Oleh Rasyida Rifaati Husna
Menjadi hamba yang dicintai Allah adalah dambaan bagi setiap orang yang beriman. Ketika Allah mencintai mereka, Dia akan selalu memberikan perlindungan, keberkahan, serta ketenangan dalam hidup hambaNya. Akan tetapi, tentu untuk meraih cinta Allah juga diperlukan usaha dan perjuangan yang sungguh-sungguh disertai pengorbanan.
Alquran telah memberikan petunjuk penting bagi setiap muslim untuk mengenali sifat dan kriteria golongan orang-orang yang dicintai Allah, sehingga mereka dapat berusaha mengamalkan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana para ulama bersepakat bahwa kalau ada ungkapan bahwa “Allah mencintai sesuatu” maksudnya adalah perintah untuk menjadi seperti yang Allah cintai tersebut.
Allah Mencintai Tawwabin dan Mutathahhirin
- Iklan -
Di antara golongan yang dicintai Allah adalah orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firmanNya
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Q.S. al-Baqarah: 222)
Manusia tempatnya dosa, kesalahan, dan khilaf. Namun, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan senang kepada hamba yang bertaubat kepadaNya dan mengampuni dosa-dosanya.
Bahkan Rasulullah pernah bersabda, “Demi Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika kalian tidak melakukan dosa, maka Allah akan melenyapkan kalian. Kemudian Allah mendatangkan orang-orang baru yang mereka melakukan dosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR Muslim)
Adapun orang yang bertaubat adalah kembali kepada Allah dari segala perbuatan dosa. Dalam konteks ini, taubat bukan hanya sekadar pengakuan, tetapi juga merupakan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sementara orang yang mensucikan diri adalah mereka yang mensucikan badan dari hal-hal dzahir, seperti kotoran dan hadast (besar maupun kecil) serta dari kejelekan-kejelekan dan kemungkaran. Juga mensucikan hati dari segala penyakit hati seperri takabur, hasad, dan lain-lain.
Allah Mencintai Orang yang Bertakwa
Takwa adalah sikap menjaga diri dari segala yang dilarang Allah dan melaksanakan perintahNya. Allah sangat mencintai hambanya yang bertakwa, sebagaimana dalam firmanNya.
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran: 76)
Dalam konteks ayat ini, takwa adalab perintah untuk takut dan berhati-hati agar jangan sampai memakan harta orang lain, serta berhati-hati dalam menjaga amanah atas harta yang dititipkan. Dalam hadis, “Seorang hamba tidak sampai derajat muttaqin hingga dia meninggalkan hal-hal yang tidak mengapa karena takut akan tertimpa apa-apa.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dua ayat “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa” lainnya yang sama persis terdapat dalam surah at-Taubah: 4 dan 7, yang menjelaskan perintah kewajiban menepati janji mereka atas amanah harta yang dititipkan pada diri mereka dan kewajiban untuk berhati-hati atas harta titipan milik orang lain.
Pelaku Kebaikan
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali Imran: 134)
Ayat di atas menegaskan bahwa kasih sayang Allah akan tercurah pada mereka yang berbuat baik kepada sesama. Syekh Wahbah al-Zuhaili menjelaskan al-muhsinin yang dimaksud ayat ini bukan orang yang berbuat baik kepada orang yang baik kepada dirinya, atau tidak mengganggunya. Namun, mereka adalah orang-orang yang membalas kejahatan dengan kebaikan.
Dengan cara tetap memberikan kemanfaatan dan kebaikan kepada orang yang telah berbuat jahat atau dengan cara tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang serupa ketika di dunia. Demikian pula ketika di akhirat memaafkan dan tidak menuntut hak-hak mereka yang ada pada orang lain.
Sifat-sifat pelaku kebaikan yang dicintai Allah juga dapat ditemukan di empat ayat lain, yaitu surah al-Baqarah: 195, Ali Imran: 148, al-Maidah: 13 dan 93.
Orang yang Sabar
وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ
Sungguh Allah mencintai orang-orang yang sabar. (Q.S. Ali Imran: 146)
Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi berbagai cobaan dan tantangan. Dengan bersabar, seseorang dapat mengatasi berbagai tantangan hidup dan tetap fokus pada tujuan yang lebih besar, yaitu meraih keridaan Allah.
Sebagaimana para sahabat Nabi dalam konteks ayat ini, mereka tidak pernah bersikap lemah dan menyerah akibat apa yang menimpa mereka di dalam jihad. Sikap dan tindakan mereka membuktikan kuatnya keimanan keikhlasan dan ketulusan mereka. (Tafsir al-Munir 2/453)
Tawakkal
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran : 159)
Ibnu Jarir at-Thabari menjelaskan makna tawakkal artinya ridha dengan ketetapan Allah. Mereka membebaskan diri dari segala ketergantungan selain Allah dan menyerahkan keputusan atas segala sesuatunya hanya kepadaNya.
Berbuat Adil
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Sungguh Allah mencintai orang yang berbuat adil. (Q.S. al-Mumtahanah: 8)
Allah mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat adil dan meridhai mereka, serta membenci orang-orang yang berlaku zalim dan menghukum mereka. Orang-orang yang adil adalah mereka yang menegakkan keadilan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam konteks ayat ini berhubungan terhadap saudara yang berbeda agama dan keyakinan. Sebagaimana ajaran Islam yang melarang umatnya untuk saling menyudutkan apalagi bertindak diskriminatif yang menyebabkan orang-orang menjadi antipati pada Islam.
Perilaku orang-orang yang berbuat adil yang dicintai Allah, juga ditemukan dalam surah al-Maidah: 42 dan surah al-Hujurat: 9
Jihad di Jalan Allah
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Q.S. ash-Shaf : 4)
Jihad di jalan Allah adalah salah satu amal yang sangat dicintai Allah. jihad bukan hanya tentang perang fisik, tetapi juga tentang perjuangan dalam kebaikan. Seperti dalam Ianatu Thalibin, disebutkan bahwa jihad itsbat wujudullah (meneguhkan wujud Allah) melalui berdzikir, menjaga alam dan lingkungan sebagai wujud ciptaan Allah.
Kemudian, menegakkan syariat Allah dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, misalnya mendirikan shalat, bersikap jujur. Ketiga, perang yang dilakukan dengan persyaratan yang ketat dan cara-cara yang beradab bukan untuk merusak atau menghancurkan kehidupan. Terkahir, jihad adalah menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran untuk semua manusia.[]
-Rasyida Rifaati Husna, afiliasi: Uin walisongo semarang