• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Jaliteng, Gulo Geseng, dan Jrabangan

14/01/2020
in Artikel, Esai
Reading Time: 3min read
0 0
1
Jaliteng, Gulo Geseng, dan Jrabangan
0
SHARES
82
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Hamidulloh Ibda

Saat menulis status “jaliteng, gulo geseng, dan jrabangan”, banyak teman WhatsApp berkomentar. Beragam. Namun menambah ilmu baru bagi saya yang “faqir ilm” ini. Ada yang menjawab, itu nama orang, nama wedus, tapi maksud saya, tepatnya adalah nama jangkrik.

“Juaaaangkriiiiiik, Dak,” kata salah satu teman WhatsApp.

Ya, jaliteng waashabihi adalah nama-nama jangkrik. Ada yang menulis “jeliteng, gula geseng, jerabang”. Ini soal jangkrik, salah satu hewan ciptaan Allah yang unik. Apa sih pentingnya ngomong jangkrik?

Bacajuga:

BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
6
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
6
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Membangun Pendidikan Toleransi di Sekolah

11/05/2022
8
Spirit Inspiring Teaching

Spirit Inspiring Teaching

10/05/2022
4

Tak sekadar hewan pengusir tikus dan “werog”. Ini soal karakter jangkrik. Bagi saya, masa kecil usia MI menjadi masa-masa yang tak selesai dituliskan. Penuh kekonyolon, enigma, juga harmoni. Salah satunya cerita tentang mencari jangkrik sembari mengadunya usai salat berjemaah di musala, khususnya saat bulan puasa Ramadan.

Jaliteng, gulo geseng dan jrabangan merupakan nama jangkrik dengan tipe berbeda. Ini bukan soal hewan, tapi karakter, tipologi, juga berkaitan dengan hal yang paling dasar dengan manusia, yaitu tanah air. Karena, jangkrik merupakan hewan yang hidup di dalam tanah, namun juga di atas tanah. Bahkan, ada jangkrik yang diternak di dalam suatu wadah.

“Wong manuso kok dok padakke jangkrik to, Pa?” Tegas istri saya ketika diskusi dengan paparan di atas.

“Loh, manusia kuwi, al-hayawan an-natiq. Nek wong-wong barat kae, nyebute ya podo, Ma. Ono ‘animal symbollicum, animal rational’, dan lainnya. Kenapa animal? Jelas, manusia kuwi kewan asline. Podo-podo duwe fisik, podo-podo duwe nafsu, tapi kewan ora dua akal, sing duwe manuso. Ngono, Ma,” paparku bertele-tele pada istri.

Jawaban seperti itu, sudah lama saya paparkan kepada mahasiswa ketika mengkaji filsafat manusia, khususnya dalam mata kuliah filsafat umum.

Jaliteng, Gulo Geseng, Jrabangan
Kembali ke jangkrik tadi. Jaliteng, bagi warga di desa saya kecil, adalah jangkrik serba hitam. Mulutnya, kepalanya, sayapnya, kakinya, semua hitam. Sedangkan gulo geseng, adalah jangkrik yang moderat. Tidak terlalu hitam, tidak pula terlalu putih. Ia sawo matang laiknya orang Jawa.

Sementara jrabangan, adalah jangkrik yang putihan. Kepalanya sedikit cokelat kemerah-merahan, sayapnya putih. Jika diadu, ia galak dan tidak mau kalah dengan musuh. Bisa dikata, jrabangan ini tipe barat, putih, china, dan lainnya. Visi utamanya memang menghegemoni.

Kita lupakan politik. Geser ke masalah psikologi agama saja. Di Indonesia ini, dengan beribu-ribu pulau, suku, dan agama yang beragam, bisa masuk ke dalam tiga mainstream.

Pertama, mainstream kanan yang terlalu konservatif, kaku, linier. Wujudnya, bisa berupa ormas, atau perilaku agama yang semua dikembalikan pada Alquran dan hadist. Bisa dikata, ia terlalu radikal konservatif. Tipe seperti ini jelas-jelas sewarna dengan jaliteng. Hitam. Kentel.

Kedua, mainstream tengah. Ia moderat. Prinsipnya “wasatiyah”. Tidak terlalu mainstrem kanan, juga tidak terlalu mainstream kiri. Tipe seperti ini laiknya orang Jawa, alias gulo geseng. Kulitnya juga tidak terlalu putih banget, tidak pula terlalu hitam negro banget.

Ketiga, mainstream kiri. Ia terlalu liberal, sekuler, mendewakan akal, tidak terlalu percaya dan berkiblat pada teks, kitab suci, dan sejenisnya. Tipe seperti ini sama seperti orang-orang dan negara barat yang menghembuskan liberalisme. Karakter seperti ini bisa dikata sama seperti jrabangan.

