MULUT PUISI
Pekerjaan di setiap sunyi
Meletakkan kata pada mulut puisi
Perbincangan kopi
Wangi bako dengan asap nikotin
Memuntahkan larik-larik sajak
Berloncatan ke udara yang melambung
Satu letupan pistol
Ke jantung hati; kamu
Lebih dalam lagi, requiem bagi kamu
Membuat berkas
Kertas surat dengan wangi bunga
Ada puisi, lagu cinta, pantun
Menyuarakan satu kata yang sama
Tidak terlalu jauh berjalan
Kamar yang mulai sepi
Khusyuk dalam jiwa bahasa
Aku ingin terus menulis puisi,
Semalam suntuk
Sampai pena bergetar, tinta
Memucat kehilangan dan angin beku
Melimpahi mejaku dengan naskah
Dan dokumentasi
Sajak mengetuk pintu wajahmu
Ketika sampai di ujung kata
Indramayu, 2019
- Iklan -
DOKUMENTASI
Rindu pun adalah dokumentasi yang tersimpan
Dalam kotak,
Berbicara arsip lama dan debu lekat
Tahun ke tahun; bertimbun
Terlupakan dalam aktivitas yang padat,
Kantor dan pabrik dengan gerigi yang hampir aus
Bau asap, limbah, dan kendaraan terparkir liar
Memeluk aku
Sebuah arloji di tukang reparasi, di trotoar
Menghadang langkah terburu-buruku dikejar alarm
“Apa kabar?”
“Maaf, sudah terlambat!”
100 meter, aku berbalik. Tapi ia telah terjual
Lidah kehilangan teks dan bahasa
Sepadan dengan kepergian cinta
Pagi itu aku menjilid lagi kegagalan
Indramayu, 2019
MIGRASI
Sebuah musim yang baru, kita migrasi
Burung-burung
Ke kota: ranting dengan bji dan buah
Cahaya surga dan lampu di tiang reklame
Tapi kota telah mati, sebuah bencana
Pohon besar tumbang seperti kekuasaan
Ke jalan,
Burung-burung mengambur
Dengan bekas kenangan dan harapan
Yang gagal
Dan yang terjungkal
Bagaimanakah perjalanan ke pulau, terbang ke selat
Berjalan di antara kepungan kapal tongkang
Batubara dan aspal
Sampah plastik dan cairan solar
Tak terlihat lagi biru permukaan yang memukau
Kisah-kisah roman dan Hamlet
Atau Viking
Kita pun telah melewati
100 tahun pengembaraan panjang
Sungai dan hutan
Memulangkanku pada akar rimba
Indramayu, 2019
TEROPONG
Dari celah yang paling sunyi, ke sana melihat
Jantung masa depan
Teropong dan lensa, lorong kerja
Objek yang jauh—puluhan bahkan ribuan kilometer
Dalam lapisan udara
Bagaimanakah membaca tanda
Aku tidak menemukan, ruang kecil dan bentuk terkecil
Gelembung air pada titik
Bayangan akan arah, mata angin
Gerak daun
Yang terlepas dari tangkai
Dan kau pergi meremas kertas mimpi, lalu remuk
Pandangan pun melebar ke samping, ke garis
Mencari serpih lain, nasib yang lain
Orang-orang yang berlari ke kota dan kota
Gerbong kereta dan kabin pesawat, melesat cepat
Menatapku dan teropongku
Yang tersesat di kemacetan, di jalan tol
Indramayu, 2019
TEROMPET
Tiba-tiba, waktu berada pada posisi 00.00
Seseorang meniup terompet
Sebentang mimpi dan bunga api, mekar di langit
“Selamat tinggal dan selamat datang.”
Kita menjadi penyeberang tahunan
Malam itu, gembira
Sebelum luka dan duka datang kembali
Di suatu hari,
Yang menyimpan rahasia
Yang membangunkan makna
Tapi esoknya kita terlambat bangun
Ke mana alarm
Matahari pagi telah naik
Dan pesawat
Para pemulung memanen anggur di bibirnya
Pertama menyambut hari,
Januari
Ingatan belum terlalu lama untuk lupa
: resolusi
Sebuah judul yang terlalu klise
Seperti drama pendek, jadi kesatria kesiangan
Yang makin tua
Ketika itu, terompet tidak lagi mampu
Berkata-kata
Tubuh kita terlalu renta untuk berdiri dan merayakan
Angan-angan sudah jauh
Ya,
Kita jadi penunggu
Bus yang sebentar lagi lewat
Mengantarkan ke sebuah negeri
Ke tempat abadi;
Puisi
Indramayu, 2019
Pemuisi
Faris Al Faisal lahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi. Pada “World Poetry Day March 21” menuntaskan 1 Jam Baca Puisi Dunia di Gedung Kesenian Mama Soegra Dewan Kesenian Indramayu (2021). Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, Juara 1 Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika dan mendapat Piala bergilir Anugerah RD. Dewi Sartika, Bandung (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tersiar pula puisi-puisinya di surat kabar Indonesia dan Malaysia. Buku puisi keduanya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018). Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris, IG @ffarisalffaisal,