Oleh: Muhammad Nur Faizi
Radikalisasi dan ideologi intoleransi menjadi ancaman nyata bagi keberagaman dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Proses ini tidak hanya melibatkan kelompok radikal dengan metode propaganda yang canggih, tetapi juga sering kali dipicu oleh ketidaktepatan perilaku atau pernyataan dari tokoh agama yang seharusnya menjadi panutan.
Sehingga tokoh agama memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa pesan-pesan keagamaan yang disampaikan tidak hanya relevan, tetapi mendorong toleransi dan saling pengertian antarumat beragama. Pendidikan agama yang moderat dan berimbang menjadi salah satu cara untuk menanggulangi radikalisasi dan memperkuat integrasi sosial di tengah keberagaman.
Salah satu tokoh agama yang konsisten mempertahankan prinsip moderasi dalam ajaran agama adalah Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Sebagai seorang ulama dan cendekiawan Muslim terkemuka, Shihab telah memberikan kontribusi besar dalam menyuarakan pentingnya moderasi beragama, sekaligus menjaga integritas ajaran agama dari upaya penyalahgunaan.
- Iklan -
Sebagai seorang cendekiawan yang sangat dihormati, M. Quraish Shihab aktif dalam memberikan pencerahan melalui media, seminar, dan dialog antarumat beragama. Beliau tidak hanya berbicara tentang moderasi dalam Islam, tetapi berusaha membangun jembatan antara agama yang berbeda untuk menciptakan harmoni sosial. Moderasi beragama yang dijunjung oleh Shihab bukan hanya soal menjaga jarak dari ekstremisme, tetapi menyadari bahwa setiap agama memiliki nilai-nilai universal yang dapat menyatukan umat manusia dalam kasih sayang dan kedamaian.
Quraish Shihab dikenal luas sebagai salah satu tokoh yang selalu menekankan pentingnya moderasi dalam beragama. Sebagai seorang ulama yang juga seorang pemikir, M. Quraish Shihab selalu mengingatkan bahwa Islam adalah agama yang memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil-‘alamin). Dalam konteks Indonesia yang multikultural, moderasi dalam beragama sangat diperlukan agar agama dapat menjadi sumber kedamaian, bukan perpecahan.
Dalam bukunya yang berjudul “Mengapa Saya Muslim”, M. Quraish Shihab menegaskan pentingnya pemahaman yang seimbang dan tidak ekstrem dalam agama. Beliau menyebutkan bahwa radikalisasi beragama tidak hanya dipengaruhi oleh propaganda kelompok radikal, tetapi juga bisa terjadi karena kesalahan pemahaman atau interpretasi yang tidak proporsional terhadap ajaran agama. “Agama yang benar adalah agama yang tidak mengajarkan kekerasan atau pemaksaan, melainkan memberi ruang untuk perbedaan dan saling menghargai,” ujar M. Quraish Shihab dalam berbagai kesempatan.
Penyebaran ideologi intoleransi tidak hanya terbatas pada kelompok tertentu, namun bisa muncul dari mereka yang menganggap diri mereka sebagai pembela agama. Oleh karena itu, tokoh agama seperti M. Quraish Shihab memainkan peran penting dalam memperkenalkan pendekatan yang lebih inklusif dan terbuka terhadap perbedaan. Menurut M. Quraish Shihab, pendekatan yang tidak menutup diri terhadap pemahaman yang lebih luas akan mencegah pemikiran sempit yang bisa berujung pada radikalisasi. Moderasi beragama, dalam hal ini, bukan hanya sekedar pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap umat beragama untuk menjaga keberagaman dan perdamaian di Indonesia.
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa salah satu faktor yang memperbesar potensi radikalisasi adalah ketidaktepatan dalam memperkenalkan nilai-nilai agama kepada masyarakat. Tokoh agama yang seharusnya menjadi contoh, justru bisa menjadi pintu masuk bagi penyebaran ideologi radikal apabila mereka tidak berhati-hati dalam menyampaikan ajaran agama.
