Oleh Imam Bukhori
Bermanfaat bagi banyak orang tentu menjadi dambaan setiap manusia. Menjadi bermanfaat seringkali diartikan dengan hal-hal besar; harus berdampak besar, menggerakan banyak orang, menjadi pemimpin ini itu dan sebagainya. Mindset tersebut tidak sepenuhnya keliru. Satu hal yang perlu digarisbawahi, menjadi bermanfaat tidak melulu disandingkan dengan sesuatu yang besar. Hal kecil sekalipun jikalau dampak baiknya dirasakan orang lain bisa mendatangkan manfaat. Kalau kita mengartikan manfaat sebatas pada sesuatu yang besar, lantas kapan kita memulainya. Bertolaklah dari hal-hal kecil yang mendatangkan manfaat untuk orang lain. Tentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita.
Berbicara soal kebermanfaatan, saya punya kisah menarik mengenai salah satu kader terbaik IPPNU di desa Pasangan, Talang Tegal. Bisa dibilang beliau termasuk orang yang bermanfaat dan berdampak banyak bagi masyarakat, khususnya pemuda. Barangkali sedikit kisah ini bisa menginspirasi pemuda juga aktivis IPNU IPPNU.
Baik, akan saya perkenalkan siapa sosok tersebut. Ini kisah seorang gadis bernama Ida Nur Afiyatun Nisa atau akrab disapa Ida. Saya terbiasa memanggilnya Mba Ida karena secara usia dia setahun lebih berumur dari saya, senior saya di IPNU IPPNU. Ia lahir di Tegal pada 15 November 1996.
- Iklan -
Pernah suatu kali saya bertanya kepada Mba Ida tentang hobi dan cita-cita terbesarnya. Jawabannya menarik sekali. Tidak seperti pemuda pada umumnya. Mungkin sebagaian besar orang kalau ditanya soal cita-cita yang terbayang adalah profesi-profesi besar seperti dokter, arsitektur, presiden dan sebagainya. Begitu pula dengan hobi, pasti jawabannya persoalan aktivitas-aktivitas mainstream misalnya membaca, menyanyi, bermain musik, bermain bola, dll. Berbeda dengan Mba Ida. Hobinya mengumpulkan buku. Cita-citanya ingin punya perpustakaan sendiri. Jawaban di luar dugaan. Hobinya terbilang unik dan tentu berbeda dari kebanyakan orang. Cita-citanya begitu mulia. Sebagai teman dan juniornya, saya hanya bisa mendukung sepenuh jiwa dan raga serta mengamini semoga mimpi untuk membuat perpustakaan sendiri segera diijabahi Gusti Allah. Amin.
Ida sosok yang tekun dalam meraih mimpi-mimpinya. Hal tersebut tampak jelas dari motto hidupnya “takon, teken, teteg, tekun, tekan” yang kurang lebih jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti menggambarkan Ida sebagai sosok yang tidak sungkan bertanya, tekun untuk mencapai sesuatu dan teguh di dalam pendirian. Dari biodata singkatnya saja sudah membuat kita geleng-geleng kepala. Apalagi dengan perjalanan hidupnya. Mari kita telisik lebih dalam lagi sosok Ida.
Menjadi Ketua IPPNU
Sedari kecil Ida memperoleh pendidikan di sekolah berbasis NU. Pendidikan formalnya dimulai dari TPQ. Ia bersekolah di TPQ Muslimat NU Al Hikmah Pasangan. Kemudian pendidikan dasarnya di MI Da’watul Islamiyah, Pasangan. Lulus dari MI ia melanjutkan ke jenjang Madrasah Tsanawiyah di MTs. NU Wahid Hayim Talang. Bisa jadi pendidikan dasar inilah yang melatarbelakangi ketertarikannya dengan NU, hingga pada akirnya ia memilih berkhidmah kepada NU. Rupanya latar belakang pendididkannya tidak sepenuhnya diwarnai oleh NU. Tamat dari MTs, ia melanjutkan ke SMK N 1 Dukuhturi dengan Program Keahlian Administrasi Perkantoran.
