AWAN KOSONG
_Xu yun
Bayang- bayang di bawah danau
menoleh ke atas
cahaya bulan hampir pergi.
MEMORI DARI DEPAN PINTU, KAMI BERTAMU KEMARIN
_darul Hadlanah, sebelum sore, menatap pohon-pohon sengon
- Iklan -
kau membiarkan pintu depan membuka sebentar
sore membiarkan banyak hal terangkum sebagai kenyataan. mengalami kenangan dan perasaan mampir berjatuhan disana. memahami aneka pot bunga sebelum malam tiba. hijau mekar mencari sempurna. sampai juga berhenti bayangan karpet, parfum pakaian, membasuh lubang hidung, datang Periuk nasi, gulai kambing, sambal kecap, piring garpu, teh tubruk, buah pisang belakangan bertemu. mengalami sore yang sama, detik letih jam Bu dinding, membiarkan waktu berjalan sediakala.
“Hidup begitu ringkas”, perihal nasib baik maupun nasib buruk adalah pemanis hidup. di dalamnya seperti tas punggung menggotong buku puisi _ menyimpan ke bersahajaan, tanda luka, mengerti sampiran kepedihan. lalu semuanya berlalu, pasti berlalu seperti tahun tahun yang kami lewati. setelah cahaya lampu, pikiran mengambang di belakang pintu. langkah sepatu melepaskan diri dari lekat kaca jendela, seperti menunggu sebuah foto terselip, tatap mata melengkapi batas kunjungan dengan cara masing masing, sebelum malam, terasa panas udara. melengkapi cerita hidup kemarin, bagian bagian aplikasi layar telepon pintar terselip.
2020
PARKIR SEBENTAR, PEREMPATAN JALAN DIPONEGORO
sekedar cerita tubuh penat menyiram mulut dengan air botolan. musim kemarau yang sembunyi dalam hitungan bulan Mei, matahari melepas jantung kota cerah. lampu berhenti hampir merah bau warung sate mengubah jawaban romantisme makan siang. kedatangan perempuan renta membawa potongan koran bekas. ada sepi nasib membagi duka nestapa, dunia terbiasa membuat gambar sedih. jemari penjaga parkir membetulkan bunyi peluit. lalu angin berlalu rubuh pada batu trotoar. saya tahu hidup bersama usia tua cemas menunggu kelakar. memandang malam berbaur cahaya bulan. melanjutkan cuci tangan ke dalam air kran. membasuh sandal jepit, masuk kedalam pintu kamar, menghirup tembakau ditemani hangat robusta, menyalakan layar televisi, berita malam masuk begitu membosankan, bayangan tubuh menggeliat dibawah bohlam benar benar samar. Bahagia konon kabarnya milik Tuhan, bukan sementara, bukan pula selamanya. Melihat jalan pikiran semakin ramai, kami mencari bahasa baru ke dalam Vidio call- “sstt….hai, siapa ini, sayang, cium jauh, tetaplah diam dirumah, sebentar ayah pulang, seperti biasa kita makan lele bakar bersama sambal tomat kemasan”
perempatan jalan melanjutkan tawar menawar cerita hidup, mengambil jarak waktu sebentar dalam pantulan kaca mobil jam 1 siang
2020
PUISI SEHABIS TIDUR, PERCAKAPAN DINI HARI
_pondok Dawe, km -5, ke arah Muria
yang tiba subuh
embun basah
jalan berkerikil
menuju padasan
bunyi batuk dan penyikat gigi
kaki kaki berjalan membawa
angin gunung, dingin bersama
kenangan,
besok pagi
kita mau kemana
2020
CERITA KAMIS MALAM, PESAREAN KIAI DULLAH SALAM
_ dan Tuhan selalu menyimpan karomah di dalam kuburan Alim
1/
ingatan peziarah adalah
berjalan membikin 2 permintaan
- di dunia memiliki bahagia
- tidak menderita singgah di alam sana
2/
buku tahlil, dingin lantai, putaran kipas angin, semua begitu setia
begitu sendiri mengalami malam larut
tinggal satu santri mengaji
di angkasa bintang jatuh begitu jauh
3/
sekarang waktu pulang
kami menghidupkan sebatang rokok
bersama korek api, malam sebentar pergi
seperti kemarin
2020
*Puji Pistols, Penyair Pati, Peracik Kopi, Buku Puisi tunggalnya. “Tokoh Tokoh Dalam Sepuluh Lompatan” Penerbit Basa Basi Jogja