Oleh: Fathorrozi
September 2022 menjadi duka semesta. Pasalnya, tepat 26 September 2022 salah satu ulama yang populer dengan pemikirannya yang moderat telah menghembuskan napas terakhir di kediamannnya, Qatar, di usia 96 tahun. Tidak lain beliau adalah Syeikh Yusuf Qardhawi yang dikenal sebagai penceramah, pemikir, dan penulis produktif hingga karyanya tidak kurang dari 130-an yang beliau tulis dengan berbagai tema menarik serta di dalamnya memuat prinsip moderat.
Nama lengkap beliau adalah Yusuf Abdullah al-Qardhawi. Lahir di daerah Saft al-Turab (kampung kecil yang terdapat di provinsi Gharbi dengan ibu kota Tanta, Mesir, berjarak sekitar 150 km dari kota Kairo) pada tanggal 9 September 1926. Nama Qardhawi diambil dari nama kakeknya, Syeikh Ali al-Qardhawi. Selain itu, Qardhawi juga merupakan nama sebuah daerah, al-Qardhah.
Syeikh Yusuf Qardhawi berasal dari keluarga yang sangat sederhana dan sangat patuh menjalankan agama. Ayah beliau adalah seorang petani yang meninggal dunia pada tahun 1928, saat Syeikh Yusuf berusia dua tahun. Sepeninggal ayahnya, Syeikh Yusuf diasuh dan dididik oleh ibu serta paman beliau bernama Ahmad. Kala Yusuf kecil mengenyam pendidikan tahun pertama di Madrasah Ibtidai di Al-Azhar, ibunya meninggal dunia. Akhirnya, beliau diasuh dan tinggal bersama nenek dan bibinya. Di usia sembilan tahun, Syeikh Yusuf sudah hafal Alquran dengan baik.
- Iklan -
Dalam pengembaraan intelektual, pada usia lima tahun Syeikh Yusuf belajar ilmu Alquran kepada Syeikh Hamid Abu Zuwyl di desanya yang disebut Kuttab. Setelah itu, beliau berangkat ke Tanta untuk mendaftar sebagai siswa ibtidai di Al-Azhar. Di sanalah beliau berhasil menghatamkan Alquran pada usia sembilan tahun sepuluh bulan dan tercatat sebagai anak kecil yang berhasil menghafal Alquran di kampung itu. Setelah selesai belajar di tingkat ibtidai selama empat tahun, Syeikh Yusuf mendaftarkan diri di tingkat tsanawi dengan masa tempuh lima tahun.
Usai itu, beliau melanjutkan pendidikannya ke strata satu (S1) di Universitas Al-Azhar di Fakultas Ushuluddin program studi Akidah dan Filsafat. Tahun 1952 beliau lulus dengan menyandang predikat cumlaude. Selepas lulus dari Universitas Al-Azhar, Syeikh Yusuf dikenal sebagai ulama kontemporer yang memiliki ciri khas dalam pemikiran ilmu fikih. Fikih ala Syeikh Yusuf Qardhawi penuh dengan Alquran dan Hadis, serta tidak terikat dengan mazhab tertentu maupun ulama terdahulu.
Belum puas dengan ilmu diperoleh, Syeikh Yusuf kuliah di Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar dan menyelesaikannya pada tahun 1954. Pada jurusan ini beliau mendapat ijazah internasional dan sertifikat mengajar. Kemudian tahun 1957, beliau melanjutkan studi di Ma’had al-Buhuth wa al-Dirasat al-Arabiyah al-Aliyah (Lembaga Tinggi Riset dan Kajian Arab). Di lembaga ini Syeikh Yusuf memperoleh gelar diploma tinggi dari jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Selain itu, pada tahun yang sama (1957), beliau melanjutkan studi program pasca sarjana di Universitas Al-Azhar dengan konsentrasi Ilmu Tafsir Hadis dan menyelesaikannya pada tahun 1960. Setelah itu, beliau melanjutkan studi ke jenjang doktor selama tiga tahun.
Bersama Abdul Muiz dan Abdus Sattar, Syeikh Yusuf mendirikan Sekolah Ma’had al-Diniy. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Syariah Qatar yang kemudian berkembang menjadi Universitas Qatar dengan berbagai fakultas. Pada tahun 1977, Syeikh Yusuf diangkat menjadi dekan fakultas syariah, lalu menjadi Direktur Pusat Kajian Sunah dan Sejarah Nabi di Universitas Qatar.
