Oleh Mar’ah Maskanah
Dewasa ini, kita dihadapkan pada kecanggihan teknologi yang semakin hari semakin membuat hidup seperti tanpa batas. Berkat teknologi ini pula, beban kerja manusia juga terasa semakin bekurang. Salah satu hasil teknologi yang selalu kita gunakan setiap hari dan tidak mungkin tertinggal adalah penggunaan smarthphone. Dimana smartphone ini dapat digunakan oleh semua orang dari berbagai usia. Dengan menggunakan alat ini kita mampu untuk melakukan banyak hal, mulai dari komunikasi, bekerja, berkarya dan mencari informasi setiap harinya.
Secara global, rata-rata seseorang menggunakan media sosial selama 2 jam 31 menit setiap harinya. Di Indonesia sendiri, menurut data “Digital 2024: Indonesia” rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu hingga 7 jam 38 menit per hari untuk berselancar di sosial media. Hal ini menandakan bahwa penggunaan perangkat digital semakin berkembang pesat. Di dunia pendidikan, penggunaan perangkat digital seperti smartphone memudahkan para siswa unuk mencari sumber bacaan untuk menunjang pendidikan mereka. Tak hanya itu, perangkat digital juga dapat digunakan untuk melakukan pembelajaran baik secara format maupun informal melalui pembelajaran daring. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan perangkat digital berpengaruh pada kemajuan pendidikan.
- Iklan -
Seiring dengan berjalannya waktu, dimana saat ini banyak pihak berlomba-lomba untuk melakukan perubahan dengan melakukan upgrading pada sistem pendidikan dengan menggunakan perangkat digital, ternyata penggunaan perangkat digital dalam dunia pembelajaran tidak selalu berdampak positif. Faktanya di lapangan, banyak orang tua yang mengeluh akan penggunaan smartphone pada anak. Banyak dari mereka yang susah untuk belajar bahkan tidak mau belajar karena asyik menggunakan smartphonenya. Tak hanya itu, penggunaan smartphone yang diharapkan membantu siswa untuk lebih mudah dalam belajar justru memberikan distraksi yang sangat besar sehingga konsentrasi ketika belajar justru menurun. Alih-alih membuka media belajar, mereka justru terdistraksi untuk membuka sosial media dan bermain game. Hal ini dapat mengganggu waktu belajar anak yang membuat mereka tidak bisa membedakan antara waktu belajar dan bermain menggunakan smartphone.
Penggunaan smartphone selama berjam-jam dapat membuat penggunanya hanya tertuju pada layar saja. Hal ini tidak bermanfaat dalam meningkatkan fokus tetapi justru dapat menurunkan fokus. Tak hanya itu, smartphone yang awal perkembangannya diharapkan mampu mempermudah para siswa menggali informasi lebih jauh, justru hari ini menjadi salah satu penyebab siswa tidak bisa membaca dan menulis dengan baik. Dibandingkan membaca para siswa lebih senang untuk melihat video. Hal ini karena video dengan berbagai warna dirasa lebih menarik daripada tulisan yang hanya hitam putih. Tak hanya itu, tulisan-tulisan yang ada juga dianggap menjenuhkan. Sehingga keadaan ini membuat anak-anak tidak suka membaca.
Para siswa saat ini lebih suka untuk mencari jawaban-jawaban pada tugasnya langsung melalui search engine seperti Google, Brainly dan lain sebagainya. Hal ini dirasa lebih cepat, tepat dan akurat tanpa harus berpikir lama dan membaca teksbook yang panjang. Hal ini juga berdampak pada minat baca yang semakin berkurang.
Tak hanya kemampuan membaca yang menurun, kecanggihan teknologi yang semakin pesat ini juga berdampak pada kemampuan menulis para siswa. Saat ini, banyak siswa yang menganggap menulis sebagai kegiatan yang melelahkan, memerlukan banyak tenaga, serta menghabiskan waktu yang sangat banyak. Sehingga mereka lebih memilih untuk menggunakan perangkat digital seperti laptop atau tablet untuk menulis. Selain itu, menulis dengan perangkat lebih mudah karena bisa melakukan copy paste kalimat-kalimat yang diinginkan.
