PETA LAUT TELAH LUNTUR
dan ia memegang lutut
sebuah pulau sehitam batu
sarang jin laut
badai tak mereda
perahu terlanjur singgah
peta laut telah luntur
burung gagak berkoak
bulu kuduk tegak
rimbun rimba penuh suara
tapi perahu tak boleh karam
seperti nyala
yang terus membara
- Iklan -
tentu ia tak akan diam
menjahit lagi layar yang robek
memancang lagi tiang
di sana, memanggil
cinta yang tak akan pernah parau
sekalipun selamanya kemarau
Indramayu, 2019
KITAB PELAUT
dibukanya lembar langit
bintang gemintang menjelma aksara
seperti para musafir
mencari air
lalu menimba sumur
mencuci dan berkumur
menata rambut sampai teratur
maka pelaut mulai mengeja arah
meniti gelombang dengan alga merah
rasi, mercusuar, batu karang,
atau badai?
membeku darah
ikan, dermaga, dan pelabuhan
adalah halaman tujuan
Indramayu, 2019
DUKA LAUT
lelaki itu menjerit di laut
suaranya bertempur dengan maut
tangannya menggapai-gapai
tapi tak juga sampai
seperti kasihnya yang berderai
dari amuk badai
di pesisir orang-orang menunggu
muara kelam, duka laut
tubuh yang hampir habis dimakan
ikan-ikan kecil
biarkan minyak air mata duyung
menyamarkan bau
habis sudah
gerimis tangis. luka kesedihan
dedaun malam berguguran
sampai pagi
dari punggung bukit
menemukan lagi matahari
Indramayu, 2019
JERIT BURUNG CAMAR
perahu-perahu jegongan
ombak menampar riak
genangan tumpahan minyak
angin pantai utara
aroma kayu teruntum, junti, cantigi
kampung nelayan
adalah jerit burung camar
pelantun kiser pesisiran
tali tambang dan bambu
kerang hijau memukau
hamparan bakau
laut dengan alga yang juga hijau
segunung ikan di geladak
mimpi-mimpi orang pesisir
pasang dan surut
berulang sampai berpulang
Indramayu, 2019
AKU BERLAYAR
aku berlayar
di lautan matamu, kekasih
menimang gelombang
pada dadamu
bukit-bukit hijau
maka biarkan kupanjat tiang
aku menakhodai bahtera
gumpalan mega
kukepal dalam genggaman
pelayaran abadi
Indramayu, 2019
*Faris Al Faisal, lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi. Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam Sayembara Menulis Puisi Islam Asean Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, Juara 1 dan mendapat Piala bergilir ‘Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret. Tersiar pula puisi-puisinya di media lokal, nasional, dan Malaysia. Buku puisi terbarunya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018).