Oleh Aan Heri Ustadzi
Sowan kepada orang alim merupakan hal yang lazim bagi umat Islam di Indonesia, dijawa khususnya fenomena tersebut seakan sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat jawa untuk sowan kepada kiai. Bertamu atau dalam istilah jawa disebut “sowan” para tamu tersebut biasanya membawa maksud tujuan dan kepentingan masing-masing. Banyak diantara mereka sowan kepada Kiai untuk sekadar meminta doa, bercerita keluh kesah dalam kehidupannya, atau bahkan sekadar untuk berfoto dengan Kiai yang masyhur.
Ahmad Baha’uddin Nursalim atau yang kerap disapa Gus Baha’ dari Narukan Rembang seorang Kiai yang alim yang sangat disegani oleh seluruh kalangan dari kaum awam hingga akademisi doktor dan profesor karena tingkat kedalaman dan keluasan ilmunya bak samudra, dalam beberapa ceramahnya beliau sering mengingatkan kepada kita semua bahwa sowan kepada kiai yang baik adalah dengan tujuan ngaji (belajar ilmu agama) bukan untuk sowan meminta doa. Selain para kiai waktunya Kiai sibuk untuk keluarganya dan sibuk mengaji dan mengajar kepada para santri-santrinya, sowan akan menyita waktu yang sebenarnya waktu tersebut habis digunakan Kiai untuk beribadah, untuk keluarga, dan untuk memberikan pengajian kepada santri-santrinya yang belajar ilmu agama. Jadi sowan itu sangat mengganggu.
Dalam salah satu dalam kesempatan pengajian posonan Ramadlan Beliau KH. Ahmad Baha’uddin Nursalim/Gus Baha’ dawuh “Hubungan karo orang alim iku yo ngaji ojo koyo wong jowo hubungane sowan ora ngaji, wes aneh-aneh, hubungan mbi wong alim yo ngaji, hubungan kok sowan lucu, sowan mok jaluk dongo tok, dukun yo dijaluki dongo podowae kok, aneh-aneh hubungan mbi wong alim yo ngaji, titik. Nabi ngendikan:
- Iklan -
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Yoiku majlis-majlis iling pengeran, hampir semua ulama menafsirkan riyadhil jannah adalah majlis yang menerangkan halal haram majlis nerangno kayfiyatul ibadah”.
Artinya; Berhubungan dengan orang alim ya ngaji (belajar ilmu agama) jangan sampai seperti kebanyakan orang jawa bertamu kepada orang alim tujuannya sowan tidak untuk mengaji, aneh-aneh saja, hubungan dengan orang alim itu tujuannya ya mengaji (belajar hukum agama), tujuan sowan kok tidak ngaji, aneh. Berhubungan kok sowan itu lucu, tujuan sowan untuk meminta doa saja lagi, dukunpun samasaja juga dimintai doa. Tujuan sowan ya mengaji titik. Rosulullah Muhammad Saw. bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang”. Para sahabat bertanya, “Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir”.
Gus Baha menjelaskan ya itu majlis-majlis dzikir mengingat Allah Swt. dan menurut Beliau hampir semua Ulama menafsirkan riyadhil jannah adalah majlis yang menerangkan halal haram dan majlis yang menjelaskan kayfiyatul ibadah(tatacara beribadah).
Beliau melanjutkan: “tapi nek wong sowan kan crito tokone juk ben berokah, malah ono seng kurang ajar kulo niku gadah garwo tigo dongake rukun kabeh, wong garwane Kiaine mok sitok kok kondongano bojo telu rukun kabeh”.
Artinya : tapi kalau orang sowan cerita minta didoakan biar tokonya berkah, malah ada yang kurang ajar ada tamu istrinya tiga minta minta didoakan rukun/damai semua. Orang Kiainya istrinya satu kok disuruh mintra tiga istri rukun semua.(gak masuk akal)
Jadi masalah sowan kepada Kiai kalau tidak untuk masalah mengaji akan menjadi momok dan mengganggu Kiai tersebut. Apalagi yang dipikirkan dirinya sendiri Baliau gus Baha sangat risau daan tidak setuju dengan masalah ini, Gus Baha dawuh:
“Bahas ilmu ya ngaji liane ngaji mesti bahas awake dewe, wong kiai ra pengen dadi bupati tamune pengen dadi bupati juk dongakno nek rahasil jare dongane ngobos, wes”.
Membahas masalah ilmu ya dengan mengaji tanpa mengaji pasti yang dibahas dirinya sendiri, orang Kiai tidak ingin menjadi Bupati kok tamunya malah minta didoakan menjadi Bupati, kalau tidak terkabul katanya doa (kiai) tidak mustajab.
Demikian penjelasan gus Baha mengenai sowan kepada Kiai/orang alim. Semoga kita dapat meniru jejak-jejak beliau dengan mentradisikan mengaji kepada Kiai/ulama bukan mementingkan keegoisan diri sendiri.
BIODATA PENULIS
Aan Heri Ustadzi merupakan alumni PP Assalaf Jeketro Grobogan, pondok pesantren Darul Ulum Kudus dan sekarang nyantri di Pondok pesantren Mazro’atul Ulum Damaran Kudus dibawah kepengasuhan KH. A. Bahauddin Nursalim dan KH. ali Imron Zubaidi, penggiat literasi, dan kepenulisan khususnya keislaman dan hukum islam. Lahir di Grobogan 13 Agustus 1997. Aktif di Email Aanheri2929@gmail.com, Facebook @Aan, IG @Aan_ustadzi. Demikian.