Wonosobo, Maarifnujateng.or.id – Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Literasi diselenggarakan oleh Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah. Dilaksanakan sejak hari ini, Sabtu (27/12/2019) hingga esok hari Ahad (28/12/2019) di SMP Al-Madina, Kab. Wonosobo. Junaedi Abdul Munif selaku pemateri menyatakan “menulis itu harus berani berdarah-darah”. Hal ini disampaikan untuk meningkatkan kompetensi guru Ma’arif dalam menghadapi industri 4.0 atau era digital ini.
Beliau menyatakan bahwa kompetensi guru Ma’arif masih banyak yang harus dikoreksi. Diklat literasi ini memang diikuti oleh sekitar 50 orang guru Ma’arif dan 10 orang anggota PC IPNU/IPPNU Kabupaten Wonosobo. Kalimat yang dicetuskan Bapak Junaedi ini tercetus ketika ada salah seorang guru Ma’arif yang bertanya tentang bagaimana cara untuk memulai menulis. Menjawab pertanyaan tersebut, bapak Junaedi mengemukakan bahwa menulis itu harus berani berdarah-darah, yang artinya harus mau berusaha untuk menulis. Harus mau menyempatkan waktu untuk menulis, dan selalu menambah wawasan dalam kepenulisan. Karena tanpa paksaan, maka tulisan itu tidak akan terbentuk.
Selain itu, Bapak Junaedi juga menyatakan bahwa sebagai kaum milenial juga harus mampu membedakan berita yang baik dan buruk seperti fake news, Cyber bullying, Hate Speech, ataupun Hoax News. Dalam menulis, Junaedi menambahkan bahwa jurnalis harus tabayun (selalu klarifikasi peristiwa), washataniyah (pertengahan atau tidak bersumber hanya satu data) , serta netral tidak memihak komunitas tertentu.
Junaedi terakhir menyatakan bahwa peserta diklat Literasi yang diselenggarakan oleh GLM PWNU Jawa Tengah setelah mengikuti kegiatan ini haruslah mampu menghadapi tantangan era baru, era digital serta mampu untuk memulai menulis apapun yang diinginkan. (admin/Farah Fahrunnisa).