Menanggapi Klaim Moderat yang Tidak Sejalan dengan Tindakan
Di tengah maraknya radikalisasi, muncul fenomena yang mengkhawatirkan, yakni klaim beberapa pihak yang mengaku diri sebagai moderat, namun dalam praktiknya justru memperburuk keadaan. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa dalam konteks ini, integritas para tokoh agama sangat penting. Mereka harus mampu menjadi teladan dengan tindakan nyata, bukan sekadar dalam wacana. Dalam beberapa kesempatan, ia mengkritik keras mereka yang mengaku moderat namun perilakunya menciptakan ketegangan antarumat beragama.
Tentu saja, ada sejumlah pihak yang berusaha memanfaatkan kebebasan beragama sebagai sarana untuk memperburuk situasi. Mereka yang mengaku sebagai moderat terkadang malah melakukan tindakan yang justru memperuncing perbedaan, bukan menciptakan kedamaian. M. Quraish Shihab, yang dikenal sebagai salah satu tokoh moderat beragama, mengingatkan bahwa sikap tegas dalam menjaga kesatuan bangsa dan keberagaman adalah kunci penting untuk menghadapi ancaman radikalisasi.
Quraish Shihab menyinggung tentang pentingnya menjaga citra Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai pilar utama dalam pemahaman Islam di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, ia mengingatkan bahwa kelompok wahabi, salafi, dan kelompok intoleran lainnya kerap memanfaatkan celah ini untuk menyerang ajaran Islam yang moderat dan membawa narasi bahwa Islam yang rahmatan lil-‘alamin dianggap lemah. Dalam bukunya “Islam, antara Gagasan dan Praktik”, ia menulis bahwa “tidak ada tempat bagi radikalisasi dalam agama, karena agama harus mengedepankan kasih sayang dan menghormati perbedaan.”
Quraish Shihab menjelaskan bahwa moderasi agama bukan hanya sekadar slogan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Dalam dialog-dialog antaragama yang ia lakukan, baik dalam forum-forum resmi maupun media, ia selalu menekankan pentingnya sikap toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. “Agama yang membawa kedamaian adalah agama yang memberi ruang bagi perbedaan,” ujar Shihab dalam acara “Dialog Kebangsaan” di Jakarta pada 2018.
Maka untuk menghadapi kelompok-kelompok intoleran, penting untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi yang menyesatkan. Ia berpendapat bahwa kekuatan umat beragama terletak pada kemampuan mereka untuk tetap bersatu dalam keragaman, memperkuat solidaritas antarumat, dan menghindari sektarianisme. Oleh karena itu, moderasi agama yang sesungguhnya adalah sebuah jalan panjang yang membutuhkan komitmen dan kesungguhan dari seluruh elemen masyarakat, mulai dari tokoh agama, pemimpin masyarakat, hingga individu dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Tokoh Agama dalam Mencegah Radikalisasi
Quraish Shihab mengingatkan bahwa tokoh agama memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap agama. Dalam bukunya “Ilmu Agama yang Mengantarkan pada Kebenaran”, ia menyatakan bahwa bila integritas tokoh agama tergerus, maka ruang bagi penyebaran radikalisasi dan ideologi intoleransi akan semakin besar. Oleh karena itu, para tokoh agama harus mampu menjadi agen perubahan yang dapat mencegah radikalisasi dengan memberikan teladan dan pemahaman yang benar tentang ajaran agama.
Hal ini mencerminkan betapa pentingnya menjaga keharmonisan dalam menyampaikan ajaran agama, yang tidak hanya berkaitan dengan pemahaman yang tepat tetapi juga cara penyampaiannya yang dapat membentuk pola pikir masyarakat.
Pendekatan moderat dalam agama mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan tantangan zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai ajaran agama itu sendiri. Pemahaman agama yang moderat tidak hanya penting bagi masyarakat Indonesia, yang memiliki keberagaman, tetapi juga bagi dunia secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan upaya untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan menghindari benturan yang terjadi akibat pemahaman agama yang sempit dan ekstrem.
Quraish Shihab adalah contoh nyata dari seorang tokoh agama moderat yang tidak hanya mengajarkan agama melalui teori, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui karya-karyanya, pidato-pidatonya, dan kegiatan-kegiatannya, Shihab selalu menekankan bahwa moderasi agama adalah solusi untuk menghadapi ancaman radikalisasi yang berkembang di Indonesia. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, peran tokoh agama yang moderat seperti Shihab sangat penting untuk menjaga kerukunan antarumat beragama dan memperkuat persatuan di tengah masyarakat yang pluralistik.