• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Madrasah itu Ideal, Tapi Senasib dengan Sambal

14/10/2020
in Artikel, Opini
Reading Time: 5min read
0 0
0
Yang Lain Belum Buka, Kita Sudah Tutup
0
SHARES
55
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Ahmad Nahrowi

Seuntai syair Arab berbunyi: الاُمّ مدرسة الأُولى اذا اعددتها اعددت شعبا طيّبا

Artinya: “Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkanya maka engkau telah mempersiapkan generasi yang terbaik.”

Kita semua tahu, pendidikan pertama manusia adalah ibu, satu tahun lebih dididik oleh sang bunda, Maka tidak salah dalam islam mayoritas ulama menganjurkan memilih istri itu berdasarkan agamanya dahulu, mengalahkan harta dan rupa. Dengan penuh kasih sayang bunda menimang dan berbagi nutrisi kepada kita melalui ASI (Meskipun banyak sekarang ASI tergantikan dengan susu sapi)

Bacajuga:

Nalar Kritis Santri dan Aktivitas Berpikir Radikal

Metode Pembelajaran Generasi Digital

26/05/2022
2
Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

26/05/2022
3
Puisi-Puisi Puji Pistols

Islam: Agama Damai, Santun, dan Toleran

26/05/2022
1
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
9

Setelah itu lingkungan keluarga menjadi penentu akan berperilaku seperti apa generasi kita, selama enam tahun berada dilingkungan pendidikan keluarga, masa kecil kita kenyang dengan pendidikan adab, tatakrama, agama, dan pendidikan jiwa lainya. Dimasa ini kita dapat ilmu bagaimana tidak boleh memanggil orang yang lebih tua dengan namanya, makan harus dengan duduk, sopan-santun, diajari Boso Jowo alus (jika orang jawa) diajari cara berwudu (khusus muslim) dan dasar-dasar agama lainya.

Nah, memasuki usia tujuh tahun, ketika kita menginjak pendidikan Sekolah Dasar (SD) disinilah celaka bermula, kok celaka? celaka dari mana? jangan ngawur anda? sebentar, bernafas dulu sambil diresapi tulisan ini, disambi nyeruput kopi, atau ngemil rencekan rengginang biar ndak tegang, karena tulisan ini lumayan panjang.

Gimana tidak celaka, pendidikan adab, tatakrama & agama yang sebelumnya kita lahap kenyang di lingkungan keluarga, tiba-tiba terpinggirkan, terjajah dengan materi-materi sekolah formal. Sedikit demi sedikit otak kita dijejali dengan angka-angka, kata-kata, cerita-cerita, yang selanjutnya berkembang menjadi pelbagai displin ilmu, IPA, Matematika, IPS, TIK, Sejarah, dlsb. Khusus pelajaran sejarah ini sering mengalami distorsi (penyelewengan) fakta.

Ketika usia kita belum matang, masih kekanakan dan labil, kita langsung dijejali dengan pelajaran yang mengarah ke materi’il dan bersifat keduniawian. Sedangkan pelajaran adab yang sebelumnya kita lahap, perlahan lenyap tersingkirkan. Pelajaran adab yang sebelumnya menjadi lauk utama dalam porsi pendidikan kita, lama kelamaan menjadi sambal, ya hanya menjadi sambal, layaknya sambal yang dalam formasi makanan sering disisihkan, terpinggirkan, dimakan seperlunya, bahkan dibuang gara-gara tidak doyan.

Lingkungan keluarga yang mendidik kita sebelumnya supaya menjadi manusia yang berbudi pakerti baik dan benar, semuanya buyar ketika sudah memasuki sekolah formal, dan sesuai dengan tulisan saya di part satu yang lalu, masuknya sekolah formal berasal dari kolonial, yang menjadikan mindset kita lebih ke material.

Akan beda halya, jika kita masyarakat Indonesia pendidikan dasarnya mempertahankan sistem pesantren yang didirikan ulama-ulama kita dahulu, mindset atau pola pikir kita akan tetap terjaga.

