kuat dibandingkan dengan negeri. Oleh karena itu, strategi SPMB dan PPDBM yang efektif bukan hanya tentang mengisi kuota, tetapi juga tentang membangun komunitas pendidikan yang berkualitas dan bersemangat.
Dengan memahami target audiens, membangun citra positif, memanfaatkan teknologi, berinteraksi langsung, menjalin kemitraan, menyederhanakan proses, dan memberikan pengalaman berkesan, sekolah dan madrasah dapat menarik calon peserta didik yang tepat dan bersama-sama merajut masa depan pendidikan yang gemilang. Ingatlah, setiap calon peserta didik adalah potensi yang perlu dirangkul dan dikembangkan.
–Dian Marta Wijayanti, Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang, Mahasiswa Program Doktor Manajemen Kependikan UNNES.