Kebahagiaan Bunga-Bunga
kebahagiaan sedang menjadi milik bunga-bunga
dan penjajahan milik hati yang terlena
seorang lelaki sambil tidak peduli kalau
pandemi selalu merekam jejaknya
dan keranda memanggil namanya
telah mengikhlaskan hidupnya untuk bunga-bunga
bunga-bunga mekar lebih indah dari biasanya
waktu tuannya menjadi miliknya setiap hari
kesepian, keasingan dan kejenuhan terhempas angin
diasuhnya setiap kuncup dengan kalimat indah
meski tugas mengoreksi masih tertulis di kepalanya
tugas mengisi perut masih nyangkut di bayang-bayang
sampai lupa tugasnya memerdekakan diri
dari rasa lelah untuk mandi
juga belum ditunaikan
- Iklan -
kemenangan milik bunga-bunga
airmata mewujud wajah anak dan istrinya
Rajawana, September 2020
Jiwa Kanak-Kanak
sebelum kau menutup pintu kantor,
kau meminta jiwa kanak-kanakmu pergi
ke taman sambil menyesap pada cantik bunga
memainkan kebahagiaan yang jarang mengisi matamu
kau memberi peringatan untuk tidak kembali
meski merengek di depan pintu
atau menggedor jendela, dekat meja kerjamu
meminta masuk dan berdiam
di kepalamu, di matamu
matamu, hanya ingin menemukan senyum santun yang
diantarkan untuk jabatan
bukan jiwa anak-anak yang bersembunyi di balik tangisan
atau kelemahan perempuan
meski matamu tetap saja pengumpul pujian
seperti magnet pada kumpulan besi
setelah jam lima datang menutup pintu kantor
kau temui jiwa kanak-kanakmu yang
menunggu di dekat mobil
sedang menghitung bunyi sepatumu
yang menggaungkan lelah pasrahnya
Rajawana, September 2020
Ritual Sajadah
kita sering menghapus nama-nama yang berdatangan
di setiap pertemuan
apalagi nama yang dibawa murka
langsung dibiarkan tertinggal di jalan
sebab kepala kita yang merupa almari sudah selektif dalam memasukan nama
akan ada waktu di mana nama itu akan dikeluarkan
dan dimasukan ke dalam doa
barangkali jika semua nama tersimpan
akan ada demo di dalam kepala
dan nama yang mungkin pernah menunjukan alamat senyum
bisa basi atau terhimpit dan terlupa
tanpa ikut terlibat di atas ritual sajadah
Rajawana, September 2020
Hujan September
hujan sedang terjatuh di september
dan puisi sempat datang mengabadikannya
mengalir bersama darah gigil
hujan sebelumnya hanya memotret airmata yang
tidak sengaja mampir lewat telinga atau layar hp
aku percaya
hujan akan selalu terjatuh di waktu yang tepat
setelah sekian waktu hanya mengindahkan
angan-angan yang terus saja mengantri untuk
diceritakan di dalam tidur
hujan terjatuh
rerumputan tumbuh menemukan kemerdekaannya
meski tetap menyimpan kecemasan akan ada waktunya lagi
tangan-tangan manusia mencabutinya
jika panjangnya melebihi batas kesabaran yang
pada akhirnya akan menjadi hujan juga
terjatuh di waktu yang tepat
Rajawana, September 2020
Wajah Sepasang Sepatu
sepasang sepatu sudah siap melangkah
menuju pasrah
nampaknya di arah yang jauh,
wajah-wajah menunggu mengenalkan
senyum dan airmata secara bergantian
tapi sepertinya takdir masih menginginkanku
diam di tempat sebab
tali sepatu lepas, yang telah mengikat keyakinanku
untuk segera berangkat
kuikat kembali tali sepatuku,
kuikhlaskan tanganku kotor
oleh kecewaku sendiri
waktu merekam sebuah wajah yang
bersiap mengambil senyumku terlepas
menjadi kesepian di angkringan
wajah pertama yang akan kukunjungi
Rajawana, September 2020
*Irna Novia Damayanti. Lahir di Purbalingga, 14 September 1992. Beralamat di Rajawana Rt19/07 Kec.Karangmoncol Kab.Purbalingga. Seorang Santri di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Aktif di Komunitas Sastra Santri Pondok Pena.