Sosok Ida yang humoris dan mudah bergaul ini mengantarkan beliau didapuk sebagai ketua IPPNU Ranting Pasangan Masa Khidmat 2017-2019. Pada waktu itu ia berpartner dengan Ryan sebagai ketua IPNU di periode yang sama. Ida sendiri tergabung menjadi anggota IPNU IPPNU tahun 2014. Saat itu Pimpinan Ranting NU setempat sedang menggalakkan kembali organisasi IPNU IPPNU yang sempat vakum selama kurang lebih empat tahun. Ida terpilih sebagai salah satu perwakilan kaum musalanya untuk tergabung dalam kepengurusan IPNU IPPNU. Bukan tanpa alasan kenapa Ida bisa dipilih oleh kaum setempat. Mestinya Ida dinilai mampu mengemban amanah dan tanggung jawab organisasi serta mampu mengembangkan IPNU IPPNU di desanya.
Selain itu, pengaruh karismatik dari keluarganya turut andil memberikan alasan mengapa Ida pantas menerima tanggung jawab tersebut. Keluarga Ida dikenal berperan aktif dalam memakmurkan kegiatan keagamaan di lingkungan setempat dan Desa Pasangan.
Tugas mengaktifkan kembali organisasi yang sudah cukup lama vakum tentu bukan perkara mudah. Tetapi dengan optimisme dan semangat kebersamaan, ia beserta pengurus lainnya berhasil mewarnai kembali organisasi yang sempat mati suri.
Sebelum aktif di IPNU IPPNU ia memang sudah terlebih dahulu mengenal organisasi di sekolah melalui ekstrakurikuler PMR, tetapi tidak seaktif di IPNU IPPNU. Ia memulai bergabung di IPNU IPPNU sebagai anggota biasa. Tugas dan tanggung jawab organisasi dilakoni dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Satu periode berjalan, sampai pada akhirnya Ida-lah sosok yang terpilih untuk meneruskan tonggak penggerak estafet kepemimpinan di IPNU IPPNU Desa Pasangan tahun 2017. Organisasi IPNU IPPNU memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan hidup Ida. Dari yang mulanya berkepribadian pemalu dan pendiam, kini Ida tumbuh menjadi sosok yang humoris dan mudah bergaul.
Berbicara soal IPNU IPPNU tidak bisa terlepas dari masa-masa kegagalan Ida setelah lulus SMK. Bisa dibilang, masa-masa peralihan. Ia gagal SNMPTN di perguruan tinggi yang diinginkan. Lantas ia dipaksa menuruti keinginan kedua orang tuanya kuliah di Perguruan Tinggi Swasta yang tidak sesuai dengan harapannya. Akhirnya ia kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Tegal dengan Prodi Pendidikan Agama Islam. Ia habiskan hari-hari perkuliahan dengan setengah hati karena bukan keinginan sendiri.
Bukan Ida namanya kalau tidak bisa bangkit dari keterpurukan dan berdamai dengan diri sendiri. Ia mencoba menjalankan kuliah dengan penuh tanggung jawab. Meski sulit, tetapi ia tetap mencoba. Awal-awal kuliah ia merasa punya sedikit teman karena semua dijalani dengan serba terpaksa. Hingga akhirnya IPNU IPPNU masuk ke dalam cerita hidup Ida. Ia mulai menjalin banyak relasi karena sering diikutkan kegiatan sana-sini. Dari sinilah separuh hidupnya kembali. Ia tumbuh menjadi manusia yang utuh.
Awalnya Ida aktif di IPNU IPPNU hanya karena segan dengan anggota lain. Tetapi lambat laun semua dijalaninya dengan penuh kenikmatan dan kesadaran karena lingkungan organisasi selalu memberikan semangat dan dorongan penuh. Sampai pada akhirnya ia terpilih menjadi ketua, di sinilah jiwa kepemimpinan dan tanggung jawabnya bertumbuh.