Di Indonesia, fenomena ini banyak dijumpai tidak hanya pada siswa tingkat sekolah dasar, tetapi juga tingkat menengah. Dengan tingkat literasi yang rendah dan kecanggihan teknologi yang tidak digunakan dengan baik membuat banyak siswa yang tidak mampu membaca dan menulis. Banyak guru menjumpai para siswa yang masuk di bangku kelas menengah pertama masih harus mengeja ketika disuruh membaca teksbook yang disodorkan kepadanya. Bahkan di tingkat kepenulisanpun, ada yang tidak mampu menulis huruf yang sesuai dengan tulisan yang sebenarnya.
Selain menimbulkan masalah penurunan kemampuan membaca dan menulis, penggunaan smartphone secara berlebihan juga dapat mengganggu kesehatan mental anak. Penggunaan smartphone yang tidak terkontrol menyebabkan anak menjadi kecanduan. Ketika sudah terjadi kecanduan anak menjadi tidak dapat terlepas dari smartphonenya. Ketika jauh dari smarphone anak menjadi stress, bahkan dapat memicu penyakit Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang menyebabkan penderitanya tidak dapat memusatkan perhatan, sering melakukan kegiatan secara berlebihan dan impulsif.
Penggunaan smartphone pada anak-anak yang kurang dari dua tahun juga dapat memicu speech delay atau keterlambatan untuk berbicara. Hal tersebut karena mereka lebih sering melakukan komunikasi semu pada smartphonenya. Saat menggunakan smartphone juga biasanya anak tidak melakukan komunikasi yang aktif sehingga ketika diajak untuk berkomunikasi secara aktif anak tidak bisa melakukan dengan baik. Bahkan banyak anak yang akhirnya mengalami masalah speech delay sehingga harus dilakukan terapi wicara.
Fenomena yang ada tersebut, menjadi bukti bahwa tak selamanya kecanggihan memberikan dampak positif dan kemajuan. Lebih dari itu, kecanggihan juga dapat menyebabkan kemunduran dan berbagai masalah, baik dalam bidang pendidikan bahkan lebih lanjut menimbulkan masalah kesehatan yang dapat merugikan penggunanya bahkan negara.
Dengan adanya fakta ini, beberapa negara maju seperti Swedia dan Finlandia bergerak untuk kembali menghidupkan sistem pendidikan menggunakan buku cetak. Buku-buku cetak yang digunakan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari ternyata mampu meningkatkan konsentrasi dengan lebih baik. Tidak hanya itu, dengan gemar membaca, juga dapat meningkatkan pengetahuan dan kosakata yang lebih baik.
Penggunaan buku cetak dalam pembelajaran pada siswa dapat memfasilitasi mereka belajar dengan minim distraksi. Dengan minimnya distraksi ini tentunya akan meningkatkan fokus ketika belajar sehingga proses menyerap pengetahuan yang ada akan lebih baik. Tak hanya itu, ternyata penggunaan buku cetak sebagai media pembelajaran juga mamu mengasah kemampuan sensorik pembacanya. Dengan menggunakan buku cetak, para pembaca akan merasakan berat dari buku yang sedan dibaca, bau dari buku yang khas dan kegiatan membolak-balik buku menjadikan kemampuan sensorik meningkat.
Buku fisik sejak dini atau dari bayi kurang dari 6 bulan sangat baik dalam mengembangkan fungsi sensorik dan menunjang kemampuan perkembangan kognitif bayi. Tak hanya itu, membacakan buku cerita sejak bayi juga dapat meningkatkan kemampuan bicara bayi. Karena dengan membacakan buku cerita ini dapat meningkatkan kosakata bayi sehingga bayi menjadi lebih familiar dengan kata-kata yang nantinya dilontarkan oleh orang di sekitarnya seiring dengan pertambahan usianya.
Baik buku fisik maupun perangkat digital memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, mengingat penggunaan smartphone yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan kemunduran kognitif maka diharapkan penggunaan perangkat digital dapat digunakan dengan lebih bijak untuk menunjang pembelajaran yang lebh kreatif dan tidak monoton. Selain itu, juga diharapkan buku cetak yang selama ini digunakan dalam dunia pembelajaran tidak ditinggalkan begitu saja. Mengingat, buku cetak memiliki peran yang banyak dalam perkembangan kemampuan literasi para siswa.
–Pegawai Akademi Keperawatan Alkautsar Temanggung