Temanggung, Maarifnujateng.or.id – Lembaga Pendidikan Ma’arif PWNU Jateng melaunching dua buku karya siswa-siswa peserta Pekan Olahraga dan Ma’arif (Porsema) XI di ruang sekretariat panitia, Selasa (25/6/2019) di rektorat STAINU Temanggung.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris Panitia Porsema XI LP Ma’arif PWNU Jateng Abdulloh Muchib mengapresiasi dua buku tersebut. “Ini adalah sejarah, karena sudah 22 tahun baru kali ini LP Ma’arif PWNU Jateng dapat menerbitkan buku hasil karya peserta Porsema,” kata dia.
Panitia sangat mengapresiasi karena meski perhelatan Porsema hanya empat hari, namun dapat mendorong siswa menulis. “Ini bagian dari jihad literasi yang kami lakukan untuk mengglobalkan kiai atau ulama NU lokal,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua Tim Penulisan Buku LP Ma’arif PWNU Jateng Abdul Halim menegaskan bahwa penulisan buku di ligkup siswa memang jarang. Menurut dia, dua buku ini adalah emas berharga di dunia literasi. “Yang satu berisi kumpulan puisi, kedua berisi kumpulan biografi kiai atau ulama lokal NU yang sangat langka,” tukas aktivis asal Pemalang itu.
- Iklan -
Direktur Asna Pustaka Hamidulloh Ibda menjelaskan, bahwa LP Ma’arif PWNU Jateng periode 2018-2023 ini sudah memiliki penerbit sendiri. “Dua buku ini merupakan buku pertama terbitan Asna Pustaka yang dikelola Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif PWNU Jateng,” katanya.
Penulis buku Sing Penting NUlis Terus ini juga menjelaskan, buku pertama berjudul Puisi untuk Nusantara. Isinya adalah kumpulan puisi siswa-siswi jenjang SD/MI sampai SMA/SMK/MA Ma’arif se Jawa Tengah. “Saat ini sangat sedikit anak atau bahkan orang dewasa mau mengurusi puisi. Lewat buku ini, ke depan kami akan rumuskan konsep untuk meningkatkan keterampilan menulis, mengritik dan mengapresiasi sastra,” lanjut penulis buku antologi puisi Senandung Keluarga Sastra tersebut.
Sedangkan buku kedua berjudul Riwayat Sang Penuntun berisi kumpulan biografi kiai NU lokal se Jawa Tengah yang ditulis peserta Porsema jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. “Dari buku ini, saya kenal KH. Abdul Fattah, KH. Muhammad Najib dari Banjarnegara, KH. Turmudzi Al-huda dari Batang, lalu Kiai Khubaidi Usman dari Banyumas, Mbah Kalimi dari Blora, Kiai Abdullah dari Kendal dan lainnya. Beliau adalah kekayaan NU dan khususnya Ma’arif untuk diteladani,” beber dia. (Ziaul).