Bukankah pendidikan formal itu sudah ideal? Kita melahap ilmu-ilmu alam, sosial, matematika dan lain-lainya?

Jika dibilang ideal ya ideal, tapi cukup disayangkan, mindset kita menjadi materialistis, bayangkan anak-anak yang masih naif, polos, menjelang pertumbuhanya sudah disuapi dengan pelajaran duniawi. Okelah hal itu akan menjadikan generasi kita tumbuh cerdas dan pandai, tapi kecerdasanya tidak berbanding lurus dengan budi pakerti. Hasilnya apa? Jelas terpampang didepan mata kita, para koruptor, makelar, mafia, dan para parasit negara lainya lahirnya dari orang-orang berotak jenius, cerdas, cerdik hasil dari jebolan-jebolan pendidikan formal. Ya gimana lagi, wong sedari dini sudah diajari materi.

Akan beda ceritanya jika kita menganut sistem yang dibawa pendahulu kita, dimana setelah turun dari ayunan keluarga, kita masuk lagi dipendidkan Madrasah Diniyah atau bahasa singkatnya Ngaji,  setiap hari terus disuapi dengan ajaran-ajaran religi ukhrowi, mulai dari kitab alala, fasholatan, pegon, lanjut ke F.Qorib, Ahklakulil Banin, Ta’lim muta’alim, hingga ke kitab-kitab lebih tinggi lainya Ihya’, shohih bukhori, fathul wahab, Al-Muhadzab dll. Sebuah ajaran-ajaran yang penuh dengan pakerti dan jauh dari materi

Nanti ketinggalan zaman dong? jangan risau, pelajaran-pelajaran yang berkaitan tekhnologi, tetap dilahap, namun sifatnya hanyalah ekstra. bukan menjadi materi utama. Jangan khawatir tidak bisa matematika karena sudah ada ilmu falakiyah dan faroid, jangan khwatir buta sejarah ada kitab ahlal musamaroh karangan Syekh Senori Tuban dan kitab tobaqot- tobaqot besar lainya. tidak usah risau bisu bersastra, ada ilmu balaghoh didalamnya.

Nah nanti ketika ajaran-ajaran kitab tersebut telah kenyang dilahap, baru kita menyantap pendidikan formal, jadi ketika jiwa, Moral, dan adab talah kukuh dan kokoh, baru mengenyam pendidikan formal. Maka ketika belajar, niatnya benar-benar tertata, niat ikhlas lillahi ta’ala, hasil ilmunya untuk diamalkan bukan diselewengkan. Perihal ini, kita bisa menengok pada putra-putri kiai pesantren salaf, dimana pendidikan formal rata-rata cuma dilahap enam sampai sembilan tahunan, setelah itu lanjut belajar di Madrasah Diniyah.

Hasilnya, kita bisa melihat, lulusan Pondok Pesantren ketika berada dijenjang perguruan tinggi, akhlaknya lebih tertata, kecerdasanya pun juga berani bersaing, dan karena niat berangkat tholabul ilminya lillahi ta’ala, ketika menduduki jabatan penting dinegeri ini, akan takut jika tidak amanah, boro-boro korupsi, wong digaji saja sudah alhamdulillah, ya karena sebelum-sebelumnya sudah akrab dengan khidmah yang imbalanya bukan materi melainkan barokah.

Maka kegaduhan-kegaduhan di negeri ini bisa terhindarkan dari oknum-oknum parasit yang  mengandalkan gelar, kepandaian, jabatan untuk mendulang kekayaan semata. Untung saja wacana Full Day School yang ramai tahun kemarin tidak terealisasi, jika terealisasi betapa ngeri negeri ini, dimana ilmu bercampur aduk dengan materi.

Kembali lagi saya utarakan, saya bukan anti formal, bukan benci pendidikan formal, kombinasi Madrasah Diniyah (Madin) dengan pendidikan formal ini sangat serasi, namun sangat disayangkan, Madin yang notabene anak sulung pendidikan  dinegeri kita, dewasa ini terpinggirkan, termarjinalkan.

