HADAS
Tidak. Ujung hari tengah tiada
Kulit sama kulit bersetubuh
Merajam Magrib meradang.
Satu hari kita berserah, pergi,
Ke kamar mandi baca selawat
Ya Tuhan, benarkah aku dosa?
Jimat, malam hari berpakaian
Istri gusar, ketika bunga bersepi
Merencanakan gulita air waktu.
- Iklan -
Hadas kita berseteru melawan
leksikon cuaca, yang membawa
nyanyian hujan di musim warna.
Berilah kami puisi buih gurih
Berilah kami nama jalan asa
Setangkai saja, serumpun doa.
Sumenep, 16 Desember 2019
LIMA PULUH SATU HARI
Lima puluh satu hari ia vakum
Hampa menimang cuaca hujan ke dua
Setetes waktu, mengalir ke dadaku.
Bak puisi, ia tangis setajam linggis
Menjumpai ramalan mata air kata.
Lima puluh satu hari, ia berkelana.
Merah teriak hitam menyambar puri mata
Roda kata gundah mencicik duri makna.
Entah sesiapa yang benar cinta fiksi hati
Sebagai jeritan hati para-para sastrawan.
Anak mengaji malam cerita perih apa
yang tengah terbit-turun-tenggelam
dalam pikirnya. Barangkali suasana?
Atau. Atau puisi. Atau di mana ia ada?
Kuil kata fitrah suci harum mewangi.
(2019)
MAZHAB HUJAN
Nun jauh berkabut letusan api kota
Beriak tangis canda candi berkobar
Nama apa yang hujan cari di bumiku?
Puisi tidur di kasur. Cerita pergi kelana.
Sinar cahaya dekat derita. Ketiganya
liuk bertanya tentang sejarah resah duka.
Renungan kaki malam dan geraknya
Melangkah ke pundak dusta para jalak
Berselendang tanpa ayat bayang-bayang.
Sulit sekali hujan menulis terang reda
Paham sekali gurun merayu nanar waktu.
Hingga tak terhingga perumpamaan majas
yang tak terbata, di antara kamus dunia.
Mumet, diam, dingin, kubacakan ayat
waktu pembunuh duka duduk menyapa.
(2019)
HUJAN DESEMBER
Hari-hari bagai kabut keheningan
Hujan menyulam tanah moyang
Menyiram tanah rumput dedaunan.
Hujan Desember, menyublim mata
Merongrong tari-tandak malam
Mengintai manuskrip bayang doa.
Pertanggal yang ditinggal hujan doa
Adalah air saksikan rintik ke dagunya
Berselimut hangat jumpa dalam dada.
Hujan di rumahnya kutinggal pergi
Hujan di sini menuai luka paling fana.
Desember, 2019
PERJALANAN GAPURA SUNAN AMPEL
Tubuh Isak teriak puisi berlinang suara-suara janji
Berlalu dengan goresan yang tertinggal sendirian
Oi, berjalan, bersalaman, mencari ketenangan diri.
Mosaik dakwah yang Kiai tinggal di Jawa, terang.
Menyeret selawat kasih nan kasidah bertawasul
Ia kirim puisi waktu pelapang hati pelapang jiwa.
Tuhan, hujan-kabut tapak menyusuri sayap malam.
Kami senantiasa tabah, bergurau dengan pohon, nan
ditanyakan pergi ke mana tanpa jawaban Surabaya.
Sejenak kami bernaung diam saksikan gerimis tangis
Sejenak langit berpesan ada di mana dengan siapa?
Kujawab kenang di lorong dengan suara peristiwa.
Pohon-pohon jingkat gelisah setahun asa asmaraloka
Beranjak rujuk meramal bisingan tasbih depan mata
Berlabuh dari Gapura, melawan teriak hujan Surabaya.
Sumenep, 16 Desember 2019
*Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di kajian sastra dan teater “Kosong” Bungduwak. Perkumpulan dispensasi Gat’s (Gapura Timur Solidarity) adalah organisasinya yang digeluti saat ini. Ada pula Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), Perkumpulan (Pemuda Purnama), Pengasuh ceria di grup (Kampus Literasi) dan pendidik setia di komunitas (Literasi Kamis Sore). Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi Opini, dll. Tulisannya pernah dimuat di koran Lokal maupun koran Nasional, seperti: Jawa Pos (pro-kontra), Republika (Puisi 2018), Riau Pos (2017), Bangka Pos (2017), Palembang Ekspres (2017), Radar Madura (2017-2018), Radar Surabaya (2017), Radar Jember (2017), Radar Banyuwangi (2017), Radar Bojonegoro (2017), Kedaulatan Rakyat (2017), Solo Pos (2017-2018), Malang Voice (2017), Majalah Simalaba (2017), Analisa Medan (2018), Radar Cirebon (2018), Kabar Madura (2018), Jurnal Asia-Medan (2018), Banjarmasin Pos (2018), Budaya Fajar-Makassar (2018-2019), Radar Pagi (2018), Dinamikanews (2018), Denpost Bali (2018), Redaksi Apajake (2018-2019), Catatan Pringadi (2019), Jejak Publisher (2019), Ideide.id (2019), Iqra.id (2019), Magrib.id dan Majalah Pewara Dinamika Jogja (2019), dan Koran Cakra Bangsa (2019). Puisinya juga masuk dalam antologi CTA Creation (2017). Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi puisi Perempuan (2018). Juara satu lomba cipta puisi bertema Hari Raya di media FAM Indonesia (2018). Antologi HPI Riau: Kunanti di Kampar Kiri (2018). Antologi Puisi Masa Lalu (2018). Antologi Puisi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Jejak Hang Tuah (Jazirah I 2018). Antologi Puisi Internasional FSIGB (Jazirah II 2019). Antologi Banjar Baru Rainy Day’s (2018-2019). Antologi Puisi untuk Lombok-Redaksi Apajake (2018). Antologi Puisi Puisi Tasbih Cinta (FAM 2019). Antologi Puisi Menimang Putri Dewa (Tidar Media, 2019). Antologi Puisi Sejarah Lahirmu (2019). Antologi Puisi Arti Kehidupan FAM Indonesia (2019). Antologi Puisi Kelapa Sawit Apajake (2019). Antologi Sebuku Net Nissa Sabyan (2019). Sepuluh Puisi Terbaik Media Linea (2019). Juara II Cipta Puisi Nasional di Penerbit Mandiri Jaya Tulungagung (2019). Penulis Buku Puisi Terbit Gratis: Senandung Asmara dalam Jiwa (2018).