Oleh : Mohamad Muzamil
Ketika ada berita yang menyudutkan integritas pemimpin kita atau organisasi kita, maka sudah tentu kita tidak ingin mendengarkannya atau membacanya.
Ulama terdahulu kalau mendapatkan laporan dari santrinya bahwa si Fulan begini atau begitu yang tidak baik, maka ulama tersebut mengalihkan pandangan atau mengalihkan pembicaraannya. Hal ini berarti ulama tersebut tidak mau ghibah atau membicarakan keburukan orang lain.
Jika keburukan yang dibicarakan itu benar buruk maka termasuk ghibah. Kalau tidak benar buruk yang disangkakan maka termasuk fitnah. Baik ghibah maupun fitnah sama-sama tidak boleh dilakukan.
Pada dasarnya semua orang ingin baik dan bersih, namun kadang ada yang tidak tahan godaan, termasuk juga tidak tahan untuk tidak ghibah.
Kebaikan, kebenaran, tentunya juga harus diperjuangkan dengan cara yang baik dan benar. Misalnya ingin bersuci dari hadats dan najis, tentu syariatnya harus dilakukan dengan air yang suci dan mensucikan, serta melakukannya sesuai kaidah atau cara-cara yang sudah ditentukan. Jadi ada syarat dan rukunnya dalam bersuci.
Demikian pula dalam ibadah mu’amalah, jika akan melakukan amar makruf nahi munkar, maka harus disampaikan dengan cara yang ma’ruf, tidak boleh dilakukan dengan cara yang munkar.
Karena itu bagaimana sebaiknya kita bersikap terhap munculnya berita-berita negatif yang berdampak buruk dalam kehidupan masyarakat?
Jika kita mempelajari muqodimah Qanun Asasi yang ditulis oleh Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, maka ada sembilan hal yang perlu kita perhatikan.
Pertama, kita tetap bersama para jamaah, jangan sampai memisahkan diri dari jama’ah.
Kedua, tetap mengusahakan bersatu padu. Ibarat jasad, apabila ada yg sakit maka anggota lainnya juga ikut sakit.
Ketiga, tetap berusaha menimba ilmu dengan memperhatikan jalinan sanad yang bersambung hingga Rasulullah SAW.
Keempat, para Ahli bid’ah memutarbalikkan kebenaran. (Dalam risalah ahlussunah wa al-jama’ah disebutkan, ahli bid’ah ini adalah kelompok yang menyimpang dari Rasulullah dan para sahabatnya, seperti Syi’ah, Khawarij, Muktazilah, Qadariyah, Jabariyah, Mujasimah, dan Jahmiyah).
Kelima, bergabunglah pada Jam’iyyah NU, dengan kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu dan dengan ikatan jiwa raga.
Keenam, Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Alloh kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas.
Ketujuh, Saling tolong menolong dalam kebaikan, kebenaran dan ketaqwaan.
Kedelapan, waspada bahwa orang-orang munafiq puas menjadi tertinggal, tidak ikut berjuang.
Kesembilan, mohon atau berdo’a kepada Alloh, agar kesalahan kita diampuni dan mohon agar kita dikumpulkan bersama orang-orang yang berbakti. Amin.
Wallahu a’lam.
-Penulis adalah Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah.