Oleh Deffy Ruspiyandy
Pada prinsipnya, manusia yang hidup di atas dunia akan dilihat dari perilaku yang diperlihatkan kepada orang-orang. Sesungguhnya manusia yang mulia akan selalu menunjukkan sikap baiknya dan berperilaku selaras dengan aturan agama yang ada. Tentu saja mereka yang terbiasa menjaga attitude akan mengutamakan sesuatu yang tak membuat dirinya tercela serta baginya ia pun tak ingin merugikan orang lain walaupun dalam hal kecil.
Salah satu hal yang sering menjadi sorotan kita selama ini adalah terkait dengan janji yang diucapkan seseorang. Kita tidak melihat itu pejabat, anggota DPR, pengusaha atau siapa pun dalam hal ini. Yang jelas bagi mereka yang tak mampu memenuhi janji apalagi sengaja untuk tidak memenuhi janji maka sama artinya dia telah berperilaku buruk di hadapan orang-orang dan itu adalah nilai negatif yang akan tersemat pada dirinya.
Sungguh hal yang sangat menarik ketika membiarakan soal janji ini karena semakin hari kita malah diperlihatkan dengan realita di mana banyak orang yang justru berani mengingkari janjinya padahal ia pun punya kesanggupan untuk memenuhi janjinya itu. Hal ini jelas realita yang membuat kita miris karena urusan janji malah dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Urusan janji bukan persoalan kepada manusia semata tetapi hal itu terkait pula hubungan kita dengan Allah. Karena orang yang bertakwa kepada Allah maka dirinya tidak akan pernah mengingkari janji yang telah diucapkannya.
- Iklan -
“Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran: 76)
Tentu saja siapa pun orangnya yang selalu menepati janji menunjukkan dirinya selalu berkomitmen dengan agama Islam yang dianutnya. Menepati janji bukan saja perbuatan yang menghasilkan pahala tetapi hal tersebut menunjukkan tentang sebuah akhlakul karimah. Bagi orang yang selalu menepati janji akan selalu merasa takut hanya kepada Allah. Baginya manusia bisa saja dibohongi oleh dirinya dengan berbagai alasan tetapi Allah Maha Tahu apa pun yang dilakukan olehnya. Artinya, janji bukan saja sebuah perbuatan namun menunjukkan ciri-ciri dari orang bertakwa, dengan menjalankan perintah-Nya dan selalu menjauhi segala larangan-Nya.
Menepati janji memang bukan persoalan yang mudah karena membutuhkan komitmen yang cukup tinggi. Tetapi bagi mereka yang takut dianggap orang yang tak memenuhi janji maka akan senantiasa berusaha melakukan seoptimal mungkin di dalam hidupnya. Kendati di dalam sebuah kesempatan dirinya karena sesuatu hal tak bisa memenuhi janjinya, maka ia pun akan berusaha memberitahu kepada orang yang telah diberi janji olehnya.
Orang yang berupaya memenuhi janji tidak mau dirinya menjadi orang yang dianggap berperilaku buruk karena tak bisa memenuhi janjinya. Tak mengherankan jika kini banyak orang yang menganggap hal yang sepele makanya dia pun akhirnya terjebak dengan perbuatannya itu dan dianggap orang sebagai orang yang ingkar janji.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda orang munafik itu ada tiga: jika berbicara dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (H.R. Bukhari Muslim)
Kategori orang yang mengingkari jelas mendapat sematan yang buruk dan dikategorikan sebagai orang yang munafik. Maka dari itu jika telah memahami agama secara benar pastilah orang akan takut jika mengingkari janji. Karenanya orang-orang yang takut dengan Allah maka dirinya takkan begitu mudah untuk mengumbar janji karena janji itu ibarat utang yang harus tetap dipenuhi dalam kondisi apa pun.
Orang yang beriman dan memiliki keislaman secara kokoh akan senantiasa membuang sifat yang bisa menjerumuskan dirinya sebagai orang yang ingkar janji karena hal tersebut akan merugikan dirinya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu [ditempatkan] pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan sekali-kali mereka tidak akan mendapat seorang penolong pun.” (Q.S. An-Nisa: 145)
Ancamannya begitu jelas, siapa pun yang mengingkari janjinya maka sama saja dengan menjerumuskan dirinya kepada kehancuran. Dengan demikian maka persoalan janji ini bukanlah sebuah hal sepele melainkan merupakan sebuah kondisi yang mengharuskan kita memiliki keimanan yang kokoh untuk mampu memenuhinya. Benar hal itu memang bukan hal mudah untuk dilakukan tetapi bukan pula hal yang sulit untuk dilakukan. Selama kita berpegang teguh kepada keyakinan Allah akan meudahkan kita dalam hal kebaikan maka persoalan janji itu bukan hal yang berat. Karenanya sebaik mungkin kita mesti berusaha untuk bisa memenuhi janji dan tidak mengecewakan orang lain sebab hal ini terkait dengan kepercayaan.
Jika orang sudah tidak percaya kepada kita maka seumur hidup orang tidak akan percaya lagi kepada kita.
Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (H.R. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)
Tentunya ada baiknya kita selalu berusaha menjadi orang yang selalu mampu memenuhi janji dalam kesulitan apa pun. Bukankah dengan selalu mengedepankan terpenuhi janji berarti sama saja dengan membayar utang yang ada.
Oleh sebab itu sebagai muslim yang baik tak ada salahnya selalu berusaha berkomiten memenuhi janji. Semua menyadari dengan memiliki akhlakul karimah itu sama artinya dengan kita memiliki modal berharga dalam kehidupan yaitu kepercayaan semakin kita mampu memupuk kepercayaan maka akan banyak orang yang percaya kepada kita serta hal itu akan menjadi keuntungan karena kita mampu dipercaya oleh orang-orang karena kemampuan diri kita di dalam memenuhi janji tersebut secara utuh.
Dengan selalu mampu memenuhi janji selama hidup maka itu sebuah keuntungan yang tak ternilai harganya. Di kala orang mungkin banyak yang mengingkari janji di sini kita berusaha untuk selalu mampu memenuhi janji.
Mampu memenuhi janji maka kita akan dekat dengan Allah dan semakin dekat dengan Allah maka selamanya kebaikan akan ada untuk kita. ***
DEFFY RUSPIYANDY, adalah penulis lepas dan penulis ide cerita di beberapa TV Swasta. Kini bermukim di Kota Bandung.