Oleh: Denis Suryawati
Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikanya selesai. Dalam pendidikan pesantren biasanya adab dan akhlak yang lebih diutamakan daripada sebuah nilai atau kepintaran. Mereka beranggapan bahwa ridho dan berkah guru lebih besar dari sebuah niali dan pujian.
Bahkan sebagaian ulama berpendapat bahwa 70 persen keberhasilan santri dikarenakan adabnya, 30 persen karena kesungguhanya. Ilmu yang didapatkan santri tidak hanya bermanfaat untuk dirinya namun juga untuk keluarga dan masyarakat luas.
Akhlak menurut imam Al-Ghazali adalah suatu sikap yang mengakar yang darinya lahir sebagai perbuatan yang mudah dan gampang, tanpa perlu pikiran dan pertimbangan untuk melakukanya. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik atau terpuji, baik dari segi akal dan syara’ maka ia disebut akhlak baik. Dan jika dia lahir darinya perbuatan tercela maka sikap tersebut disebut akhlak tercela.
- Iklan -
Adab merupakan suatu bentuk tingkah laku yang baik dari seorang murid kepada guru yang telah menjadi perantara untuk mendapatkan ilmu dan yang membimbing diakala menuntut ilmu (memuliakan guru). Perilaku atau adab terhadap guru itu wajib dan memang harus dilakukan guna untuk mendapatkan ridho dari guru, karena ridho guru adalah ridho Allah SWT. Sehingga ilmu kita dapt bermanfaat kelak setelah kita keluar atau lulus dari pesantren.
Namun dengan berkembangnya zaman dan teknologi sekarang banyak santri yang kehilangan adab dan akhlak terhadap guru. seperti contoh banyak santri dengan terang-terangan mengunjing atau membicarakan kesalahan atau kejelekan gurunya. Bahkan santri tersebut tega menyindir atau menyebar luaskan kesalahan atau kejelekan guru melalui story di media massa. Zaman sekarang ketika seorang guru memberi nasihat atau peringatan kepada para santri, santri bukan mendengarkan dan meresapi tetapi santri malah semakin keras dan membangkang.
Sekarang banyak santri yang tidak terlihat seperti santri, maksudnya santri tidak memperlihatkan cerminan atau adab dan etika seorang santri ketika sedang berada di luar pondok pesantren. Dilihat dari cara pakaianya dan cara bergaul dengan teman dari luar, sangat memprihatinkan.
Mereka berani dengan terang-terangan melanggar peraturan pesantren. Seperti ada santri yang berpacaran,santri yang bebicara kotor atau mengumpat. Walaupuntidak semau santri memiliki akhlak seperti ini, tetapi pada zaman sekarang memgalami peningkatan yang begitu signifikan daripad zaman dahulu. Semoga kita tidak termasuk dalam kategori santri yang seperti itu, amin.
Apabila guru itu tahu dan merasa sakit hati maka santri tersebut pasti tdak akan mendapat ridhonya sehingga Allah pun tak akan meridhoi santri tersebut. Atau akan sia-sia semua ilmu dan amal ibadahnya selama ini, maka dari itu kita harus berhati-hati menjaga perilaku dan lisan kita agar tidak menyinggung dan menyakiti orang lain terutama guru kita sendiri. Bahkan pernah ada seorrang guru yang memberikan nasehat kepada santrinya bahwa jangan pernah seorang santri membuat gurunya menangis, karena satu tetes air mata keluar dari guru dapat mengharamkan santri tersebut masuk surga.
Dalam sebuah pengajian yang dilaksanakan setiap hari ahad dan kamis, dengan mengkaji kitab ayyuhal walad di Pondok Pesantren SabilunNajah Simo, oleh KH. Anwar Zahid dijelaskan bahwa, “Guru bukan malaikat namun manusia biasa yang pasti ada salah atau kejelekanya. Tapi yang namanya murid atau santri itu tidak boleh membuka aib guru, semisal tahu. Apalagi sampai tega santri tersebut mencari-cari kesalahan guru, walaupun memang benar guru itu salah. Beliau juga mengatakan bahwa zaman akhir memang seperti itu, banyak santri yang kehilangan etika, adab, dan akhlak”.
Seharusnya seorang santri menyembunyikan atau pura-pura tidak tahu terhadap kesalahan dan kejelekan gurunya. Seorang santri yang berani membicarakan guru berarti dia merasa lebih baik dari gurunya. Seakan-akan dia yang guru dan guru yang santri atau murid.
Semisal seorang guru membicarakan kesalahan dan kejelekan seorang santri, itu juga demi kebaikan santri tersebut. Karena guru pasti akan mendoakan dan memperbaiki kesalahan santri. Namun apabila seorang santri yang membicarakan guru pasti akan mendapatkan laknat dunia dan akhirat. Walaupun sekarang terlihat baik-baik saja tapi dikemudian hari pasti akan merasakan dampak tersebut.
Seperti contoh santri pada zaman dahulu yang tidak berani membicarakan kesalahan dan kejelekan guru. Bahkan santri zaman dahulu berani mempertaruhkan nyawa demi membela seorang ketika ada orang luar atau orang lain membicarakan kejelekan gurunya. Ataukah mungkin ini salah satu ciri-ciri dari akhir zaman seperti yang dikatakan oleh KH. Anwar Zahid diatas. Karena memang sekarang juga sudah banyak tanda-tanda akir zaman yang terlihat seperti, kriminalitas semakin merajalela dan sekarang kita juga sedang dihadapkan dalam situasi yang tidak baik yaitu adanya pandemi covid-19.
Salah satu pesan KH. Anwar Zahid adalah “Apabila guru punya salah seorang murid harus mempunyai keyakinan bahwa guru itu lebih alim (baik) daripada saya. Walaupun guru mempunyai kesalahan karena guru juga manuasia biasa, tetapi guru tahu bagaimana caranya taubat, bagaimana caranya memohon ampunan kepada Allah SWT. Sedangkan kita cara istigfar saja belum tentu Allah SWT akan menerima permntaan maaf kita”. Beliau juga mengibaratkan bahwa kesalahan guru itu ibarat semen yang masih basah apabila di siram akan langsung hilang, namun kesalahan santri seperti semen yang sudah kering perlu beberapa kali pukulan agar hancur.
– Mahasiswi PAI 5B STAINU Temanggung
itu bahasanya kok pemborosan kata ya