Aksara
manusia sekarang tidak jatuh cinta pada rasa
dan aksara
kau bisa jatuh cinta padaku lewat oase
sebab kau lelaki lawas
apakah manusia sekarang tidak?
tidak
karena manusia sekarang hanya jatuh cinta pada rupa
(Baubau, 2022)
Aku dan Aku di Dalam
aku dan aku di dalam
seperti saling tinju
saling tantang adu ketangkasan
tapi tak berdarah
berhari-hari
sebelum kedatangan rombongan asing
berantai
menyetubuhiku dengan kata
- Iklan -
aku dan aku di dalam
menyusun rencana
pada batu-batu tubuh
bagaimana kalau nekat mematikan saja?
lalu beradu lagi
kali ini darah memaksa keluar
agak sedikit ringan
yang membatu di kepala
aku dan aku di dalam
tak bisa bersahabat saat ini
kecuali puisi benar-benar lunas
aku meninggalkan aku
aku di dalam, menggali pusaranya sendiri
menunggu sampai kedatangan itu
melalui rute pulang
(Wanci, 2021)
Antara Teras, Kenyataan, dan Kebohongan
di teras yang basah
hujan mulai menghitung nada
aku dengan semua kata-kata malang
dari bapak, paman, kakak, sepupu
rupanya kenyataan memang pahit
teras mulai mengering
langkah gontai menuju padang
tak tahu akan pulang ke mana
kita bersekutu dengan masa lalu
kau salah target
airmata yang tumpah berbeda mata
dan kau harapkan sebuah pengertian
biarkan aku pulang
yang bukan padamu lagi
teras itu saksi kenangan bejat
siapa yang dibunuh dan siapa yang membunuh
misteri?
tidak
kau hanya tak inginkan kenyataan
dan untuk kali pertama
aku inginkan kenyataan itu adalah kebohongan
(Baubau, 2022)
Bangun Lebih Pagi
aku bangun lebih pagi
dari pada janji-janji
tepat pukul lima
aku kunjungi tubuhmu
yang ringkih dan jauh
aku hanya kehilangan satu pagi ini
bau tubuhmu
bila esok tak ada pagi kutemukan
maka sekali saja
biarkan kita bertemu pada malam
yang semoga bukan terakhir
(Baubau, 2022)
Bar Desember
di dalam bar desember
percakapan kita berusaha menenangkan
aku hanya bertanya pada batas
dan kau mengulur sampai ke masa lalu
mungkin ini tanda kau akan menyusul
sesuai certitamu, kemarin ada dua kematian pada satu tubuh
kau ingin sedih tapi tak bisa
kuhalangi dengan segelas bir pahit
juga diskon perabotan dapur, pakaian, beserta tubuh
desember, kota ini memang kebanjiran diskon
sudah tradisi,
lonte pun memberi diskon 90 % untuk satu permainan
kau hanya diam, menatap kosong bibirku
aku tak begitu pandai mengobati kesedihan
mari, keluarkan sesak dadamu pada musik yang berapi-api
bukankah natal harus diisi dengan kegirangan
bunyi jam makin kecil saja
aku pulang tergopoh-gopoh
tanpa sadar, aku bertemu pagi diranjang kesukaanku
kuseruput teh sisa malam
di saan ada berita kematianmu tersayat pisau
akibat perkelahian di bar desember
ternyata kau benar-benar menyusul
melengkapi tanda cerita malam tadi
(Baubau, 2021)
Joe Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Tulisannya pernah dimuat di Rakyat Sultra, Lampung Post, Banjarmasin Post, Bangka Pos, Magrib.id, ideide.id, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Ceritanet.com, Sastramedia.com, Haluan, Majalah Edukator, Jurnal Sastra Santarang, dll. IG : @joehasan_.