Yang mana lebih pas? Jelas, paling enak adalah moderat. Di mana-mana, tengah menjadi pusat episentrum kenikmatan.

Jawa, Arab, Barat
Masalahnya, kita ini orang Jawa, namun nabinya, agamanya dari Arab, dan hidupnya digantungkan dengan teknologi produk barat. Dus, kita harus bagaimana?

Emha, atau Cak Nun, pernah dan berkali-kali sering mengatakan bahwa ada tipe beragama yang unik, yang dilakukan orang-orang Islam di daerah merapi. Mereka menggabungkan antara Jawa, Arab, dan Barat.

Diktumnya adalah “Jawa digawa, Arab digarap, Barat Diruwat”.

Pertama, Jawa digawa. Sebagai manusia Jawa, Jawi, atau Nusantara, kita memiliki local knowledge (pengetahuan lokal), local genius (jenius lokal), local wisdom (kearifan lokal) yang jelas berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Lebih prinsip lagi, kalau Anda lahir di Jawa, ya berarti Allah menyuruh Anda menjadi orang Jawa. Makanya, tak usah “kemarab” atau “kembarat”. Intinya, wong Jawa kudu njawani. Sebab, wong Jawa itu “ngerti”. Nek durung Jawa, berarti durung ngerti.

Kedua, Arab digarap. Sebagai umat Islam, apa saja yang dari Arab belum tentu agama, belum tentu ajaran Islam. Wong Arab juga punya budaya. Artinya, kita harus menggarap apa-apa saja yang datang dari Arab, nggak perlu ditelan mentah-mentah, mundak keselek. Nanti, dikira yang Arab itu Islam. Nah, ini contoh berislam dengan pekok.

Ketiga, Barat diruwat. Sebagai manusia yang membutuhkan alat, kita butuh produk Barat baik dalam bentuk pengetahuan atau teknologi. Namun, harus kita ruwat, kita buang racun-racunnya. Sebab, Barat itu misinya juga menghegemoni dunia.

Maka, ketika kita tidak dapat menguatkan keislaman, keindonesiaan, kejawaan kita, maka kita akan seperti burung garuda yang kehilangan sayapnya. Sebab, kita ini bangsa garuda, bukan bang emprit. Ingat itu.

Kembali pada jangkrik, sebenarnya selain jaliteng, gulo geseng, jrabangan, ada jangkrik-jangkrik lain yang turut mewarnai khazanah perjangkrikan. Ada jangkrik upo, jangkrik kecicer, jangkrik gangsir, dan lainnya. Semua memiliki karakter dan setting spiritual yang berbeda.

Dus, kita ini jangkrik apa?

-Penulis adalah Pengurus LTN NU Temanggung

Tags: dan JrabanganEsai Hamidulloh IbdaGulo GesengHamidulloh IbdaJalitengNU Jateng
ShareSendTweet
Previous Post

Ormas dan Kesetiaan pada Pancasila

Next Post

JRA Wonosobo Gelar Harlah Ke-3

Related Posts

BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah
Artikel

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
6
Puisi-Puisi Saiful Bahri
Artikel

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
6
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah
Artikel

Membangun Pendidikan Toleransi di Sekolah

11/05/2022
8
Next Post
JRA Wonosobo Gelar Harlah Ke-3

JRA Wonosobo Gelar Harlah Ke-3

Comments 1

  1. Adi says:
    2 tahun ago

    Jangkrik geseng

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

  • 2.1k Fans
  • 1.5k Followers
  • 1.7k Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

20/03/2020
Urgensi Statistika dalam Pendidikan

Urgensi Statistika dalam Pendidikan

24/07/2020
Urgensi Berpuasa dari Media Sosial

Membebaskan Pikiran dari Terorisme Digital

40
Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

33
Penyakit Kronis Penulis Pemula

Membangkitkan Media Sosial PTKIS

31
Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

29
Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

19/05/2022
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
Rusman Merindukan Kiriman

Rusman Merindukan Kiriman

14/05/2022

Tulisan Terbaru

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

19/05/2022
0
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
6
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
6
Rusman Merindukan Kiriman

Rusman Merindukan Kiriman

14/05/2022
11
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • #harlahansor #harlahansor88
  • #harlahfatayatnu #harlahfatayatnu72
  • #maarifnujateng #maarifnu #maarif #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng
  • Marhaban ya Ramadhan..
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #pergunupusat #harlahpergunu #harlahpergunu70
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #harlahpergunu70 #harlahpergunu
  • #pwnujateng #pwnu #pwnujawatengah #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • #pwnujateng #pwnujawatengah #pwnu #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • Mugi husnul khatimah, yai...

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Sekolah dan Madrasah Unggulan
  • Unduh
  • Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version