Point penting dari tulisan saya adalah: pertama, pelajaran agama di sekolah formal ditambah, khususnya kaitan adab. Kedua wali murid jangan membebani anaknya ketika sekolah untuk besar nanti bisa bekerja, karena itu ulah Belanda yang menjadikan kita bermental anak buah. Biarkan sang anak menemukan jati dirinya. Ketiga, Pengajar sekolah ketika berangkat benar-benar niat  mendidik, bukan berangkat ngajar karena Gaji.

 Keempat, Pemerintah seyogyanya lebih dan lebih lagi perhatian kepada madrasah dipelosok-pelosok negeri ini, karena banyak fasilitas yang tidak layak. Kelima, Kepada teman-teman, kenapa kalian tamat SD berhenti ngaji, apa kalian gengsi? Selama kau masih bisa bernafas Ngajilah terus, jangan nuruti gengsi, kalau bisa Mondok sampai Rabi, Ngaji sampai Mati. Terakhir. jangan takut memondokan anaknya.

Sekian, hanya sekedar opini dan wacana saya saja, jika ada ketidak sesuain, saya bersedia untuk ditegur, karena saya juga masih berproses belajar. Wallohu a’lam.

-Santri Pon. Pes Lirboyo HM Al-Mahrusiyah, Mahasiswa IAI Tribakti Kediri. Redaktur Pers Elmahrusy, Author Almahrusiyahlirboyo.sch.id

Tags: Madrasah itu Ideal
ShareSendTweet
Previous Post

Literasi Bukan Pemaksaan, Tapi?

Next Post

Moralitas Santri Akhir Zaman

Related Posts

Nalar Kritis Santri dan Aktivitas Berpikir Radikal
Artikel

Metode Pembelajaran Generasi Digital

26/05/2022
2
Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat
Artikel

Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

26/05/2022
3
Puisi-Puisi Puji Pistols
Artikel

Islam: Agama Damai, Santun, dan Toleran

26/05/2022
1
Next Post
Moralitas Santri Akhir Zaman

Moralitas Santri Akhir Zaman

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

  • 2.1k Fans
  • 1.5k Followers
  • 1.7k Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

20/03/2020
Urgensi Statistika dalam Pendidikan

Urgensi Statistika dalam Pendidikan

24/07/2020
Urgensi Berpuasa dari Media Sosial

Membebaskan Pikiran dari Terorisme Digital

40
Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

33
Penyakit Kronis Penulis Pemula

Membangkitkan Media Sosial PTKIS

31
Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

29
Nalar Kritis Santri dan Aktivitas Berpikir Radikal

Metode Pembelajaran Generasi Digital

26/05/2022
Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

26/05/2022
MI ELPIST Temanggung Divisitasi Kanwil Kemenag

MI ELPIST Temanggung Divisitasi Kanwil Kemenag

26/05/2022
Mahasiswa INISNU Digembleng Publikasi Ilmiah

Mahasiswa INISNU Digembleng Publikasi Ilmiah

26/05/2022

Tulisan Terbaru

Nalar Kritis Santri dan Aktivitas Berpikir Radikal

Metode Pembelajaran Generasi Digital

26/05/2022
2
Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

Jimat dan Perkembangan Memori Kolektif Masyarakat

26/05/2022
3
MI ELPIST Temanggung Divisitasi Kanwil Kemenag

MI ELPIST Temanggung Divisitasi Kanwil Kemenag

26/05/2022
0
Mahasiswa INISNU Digembleng Publikasi Ilmiah

Mahasiswa INISNU Digembleng Publikasi Ilmiah

26/05/2022
0
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • #harlahansor #harlahansor88
  • #harlahfatayatnu #harlahfatayatnu72
  • #maarifnujateng #maarifnu #maarif #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng
  • Marhaban ya Ramadhan..
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #pergunupusat #harlahpergunu #harlahpergunu70
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #harlahpergunu70 #harlahpergunu
  • #pwnujateng #pwnu #pwnujawatengah #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • #pwnujateng #pwnujawatengah #pwnu #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • Mugi husnul khatimah, yai...

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Sekolah dan Madrasah Unggulan
  • Unduh
  • Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version