Aktivis Kegiatan Sosial
Selain aktif di IPNU IPPNU, ia juga aktif menjadi relawan Rumah Baca Ar Rosyad, Relawan Kelas Inspirasi Tegal dan Karang Taruna. Kisahnya menjadi aktivis di Rumah Baca Ar Rosyad, bermula dari perkenalannya dengan Mas Azmi, yang pada waktu itu sama-sama aktivis IPNU. Berawal dari kepengurusan IPNU IPPNU yang sama, kemudian diajak untuk membuat rumah baca. Dari rumah baca inilah kiprah dan jiwa sosial Ida semakin berkembang karena terbiasa bertemu dengan banyak komunitas dengan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini pula yang membuat dirinya merasa ketagihan untuk terjun di aktivitas sosial lainnya. Semangatnya untuk mengembangkan kesadaran literasi di desa sangat besar. Kiprahnya menjadi relawan menjadi bukti bahwa Ia sangat memperhatikan nasib pendidikan masyarakat desa. Di rumah baca Ida terbiasa mendampingi anak-anak belajar, bermain dan berkarya. Tentu Ia bergerak murni atas nama relawan, tanpa bayaran. Bahkan, tidak jarang menyisihkan sedikit pundi-pundi uang untuk kemaslahatan masyarakat sekitar.
Ia tergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi Tegal tahun 2019. Ia tertarik dengan isu-isu pendidikan di perbatasan, khususnya di wilayah Tegal. Kiprahnya di rumah baca tentu tidak membuat ia cepat puas dalam menebar manfaat. Menurutnya masih banyak peluang memberi kebermanfaatan yang lebih luas lagi. Di Kelas Inspirasi Tegal ini ia bisa menilik secara langsung kondisi pendidikan di daerah perbatasan Tegal. Terlihat jauh sekali perbedaan pendidikan di daerah perbatasan jika dibandingkan dengan pendidikan di daerah perkotaan, baik dari sisi fisik bangunan sekolah maupun peserta didik.
Ia melihat semangat belajar siswa-siswi di perbatasan terhadap hal-hal baru begitu besar. Siswa sangat tertarik mengikuti program Kelas Isnpirasi Tegal. Ditambah dengan narasumber yang didatangkan merupakan tokoh yang ahli di bidangnya. Ida menilai semangat belajar mereka sangat tinggi. Meski dari sisi fisik sekolah, mungkin gedung mereka teringgal dibandingkan dengan gedung sekolah di tengah kota.
Aktivitas tersebut tentu tidak lepas dari pengaruh IPNU IPPNU yang membuka relasi dan mengubah mindsetnya untuk selalu berkembang dan berkiprah di mana pun. Meskipun pada akhirnya semakin banyak kegiatan yang ia ikuti artinya harus mengurangi kontribusinya di kegiatan lain. Ida mencoba membagi semua itu dengan penuh tanggung jawab.
Kuliah Sambil Menjadi Guru PAUD
Kuliah sambil ngajar juga Ia lakoni. Menurutnya untuk sekadar mengikuti perkuliahan di kampus, ia masih menyisakan banyak waktu. Sebagai orang yang terbiasa produktif, ia tidak bisa membiarkan waktunya berlalu begitu saja. Dilatarbelakangi hal tersebut, ia memilih untuk mengabdikan diri menjadi pengajar PAUD di Desa Pasangan.
Selain mengisi kekosongan waktu, Ini tentu untuk menambah skillnya menjadi seorang pengajar. Ia mulai mengajar sejak masih duduk di semester lima. Tentu hal yang tidak mudah, mengajar sambil kuliah dengan segudang aktivitas sosial lainnya. Tetapi hal ini dilakoni dengan ikhlas dan penuh komitmen. Kalau melihat gaji, sudah pasti hanya cukup untuk membeli jajan sehari-hari. Bukan itu yang ia cari. Pengalaman dan pelajaran hidup jauh lebih berarti ketimbang hanya sebuah gaji. Menjadi guru PAUD ia jalani sampai lulus S1 dan mendapat gelar S.Pd.
Tidak menutup mata, sebagai mahasiswa lulusan S1, ia sudah punya banyak plan untuk menyambut masa depannya. Setelah lulus kuliah, ia berencana untuk resign dari PAUD dan memilih mengajar di sekolah lain dengan rumpun ilmu yang linier dengan ijazahnya. Ini tentu untuk mendukung jenjang karirnya besok. Ia paham betul dengan itu. Keringat dan perjuangan di masa muda inilah yang nanti akan diingat di masa mendatang.
