RENCANA KE MUSEUM
Setelah berakhir musim kemarau
Kutanyakan lagi padamu tentang rencana
Ke museum
Ke masa lalu dengan sejuta ingatan
Di mana kita menempuh gemuruh
Berterbangan angan kepada kemegahannya
Lonceng yang berdentang sunyi
Yang lanjut usia
Mengetik kenangan
Dan tersimpan abadi di sana
Setiap waktu kita bisa berkunjung
Membaca surat-surat lama
Kata dan puisi
Terlipat di lembar-lembar lontar yang lapuk
Semua yang tersimpan
Adalah apa-apa yang dipertahankan
- Iklan -
Indramayu, 2020
PENYAMARAN SEMPURNA
Pada tunjangmu yang gemetaran, seembus angin
pertama menggoyahkan letak kaki berdiri. Bukit putih
dan pepohonan berdaun kabut, menjadi tirai asap
setiap pandang. Sebuah penyamaran yang sempurna,
bagaikan angin menyusup di sela rerumputan.
Di ingatan yang paling akhir, kita menumpahkan banyak
kata-kata. Menjilatkan lidah pada cangkir senja, meneguk
manik-manik air mata. Perjalanan waktu menempuh duka,
di bawah guguran rindu yang memerah kalah.
Dua ekor iguana hinggap di tubuh, kita merayap ke pentas
tanpa penonton. Bermain peran dan drama, berlangsung
dengan babak-babak yang menyedihkan.
Sebelum cerita benar-benar berakhir, bunyi retak terdengar.
Kau-aku terkejut, panggung yang lapuk dan runtuh.
Indramayu, 2020
SEBUAH PERMINTAAN
Seperti seorang yang akan dihukum mati, aku pun
mengajukan sebuah permintaan. Sebab dengannya
aku mungkin bisa tenang, meskipun esok-lusa kematian
mesra memelukku. Kau sendiri mengambil kursi, duduk
menungguku yang hendak berkata-kata. Mungkin
ratap merdu akan terdengar, gema mengantar dada
yang menjelma samudra. Aku tak tahu mengapa kilat
matamu memerah, mengundang gemuruh yang tak
begitu jauh. Adakah kau telah mengetahui semua, dan
sulitnya untuk meluluskannya. Aku tertegun antara
meneruskan atau menghentikan, kemudian aku telah
mengetahui segala jawab sebelum kauucap. Aku tak
perlu meminta apa-apa, bukankah ketulusan tak usah
diminta sebab ia akan datang sendi.
Indramayu, 2020
KAPAL TUA
Tersebab karam ia menua di sana
Hidup berkarat dalam lipatan ombak
Sendiri dalam kesunyian
Bagai sebuah roman
Di antara pasang naik-pasang surut
Tubuh yang terbakar matahari
Susut oleh angin
Dan memutih karena garam
Pada sore yang berguguran merah marun
Ia melihat kapal-kapal mendekat
Hanya sebentar merapat
Lalu menjauh lagi
Berlayar dan berpesiar
(mungkin menganggap seonggok besi tua)
Melankolia ingatan singgah
Jadi duka laut
Dan hari-hari berikutnya hanya kematian
Indramayu, 2020
MELIHAT SEEKOR MUSANG
Di kabel yang melintang bagai titian, seekor musang
berjalan dengan keindahan. Kaki-kaki yang begitu
kukuh, bagai seorang akrobatik ulung. Ia tak melihat
moncong senapan di sudut rumah susun, dari lubang
pengintai begitu jelas merekamnya.
Aku ingin kau segera berlari, jauh sejauh-jauhnya dan
sembunyi. Wangi daun pandan semerbak, agar kucium
terus setiap kali kaudatang. Tapi kau, kau tak sedang
menyadari, ancaman yang begitu nyata.
Sebelum terlambat dan kau tertembak, sebuah batu kecil
kulempar. Sebuah letusan berbunyi tanpa sengaja, seorang
pemburu mencela kerjanya sendiri.
Indramayu, 2020
*Faris Al Faisal lahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi. Pada “World Poetry Day March 21” menuntaskan 1 Jam Baca Puisi Dunia di Gedung Kesenian Mama Soegra Dewan Kesenian Indramayu (2021). Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, Juara 1 Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika dan mendapat Piala bergilir Anugerah RD. Dewi Sartika, Bandung (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tersiar pula puisi-puisinya di surat kabar Indonesia dan Malaysia. Buku puisi keduanya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018).