Oleh Hamidulloh Ibda
Sekira awal Desember 2023, ada teman di grup penelitian ngirim URL status Prof Uli Kozok. Di dalam status Facebook itu, memang Ulik Kozok menulis seperti ini:
MENGENALI JURNAL ABAL-ABAL
- Bahasa Inggris yang rancu
“Call for Paper”. ‘Paper’ itu kertas. ‘Papers’ baru makalah. Kecuali tentu jika mereka tukang loak.
- Iklan -
- American International?? American atau International? Dua-duanya tidak bisa.
- Jurnal Serba Ada
Dari antropologi sampai women studies… Berarti tidak ada fokus, dan tujuan mereka hanya
mendapatkan sebanyak mungkin artikel.
- Diterima Langsung
Kalau hanya 7 hingga 10 hari berarti tidak ada proses peer-review Kalau tidak ada peer review
maka bukan jurnal akademis.
- Editor Antah Berantah
Dr. Christan P. Rudolfo tidak ada. Namanya fantasi belaka.
Status tersebut ramai karena dishare ke banyak WAG. Saya sendiri, memang tiap hari menerima email tidak jelas. Artinya, ini bukan sekadar curhatan Uli Kozok, tapi juga saya pribadi memang yang tidak pernah fokus mengkaji fenomena Call for Papers abal-abal.
Call for Papers Abal-abal
Fenomena Call for Papers abal-abal sebenarnya sudah lama ada dan terjadi sejak saya awal-awal menjadi dosen sekira 2017 lalu. Fenomena itu merupakan situasi di mana jurnal ilmiah atau konferensi menggunakan nama yang tidak terkenal atau tidak kredibel untuk meminta kiriman makalah ilmiah, bahkan jurnalnya palsu. Hal ini seringkali terkait dengan jurnal predator atau jurnal yang kurang terpercaya yang menerima artikel tanpa proses review yang ketat atau tanpa standar akademik yang jelas. Jika Anda ingin mengirimkan karya ilmiah, disarankan untuk mencari jurnal yang terkenal, memiliki reputasi yang baik, dan diakui dalam bidang penelitian Anda.
Jurnal ilmiah merupakan pijakan utama bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, di tengah kemajuan teknologi dan tekanan untuk menghasilkan publikasi, muncul fenomena yang merugikan, yaitu jurnal ilmiah abal-abal atau predatory journals. Jurnal-jurnal ini menawarkan platform publikasi tanpa proses review yang layak, mengancam integritas riset, dan keandalan sains.
Jurnal ilmiah abal-abal adalah publikasi yang mencari keuntungan finansial daripada mempromosikan pengetahuan ilmiah yang berkualitas. Mereka menjanjikan publikasi cepat dan mudah tanpa menjalani proses peer review yang ketat. Dalam jurnal-jurnal semacam ini, artikel dapat diterbitkan dengan membayar biaya publikasi tanpa adanya penilaian sejati terhadap kualitas atau validitas riset yang diajukan.
Bahaya dan Dampaknya
Fenomena yang dialami Uli Kozok, saya, dan mungkin Anda ini harus dihentikan karena tentu ada bahaya dan dampak yang merugikan. Pertama, membahayakan Masyarakat akademik. Riset yang dipublikasikan tanpa review yang baik dapat menghasilkan informasi yang salah dan menyesatkan masyarakat. Hal ini dapat berdampak pada keputusan medis, kebijakan publik, atau inovasi teknologi yang didasarkan pada informasi yang tidak dapat dipercaya. Kedua, pemborosan sumber daya. Peneliti yang terjerumus ke dalam jurnal-jurnal abal-abal harus membayar biaya publikasi tanpa memperoleh manfaat dari penerbitan yang layak. Ini menghabiskan sumber daya dan mengalihkan fokus dari riset yang lebih bermanfaat.
Ketiga, menurunkan kredibilitas ilmiah. Publikasi di jurnal ilmiah abal-abal dapat merusak reputasi peneliti dan institusi akademik yang terlibat. Artikel-artikel yang tidak melewati proses review yang layak dapat mengandung kesalahan, informasi palsu, atau data yang tidak valid.
