Oleh Deffy Ruspiyandy
Keteraturan dalam bidang apa pun tentu saja sangat diharapkan agar apa yang dilakukan bisa berjalan secara baik. Kehidupan yang dijalani setiap orang jelas membutuhkan kondisi yang memungkinkan bagi siapa saja agar kehidupan yang dijalaninya memberikan nilai yang berarti baginya. Karenanya, Islam sangat menganjurkan bagi umatnya agar senantiasa mampu melakukan sesuatu tanpa menunda-nunda sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan aktivitas yang lain.
Semua terkait dengan persoalan waktu. Dalam Islam ada pembatasan-pembatasan yang harus disegerakan karena terkait hal yang wajib dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan. Salah satunya perintah salat lima waktu adalah cermin bagi kaum muslimin agar senantiasa memperhatikan waktu. Ketika azan berkumandang, hal tersebut sesungguhnya menandakan jika ada waktunya agar kita meninggalkan seluruh aktivitas yang ada agar segera menemui Allah dengan melaksanakan salat. Sayang, dalam kaitan ini, banyak kaum muslimin yang selalu menunda-nunda salat dan tidak tepat waktu melakukannya, padahal salat di awal waktu adalah paling utama.
Dalam kitab Bulughul-Maram karya Ibnu Hajar al-Asqalani dijelaskan, Rasulullah saw. pernah menganjurkan umatnya untuk melakukan salat di awal waktu. Hal itu sebagaimana yang bersumber dari hadis. Hadis tersebut berbunyi: “Wa an Ibni Mas’ud qala: qala Rasulullah saw.: ‘Afdhalul-a’mali as-shalatu fi awwali waqtiha,”. Yang artinya: “Dari Ibnu Mas’ud dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: ‘Amalan yang paling afdal adalah mendirikan salat (lima waktu) di awal waktu,”. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
- Iklan -
Melakukan salat di awal waktu ini bukan saja terkait dengan penghambaan kepada Allah sebagai hamba yang taat semata, tetapi menunjukkan pula sebagai seorang muslim yang menghargai waktu. Artinya, dengan mengutamakan salat di awal waktu sama artinya dengan menghargai waktu itu sendiri serta hal tersebut menunjukkan jika yang bersangkutan berusaha mendisiplinkan diri dalam segala. Allah memberi perintah salat tepat waktu adalah panduan terbaik agar manusia selain taat dia juga akan mampu menghargai waktu dan senantiasa mengerjakan sesuatu tanpa menunda-nunda. Sebab manusia terkadang selalu menyepelekan hal yang satu ini hingga mereka terjebak dengan kesibukannya yang tidak teratur dan tumpang-tindih karena tidak berdisiplin dalam segala hal.
Karenanya, waktu yang diberikan kepada semua orang adalah 24 jam. Namun jika selama itu tak dimanfaatkan sebaik mungkin tetap akan sia-sia. Ya selama waktu itu pula harus mampu dioptimalkan untuk amal ibadah yang dilakukan.
Berbicara soal waktu, waktu adalah pedang karena jika kita tak mampu mengelolanya secara baik maka pedang itu akan menebas diri kita sendiri. Artinya, dengan waktu yang ada sudah seharusnya semua dapat termenej secara baik. Waktu ibadah terkelola secara baik, waktu bekerja tak terbengkalai dan waktu beristirahat dapat dimanfaatkan secara utuh. Artinya dengan keteraturan yang dijalani maka kehidupan akan berlangsung harmonis dan akan semrawut kalau kita selalu meunda-nunda sesuatu.
Benar sekali, banyak menunda sesuatu sama artinya dengan mengundang sesuatu yang membuat kita terjebak dengan PR-PR yang tak mampu diselesaikan karena muncul pekerjaan lainnya. Jadi siapa pun harus segera menyegerakan apa pun dalam hidup karena waktu kita sempit dan kita tak pernah tahu dengan apa yang akan terjadi kemudian. Muslim yang baik adalah orang yang tak pernah menunda-nunda pekerjaan. Sekiranya saat itu bisa diselesaikan maka akan diselesaikan karena khawatir pekerjaan itu tak bisa dilakukannya karena satu lain hal.
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR Al-Bukhari No. 6412)
Dengan begitu, bagi seorang muslim sangat dianjurkan untuk dapat menggunakan waktu seefektif mungkin dan hidupnya tentu harus ada di dalam keteraturan dalam segala hal. Sebuah ilustrasi yang bisa kita kedepankan di mimbar hikmah kali ini. Kebiasaan tidur terlalu larut malam tentu saja membuat tubuh kita menjadi terganggu karenanya. Selain itu hal tersebut justru menimbulkan efek negatif lainnya. Bisa menimbulkan penyakit, menimbulkan kemalasan dalam bekerja serta membuat kita pun jadi sulit melakukan salat tahajud ataupun terkadang membuat kesiangan salat Subuh. Yang artinya, bahwa kita tak boleh menyepelekan waktu dalam hal ini. Waktu itu adalah mahal dan tak pernah bisa kembali.
Banyak dari kaum muslimin yang akhirnya mendapatkan penyesalan karena tak mempedulikan waktu itu sendiri dan selalu menunda-nunda sesuatu. Ketika waktu muda tak mau belajar Al-Qur’an dan Islam secara sungguh-sungguh sehingga di masa tua menjadi kesulitan di dalam belajar dan penyesalan itu baru terasa ketika orang lain telah paham semuanya ternyata yang bersangkutan malah tidak mengerti sama sekali hingga akhirnya minder dan tak mau lagi belajar. Di sini menunjukkan bahwa orang memiliki keterbatasan dalam segala hal maka ketika ada kemampuan untuk melakukan sesuatu maka jangan sekali menunda-nunda.
Islam sungguh telah memberi panduan yang begitu berarti bagi kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan waktu melalui perintah salat. Namun sayang pula banyak dari mereka yang melakukan salat tetapi hanya menggugurkan kewajiban semata padahal semestinya semua itu dilakukan secara khusyuk. Berarti bagi kaum muslimin itu sendiri senantiasa mesti melakukan apa pun dengan kualitas yang terbaik. Kondisi itu hanya bisa diciptakan jika yang bersangkutan memiliki cukup waktu dan tidak menumpuk pekerjaan yang mesti dilakukannya sebagai konsekuensi dari menunda-nunda pekerjaan. Jadi menunda apa pun seharusnya dihindari agar apa yang dilakukan dalam segala hal bisa optimal.
Jadi sejak saat ini seorang muslim yang baik haruslah mampu menata waktunya secara baik. Dia pun akan selalu mengutamakan menyelesaikan sesuatu dalam segala tanpa menunda-nunda. Baginya waktu itu adalah penting dan tak ingin waktu itu justru membuatnya terjebak dalam rutinitas yang tak ada artinya karena kelalaiannya sebab itu akan merugikannya kecuali orang-orang yang mampu memanfaatkan waktunya untuk amal ibadah dan menggunakannya untuk mampu mendekat kepada Allah.
“Demi masa, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (QS.al-Ashr : 1-3).***
*DEFFY RUSPIYANDY adalah Penulis Lepas dan Penulis Ide Cerita di beberapa TV Swasta. Kini bermukim di Kota Bandung