NU TETAPLAH ABADI
Oleh: Nafilah Sulfa
Diufuk timur nan jauh
- Iklan -
Kobaran panji Islam bertebaran
Kau bagaikan Ibu, yang mempersatukan dunia
Dikala suramnya kehidupan fana
NU
Namanmu akan tetap abadi dalam sanubari
menghias subur di tanah surgawi
penyatu ukhuwah Islami
untuk kedamaian Bumi pertiwi
NU
tetaplah jaya sepanjang masa
tetesan keringat ulama membasahi Negeri
menyapu kekerasan…
menyapu pertengkaran…
NU
tetaplah abadi
kau pemersatu ukhuwah insani
dulu, sekarang, kini dan nanti
selalu dalam genggaman hati dan ragawi
KEIKHLASAN GURU
Oleh: Nafilah Sulfa
desir angin pagi
menembus kulit dan hati
setetes embun membasahi
terik matahari menyinari bumi
kau berangkat membawa senyuman tersembunyi
Guru..
sungguh besar jasa perjuanganmu
tak peduli panas, hujan, haus dirimu tetap mengabdi tuk negeri
hamparan sawah dan ladang kau lewati
semak berduri tak peduli
Guru…
tanpa dirimu ku tak berarti apa-apa
jasa perjuanganmu bagaikan hamparan lautan
Guru ..
namamu tersimpan dalam sanubari
jasamu akan tetap berkibar di nusantara ini
pengorbananan akan tetap abadi
keihlasanmu akan di balas oleh sang ilahi
BUMI PESANTREN
Oleh: Nafilah Sulfa
tanah surgawi mengelilingi nusantara
desir ombak mengikis batu karang
Tiang masih kokoh berdiri
menandakan kau mampu memikul beban ilhaii
Bumi pesantren
Lantunan nama ilahi selalu kau sebut setiap waktu
doa-doa munajat pencari ilmu selalu bergema
kitab-kitab mereka di sandang didada
kopyah hitam putih berjalan kearah sinar cahaya
Bumi pesantren.
Pengikis hitamnya dunia fana
Penegak ukhuwah ulama nusantara
Pemberantas rasa tak acuh insan penuh dosa
Bumi pesantren…
Setiap hari tanahmu basah..
Basah dengan tetesan air mata yang tulus pada ilahi
Hati yang menangis ingat ragawi yang tak abadi
Tapiii…
Aku bersyukur bisa memasuki pagar tanahmu
Karena ribuan mutiara telat menantiku disana
Pesantren,,, tetaplah abadi meski dunia sudah tak peduli
RINTIHAN NISFIL LAYALI
keheningan malam sunyi
Pohon merunduk tersapa pagi
terbangun mengajak raga ini
menjemput cahaya ilahi suci
sepertiga malam
Di atas sajadah ku tuangkan rasa dalam dada
melihat raga sudah tua renta
dengan rintihan kalbu yang begitu perih
Tangan menengada, hati merintih
Benak melayang, mengenang masa dimana kutidur sendirian dibumi
Tanpa seberkas cahaya yang menyinari kelak kesendirianku di sana
Hanya lentera amal penerangku
Rabbi…
Hati ini merintih dalam sepertiga malam-mu
Mengingat indahya dunia yang semakin fana
Dalam sepertiga malammu rab
Ku harap sang ilahi menemuiku di syurga nanti
SANG MUTIARA BERJALAN
Ketika embun pagi meneteskan air putihnya
Sang mutiara berjalan menampakkan senyuman
Membisikkan kata-kata lembut ditelinga kecilku
Selamat pagi, semoga keberkahan menyertaimu
Ibu..engkau adalah mutiara berjalan bagiku
Ketika daku, tak kunjung menemukan titik terang kehidupan
Kau hadir pemberi lentera
Menyinari kelamnya dunia hitam dalam bayangan
Ibu…
Kini waktu telah memutarkan rodanya
Cinta kasih yang kau tuangkan di masa kecilku
Kini daku akan balik menuangkannya
Ternyata, tumpukan emas ternyata tak mampu mengalahkan kasih sayangmu
Ibu, daku sadar tak ada yang bisa menggantikan ketulusan hatimu
Dan kini se tetes embun pagi itu tetap menetes
Bersama semilir angin yang berhembus
Senyum pagi itu akan daku ingat kini dan nanti
Selama dirimu masih bersamaku
BIODATA PENULIS
Nafilah Sulfa, Santri: Ziyadatut Taqwa-Larangan Tokol Pamekasan-Madura
Mahasiswi IAIN Madura