Oleh Sam Edy Yuswanto
Judul Buku: 15 Rahasia Melejitkan Bakat Anak
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit: Indiva Media Kreasi
- Iklan -
Cetakan: I, Januari 2020
Tebal: 272 halaman
ISBN: 978-602-1614-31-0
Manusia adalah makhluk istimewa bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi ini. Mengapa manusia disebut makhluk istimewa? Karena ia dikaruniai akal oleh Allah Swt untuk berpikir, sehingga dapat membedakan perkara yang baik dan buruk. Selain itu, ia juga diberikan kelebihan berupa bakat, minat, dan inteligensi yang bila dikembangkan akan mengantarkannya pada puncak kesuksesan dalam hidupnya. Baik itu kesuksesan sewaktu hidup di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan bakat, minat, dan inteligensi? Dalam buku ini, Sinta Yudisia menguraikannya satu per satu. Bakat memiliki arti derajat kesiapan untuk belajar dan bekerja dengan baik pada situasi atau wilayah tertentu. Misalnya, orang yang berbakat menjadi penulis, ia akan lebih cepat menguasai teori dan praktik menulis ketimbang orang yang tak memiliki bakat menjadi penulis. Individu yang berbakat menulis, hanya diberikan sedikit pengantar tentang membuat deskripsi, biasanya ia langsung bisa melaksanakannya. Namun bagi yang tak berbakat, butuh penjelasan berkali-kali serta contoh berulang-ulang agar bisa membuat deskripsi yang baik.
Selain bakat, setiap orang juga memiliki minat beragam antara yang satu dengan lainnya. Minat atau interest adalah perasaan positif terhadap suatu aktivitas, obyek, maupun topik. Perasaan ini biasanya juga terlihat dari cara seseorang mengekspresikan diri terhadap sesuatu yang dianggap menarik. Ia tampak bergairah dan senang, bahkan waktu terasa begitu cepat berlalu ketika tengah menggelutinya.
Inti dari minat adalah perasaan positif yang muncul dan ekspresi yang tampak. Sebab, bila minat hanya terpendam dalam hati tanpa menampakkan ekspresi positif yang seharusnya, maka lingkungan tak akan bisa menanggapi dengan tepat dan memberikan stimulus yang diperlukan. Selanjutnya inteligensi atau kecerdasan, adalah kemampuan mental secara umum. Kecerdasan tak berhubungan dengan pengetahuan yang diperoleh, tapi lebih mengacu pada potensi kemampuan mentalnya secara umum.
Mempelajari inteligensi, bakat, dan minat bukan hanya urusan psikolog atau guru bimbingan konseling saja. Kita, terlebih para orangtua yang telah dikaruniai anak, sangat perlu mengenal, meski hanya sekilas, sebagai bekal ilmu untuk merancang masa depan diri pribadi, anak-anak, dan juga keluarga. Mengenal potensi kecerdasan dan bakat, serta memahami ke mana kecenderungan minat akan membantu individu dalam memilih dan memilah fokus pilihan di masa kini serta masa depan.
Inteligensi atau kecerdasan, andai dipasangkan dengan bakat minat, maka akan menghasilkan capaian spektakuler. BJ Habibie dan Albert Einstein adalah contoh orang-orang yang berhasil menekuni karier hidupnya berbekal kecerdasan luar biasa dan prestasi di bidang bakat minat masing-masing (halaman 20).
Mungkin ada sebagian orang yang tak terlalu mementingkan apakah ia memiliki bakat minat dalam dirinya. Yang penting baginya adalah berusaha meningkatkan intelegensinya dengan harapan kelak mendapatkan pekerjaan yang mapan atau karier yang cemerlang. Namun, perlu kita pahami, bahwa kemapanan hidup seseorang yang hanya didasari pada kecerdasan semata, biasanya akan terasa hampa dan tersiksa.
Mereka yang berhasil secara materi di pekerjaan dan pencapaian, belum tentu merasa bahagia. Terkadang justru sebaliknya; merasa kering, hampa, dan semua yang dilakukan hanya demi kebahagiaan orang lain. Misalnya, demi kebahagiaan orangtua dan martabat keluarga besar. Siapa sih, keluarga yang tak bangga anaknya jadi dokter spesialis? Siapa yang tak bangga anaknya juara olimpiade? Siapa tak bangga anaknya jadi juara kelas? Dan seterusnya. Mungkin sebagian orang bisa bertahan hidup sepanjang usia tanpa pernah mempertimbangkan bakat dan minat dalam dirinya, tapi sebagian lagi merasa tersiksa sepanjang hidup karena menekuni profesi yang bertolak belakang dengan bakat minatnya (halaman 50).
Oleh karenanya, memiliki inteligensi tinggi bukan menjadi jaminan orang hidup bahagia. Yang ideal adalah bila kita mampu memadukan kecerdasan dengan bakat serta minat yang ada dalam diri kita. Meskipun, misalnya, kita tidak memiliki kecerdasan atau IQ yang tinggi, akan tetapi bila kita mampu melakukan profesi yang seusai bakat minat, maka kita bisa meraih sukses, hidup bahagia, bahkan melebihi mereka yang dikaruniai inteligensi yang tinggi.
Buku ini layak dan bagus dijadikan sebagai bacaan yang memotivasi siapa saja, terlebih para orangtua dan guru, agar berusaha menggali bakat minat dalam dirinya serta anak-anak atau murid-muridnya. Selamat membaca.
-Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen, alumnus STAINU, Fak. Tarbiyah, Kebumen.