Senandung Rindu 1
hujan februari
menjadi sebuah nama
pada perjalanan yang terus memaksaku
aku pergi menyusuri padang hijau
tak bertuan
cantik rupawan,
tak dapat aku melawan
untuk singgah menikmati keindahan
kuteruskan perjalanan
menikmati hembusan angin
pemberi ketenangan
angin menyapaku
memenuhi rongga dadaku,
tanpa permisi dahulu
Senandung Rindu 2
Dadaku begitu sesak..
Sungguh menyiksa batin ini
Aku terpenjara oleh sang angin
Ingin ku hembuskan rasa sesak ini
Namun aku tak pernah kuasa
Kubiarkan angin terus menguasaiku
Hingga akhirnya
Aku tersadar bahwa perjalanan telah usai
Tibalah aku ditempat tujuan
Ah…..sungguh berbeda
Kemarau dan tak lagi hujan
Sungguh gersang
Ibarat kemarau yang terus membayangi
Ingin kuhempaskan yang terbayang
Sungguh aku merindumu
Wahai hujan bulan februari……
- Iklan -
Emak
Emak….
Kaulah selalu menjadi pemenang
Dalam lomba meraih saklar di pagi hari
Lampu yang nampak masih asyik tertidur
Seakan menjadi saksi atas apa yang kau lakukan
Untuk mengawali sebuah hari
Emak…..
Kau tak butuh sebuah alarm
Kau yang tak pernah jenuh terbangun dalam letihmu
Menopang kakimu untuk terus menyuguhkan senyum
Pada putra-putrimu, pada suamimu, pada keluargamu
Emak….
Kau tak punya keluh
Yang kau lakukan adalah terus mengayuh
Kau lakukan rutinitas tanpa jenuh
Waktu adalah pacuanmu
Gerakmu sungguh lincah dan indah
Tiada waktu lengah
Tibalah ayah dan anak terbangun….
Mereka melihat rumah bak tersihir, bersih dan tersaji hidangan makanan enak
Di meja dengan tudung saji tertutup rapi
Emak….
Tak pantas engkau sakit
Karena engkau pemberi bahagia pada keluarga
Engkau hilangkan dahaga
Engkau sigap dalam semua cerita
Sebelum bertempur pergi bekerja…..
Love u emak……
Sapa Untuk Mimpi yang Nyata
Lembayun pagi mengundang cakrawala
Membawa harapan yang nyata
Dingin segar penuh mempesona
Dengan aroma hening yang nyata
Penuh riang menyapa jiwa
Namun terkadang jiwa lupa untuk menyapa
Bahkan sengaja untuk terlupa
Pagi ini mencoba kembali menyapa
Untuk menorehkan mimpi
Yang kian lama terkubur oleh tumpukan kertas bekas
Diam-diam kuambil langkah nyata
Untuk temani jiwa yang membara
Menemui mimpi yang nyata….
Bisikan Manja
Selamat Pagi,
Bunga yang kuncup kini kian merekah
Tersaji susu cokelat kesukaanmu di atas meja
Yang tak pernah terlewatkan sepanjang hari
Susu cokelat yang kian hangat
Kini menjadi hambar dan dingin
Kuseduh di pagi buta
Namun kuintip terrnyata masihlah utuh
Kubuka pintu kamar,
Ternyata engkau masih asyik bermimpi dengan selimut tebalmu
Lalu…..
Kubelai rambutmu, kucium keningmu, kubisikan kata manja
“Mas, bangunlah…….sholat subuh dulu”……
Siwi Agustianingsih, S.Pd., Lahir di Cilacap, 16 Agustus 1993.
Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 2 Cimanggu
Penulis Buku CPNS “Bermodal Duit Sejuta”