Berdasarkan perjalanan intelektual, diketahui bahwa beliau menguasai hampir seluruh bidang kajian keagamaan Islam. Syeikh Yusuf menguasai bidang akidah, teologi Islam, bahasa dan sastra Arab serta sejarah dan peradaban Islam. Di samping itu, beliau juga menguasai ilmu tafsir dan hadis sejak ia studi pada tingkat magister dan doktor di Universitas Al-Azhar.
Penguasaan yang luas dan mendalam tentang ilmu agama serta pengetahuan umum, membuat beliau banyak melahirkan karya ilmiah di berbagai bidang keilmuan. Dalam bidang Fikih (Ushul Fiqh), beliau menulis al-Halal wa al-Haram fil Islam, Fiqh al-Ghina’ wa al-Musiqa, Taysir al-Fiqh: Fiqh Shiyam, Fatawa Mu’ashirah, Fiqh at-Tharah, Fiqh al-Aqaliyyat al-Muslimah, Min Fiqh-Daulah al-Islam, Al-Ijtihad fi Syari’ah al-Islamiyah, Fatawa bayn al-Indibat wa at-Tasayyub, Madhkal li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah, Fiqh al-Islami bayn al-Asalah wa al-Tajdid, dan Ijtihad al-Mu’asir bayn al-Indibat wa al-Infirat.
Sementara karya beliau di bidang Ekonomi Islam, antara lain Fiqh al-Zakat, Bay’u al-Murabahah li al-Amri bi al-Shira, Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami, Mushkilat al-Faqr wa Kayfa Alajaha al-Islam, Dur al-Zakat fi Alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah, dan Fawa’id al-Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram. Dalam bidang Alquran dan as-Sunah lahirlah karya al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran, al-Sabru fi al-Quran, Al-Muntaqa min at-Taghib wa at-Tarhib, Kayfa Nata’amal ma’al Quran, Madkhal li Dirasat as-Sunnah, Tafsir Surah al-Ra’d, Kayfa Nata’amal ma’al as-Sunnah al-Nabawiyyah, dan Al-Sunnah Masdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadarah.
Sedangkan dalam bidang Aqidah dan Akhlak, Syeikh Yusuf Qardhawi menulis Wujud Allah, Haqiqat al-Tawhid, Iman bi Qadr, Mawqif al-Islam min al-Ilham wa al-Kasyfh wa al-Ru’a wa Min al-Kananah wa al-Tarna’im wa al-Ruqa, At-Tawakkal, At-Tawbah ila Allah, Al-Hayat al-Rabbaniah wa al-‘Ilm, dan Al-Niyat wa al-Ikhlas. Adapun karya beliau di bidang Pendidikan dan Dakwah, antara lain Al-Rasul wa al-Ilmi, Al-Tarbiah al-Islamiah wa Madrasah Hassan al-Banna, Al-Ikhwan al-Muslimun Sab’in Amman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyyah, Al-Waqt fi Hayat al-Muslim, Thaqafat al-Da’iyyah, serta karya-karya beliau yang lain.
Syeikh Yusuf Qardhawi merupakan salah satu ulama yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi dengan berbagai upaya yang telah dilakukannya. Salah satu contoh mengenai elastisitas hukum. Beliau menilai hukum Islam bisa berubah kapan saja dengan menyesuaikan kondisi manusia, waktu dan tempat. Di samping itu, saat menghadiri konferensi internasional di berbagai negara, beliau menyampaikan konsep-konsep moderasi yang beliau temukan di berbagai cabang ilmu yang dikuasai.
Syeikh Yusuf Qardhawi adalah seorang ulama yang tidak menganut mazhab tertentu. Dalam karangannya, al-Halal wa al-Haram, beliau mengatakan, “Saya tidak rela rasio saya terikat dengan satu mazhab dalam seluruh persoalan.” Menurutnya, para imam yang empat selaku tokoh pendiri mazhab yang populer di kalangan umat Islam tidak pernah mengharuskan mengikuti salah satu mazhab. Semua mazhab itu tidak lain hanya hasil ijtihad para imam. Sementara para imam tidak pernah mendewakan dirinya sebagai orang yang ishmah (terhindar dari kesalahan). Satu sama lain tidak ada rasa permusuhan, bahkan di antara mereka saling menghormati pendapat, ramah dan menjalin kasih sayang.
Oleh karena itu, Syeikh Yusuf Qardhawi tidak mengikat dirinya pada salah satu mazhab tertentu. Sebab menurutnya, kebenaran tidak dimiliki oleh satu mazhab saja. Inilah yang mempengaruhi pemikiran dan karya beliau yang mengandung nilai-nilai moderat. (*)
*) Fathorrozi, alumnus Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN KHAS Jember, tinggal di Ledokombo, Jember.