Zarathustra, Kita Temui Pembunuhan
Lusa kemudian,
opera tentang masa silam itu
menyimpan jasad Nietzsche
Seperti biasa, setiap kali
melihat tragedi dan komedi
perut koran-koran yang lapar
menagih seluruh janjimu
Di luar kamar
yang tak mampu salut pada pintu
sedia menutup diri
sebelum pucuk hidung anak-anakmu
menghirup aroma darah
mungkin pada sebuah tembok
masjid, gereja, vihara
yang tak berpenghuni.
- Iklan -
Beritakan kepada dunia
bahwa hikayat perumpamaan
masih memiliki peti mati
yang isinya idealisme dan mahasiswa
Lalu seluruh lembah
mengeluarkan topeng peperangan
dan badai kekuasaan
telah menjemputmu kembali
di suatu pagi yang merah
2023
Mainan Yang Berteduh Di Ruang-Ruang Kecil
Begitulah,
boneka-boneka pengantin
sesaat menjadi abadi
sebelum ladang pikiran
membuat patung
dan menancapkan bahasa palsu
di batok kepalamu
Melengkapi hidup,
di sini, nenek moyang kita
perlu seratus cahaya
untuk mematri langkah
seperti kesetiaan sekuntum mawar
yang tumbuh lalu ditebang,
menyembul tunas baru
begitu dan seterusnya.
Tunggu sebentar,
kita lari dulu
ke dalam sajak-sajak octavio paz
yang silau lampu neon
di sana, tak seorang pun jatuh
dan mengelupas jadi gelap,
itu artinya misi peradaban
telah dibekukan
oleh ujung jarinya yang canggung.
Kelak, pada cuaca
hantu-hantu kita namai sejarah,
Mataram, VOC
dan obrolan tentang sebuah peran
sebagai kucing jenaka
namun pandai berpura-pura
2023
Nyanyian Cinta Dari Cervantes
Berakhirlah,
kisah sepatu berlumpur itu
Sebagaimana Don quixote
petualangan dan peperangan
tidak akan menjadikan kita lupa
pada selembar daun
jatuh tanpa ragu.
Di mata mendiang bapak,
ada tatapan-tatapan
seperti tombak, sebab, menduga,
memberi rute serta pengobatan
kecuali dalam tanah air
penuh kotak-kotak
yang beberapakali dicampakan.
Maka, kerumitan desain
dan hiasan detektif
yang dadanya ia tinggal diam :
tuhan tidak selalu menerobos
ke lubang-lubang telinga kita
Meski sudah kuat,
membuka sisi gelap kekuasaan,
namun, tangan-tangan kemanusiaan,
masih gagal menggiring seribu peri
yang disampaikan balon-balon kecil.
2023
Sebuah Opera Tentang Gerimis Untuk Abah
Ia berjalan membawa payung kertas,
ketika langit menguraikan keriangan dan kesedihan.
Rumah-rumah kotak
dari tanah lempung
kini, mengurung nalar,
mulut, tak mampu bicara,
merenungi diri sendiri.
Hanya kepada allah
jarak, ruang dan waktu,
menjadi lebih Arif,
detik demi detik
menciptakan bunga-bunga abadi
2023
Setiap Ledakan Dalam Puisi Ini
Kita Namai Hewan Herbivora
Kepada belalang tua
mengingatkan aku akan baginda
yang sebentar lagi mati
Tak ada suatu hari
dalam sebuah perjudian
menahan taktik dari lingkaran
tempat para penghitung
tanpa tebing dan halaman terakhir
penetapan suara
Berdasarkan tahun sebelumnya
ada misi pergi ke sabana
aku dapat melihat dengan jernih
jejak sungai di tubuh perempuan
berwarna kuning pastel itu
membawa kota penuh bendera
Kudengar seorang bergumam:
“Siapa yang mengirimkan ribuan namamu yang lain?”
Mungkin patung-patung cinta
telah lama berdiam diri dan berdoa
untuk waktu yang melindasnya dengan sengaja
2023
Yuris Julian, Lahir di Sukabumi, Jawa Barat.
Tulisan-tulisannya berupa puisi dimuat di sejumlah buku antologi bersama serta di beberapa media cetak dan elektronik. Kini, sedang bekerja dan menetap di Jakarta.