Jurnal ilmiah abal-abal merupakan ancaman serius bagi integritas ilmiah. Peneliti dan institusi harus waspada dan berupaya untuk memperkuat sistem review yang baik serta memperhatikan jurnal-jurnal yang mereka pilih untuk publikasi. Mengidentifikasi jurnal-jurnal abal-abal dan menghindarinya akan menjaga keandalan dan kredibilitas ilmu pengetahuan untuk masa depan yang lebih terpercaya.
Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk mengatasi jurnal abal-abal atau jurnal yang tidak valid, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan. Pertama, jangan mengirim ke sana. Ini jelas. Jika kita mengirim naskah yang kualitasnya bagus ke jurnal abal-abal ya eman-eman bosku. Kedua, cermati ciri-cirinya. Periksa reputasi jurnal dan penerbitnya. Jurnal-jurnal abal-abal sering kali memiliki proses review yang minim atau tidak jelas.
Ketiga, gnakan daftar bebas Predatory Journals. Beberapa organisasi menyediakan daftar jurnal yang dapat dipercaya dan diakui secara ilmiah. Keempat, perhatikan detail biaya atau APC. Jika biaya publikasi terlalu murah atau terlalu mahal tanpa alasan yang jelas, waspadai jurnal tersebut. Kelima, kolaborasi dan konsultasi. Diskusikan dengan rekan sejawat atau mentor tentang jurnal yang akan dituju untuk publikasi. Penting untuk mencari informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan jurnal-jurnal yang telah melewati proses validasi ilmiah yang ketat. Ini penting agar Anda bisa menghindari jurnal-jurnal abal-abal yang dapat merugikan kredibilitas penelitian atau informasi yang Anda gunakan.
Keenam, pastikan Anda memeriksa sumber jurnal secara menyeluruh. Jika jurnal tersebut dipublikasikan di jurnal ilmiah yang terkenal atau memiliki reputasi baik dalam bidangnya, maka kemungkinan besar jurnal tersebut lebih kredibel. Ketujuh, evaluasi review dan redaksi. Jurnal-jurnal yang baik biasanya melalui proses peer review yang ketat. Pastikan jurnal yang Anda gunakan telah melewati proses ini. Periksa apakah jurnal tersebut memiliki informasi tentang proses review dan editorial yang transparan.
Kedelapan, perhatikan metodologi dan referensi. Jurnal yang baik akan memiliki metodologi yang kuat dan terperinci serta referensi yang relevan dan terverifikasi. Pastikan penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut memenuhi standar ilmiah yang baik. Kesembilan, periksa periode atau tanggal publikasi. Jurnal-jurnal ilmiah cenderung terbaru dan diperbarui secara berkala. Pastikan jurnal yang Anda gunakan bukan jurnal yang sudah usang atau sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan ilmiah terkini.
Kesepuluh, gunakan sumber yang terpercaya. Pilih jurnal dari penerbit yang terpercaya dan telah dikenal dalam dunia akademis. Jangan ragu untuk menggunakan basis data ilmiah yang terkemuka untuk menemukan jurnal-jurnal yang valid. Kesebelas, gunakan sumber lain sebagai pembanding. Selalu lebih baik jika Anda bisa menemukan beberapa sumber yang dapat mengonfirmasi informasi yang sama atau serupa. Ini membantu memastikan bahwa informasi yang Anda peroleh dapat dipercaya.
Terakhir, jangan lupa jika Anda masih ragu tentang validitas suatu jurnal, lebih baik berkonsultasi dengan ahli di bidang tersebut. Mereka dapat membantu Anda mengevaluasi keandalan jurnal tersebut.
-Hamidulloh Ibda, adalah dosen, penulis, reviewer pada Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Singapura terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer Millah: Journal of Religious Studies Indonesia terindeks Scopus (2023-sekarang), reviewer International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (IJLTER) Mauritius terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Review of Research in Open and Distance Learning (IRRODL) Canada terindeks Scopus Q1 (2023-sekarang), reviewer Journal of Education and Learning (EduLearn), Indonesia, terindeks Scopus (2023-present), reviewer International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE), Serbia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Journal of Serious Games (IJSG), Italia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang. Ibda juga menjadi reviewer di International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), dan reviewer Qeios Journal, serta reviewer 20 jurnal nasional.