Lolos Tes CPNS
Menjadi PNS sudah barang tentu menjadi mimpi banyak guru. Tak terkecuali dengan Ida. Selagi ada kesempatan, kenapa tidak dicoba. Dengan segenap restu dari orang tua, ia menyiapkan Ujian CPNS dengan penuh kesungguhan. Ia tak pernah merasa minder dengan ijazahnya yang bukan dari lulusan Perguruan Tinggi ternama. Lagi-lagi Ida sudah teruji ketangguhan dan kegigihannya. Ia mencoba menyelesaikan berbagai latihan soal supaya terbiasa dengan ujian CPNS. Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kecuali dengan kerja keras dan doa penuh harap kepada Yang Membuka Pintu Rezeki.
Ida patut bersyukur. Kerja kerasnya selama berbulan-bulan berbuah manis. Namanya tercatat sebagai salah satu peserta yang lolos di semua tahapan seleksi tes CPNS. Ia termasuk salah satu nama yang berhak menerima SK CPNS tahun 2019 dari Bupati Tegal. Perjuangan tersebut tidak serta merta diterimanya begitu saja. Ada proses panjang yang sudah Ia lalui. Salah satu proses yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidupya yakni disebabkan keaktifannya di IPNU IPPNU yang kemudian mengubahnya menjadi perempuan yang tangguh dan siap menghadapi segala tantangan dan kompetisi.
Di luar dari persoalan kerja kerasnya menyiapkan diri mengikuti seleksi tes CPNS, ada semacam keberkahan hidup yang ia dapatkan setelah melalui proses panjang pengabdian dan perjuangan. Proses dan perjuangannya khidmah di NU, keikhlasannya menjadi guru PAUD, menebar benih-benih kebaikan di rumah baca serta aktivitas sosial lainnya menjadi jawaban konkret atas jerih payahnya.
Meskipun sudah menjadi CPNS, Ida teteplah Ida. Ia lahir dari perjuangan dan akan hidup berdampingan bersama napas perjuangan. Sampai waktu di mana tulisan ini terbit, beliau masih aktif membina dan membimbing adik-adiknya di kepengurusan IPNU IPPNU Ranting Pasangan. Beliau juga masih menjabat sebagai sekretearis di IPPNU Pimpinan Anak Cabang Talang. Ia juga masih aktif menjadi relawan di rumah baca. Bukan persoalan mudah bagi perempuan sepertinya untuk membagi waktunya sedemikian rapi, hingga semua tanggung jawabnya di dunia kerja dan komunitasnya bisa berjalan dengan beriringan.
Ia berpesan, membuat skala prioritas adalah kunci yang sangat utama. Sebanyak apa pun aktivitas kita, pekerjaan kita, tanggung jawab kita, harus punya skala prioritas. Kegiatan atau pekerjaan mana yang paling membutuhkan banyak kontribusi dan peran kita, kalau misalkan kegiatan tersebut masih bisa dikerjakan atau diwakilkan oleh orang lain ya diwakilkan saja, jadi tidak terlalu meninggalkan tanggung jawab salah satu demi fokus sama yang lain.
Menurutnya, menjadi aktivis itu tidak mudah juga tidak sulit. Hal yang paling mendasar yang perlu dibangun adalah kenyamanan. Jangan terlalu memikirkan hal muluk-muluk untuk menjadi A menjadi B, membuat kegiatan A kegiatan B, mendapatkan ini itu. Hal yang pertama kali mesti diraih adalah keyamanan. Apa pun yang membuat nyaman dengan organisasi, nyaman sama orangnya, sama kegiatannya, atau apa pun itu. Kalau kenyamanan sudah dipegang dijamin ke depan organisasi akan berjalan dengan mulus. Pada akhirnya kalau sudah nyaman, ujung-ujungnya menebar kebaikan dan melahirkan banyak kebaikan. (*)
* IMAM BUKHORI, Aktivis IPNU, Guru di MAN 1 Tegal