DI SINI KAMI DILARANG MELIHAT MATAHARI
pagi itu aku tergesa-gesa
menyantap sarapan sisa kemarin
dari dalam kulkas, isinya harapan-harapan
- Iklan -
bapaknya bapak itu
sudah berbulan-bulan ini
tidak pernah berkata
tidak pernah bersenyum
dia enggan mempertemukan pandang
setiap hari aku bermimpi
bertemu matahari
tapi di rumah ini
kami dilarang melihat matahari
angin hanya dibiarkan masuk seadanya
katanya takut ada pencuri
di sini, dilarang terang
biar hemat listrik
: katanya lagi
sering aku mencuri waktu
untuk melihat matahari
namun matahari telah terbenam
(Surabaya, 2024)
BULAN MERAH
menjemput bulan
di atas kapal menuju temaram yang entah
merah
merah
dan hilang
di telan kelabu awan
kemudian kita bercakap
pada gerik masing-masing
sambil nikmati pelayaran
dermaga terakhir
(Km. Dobonsolo, Surabaya-Jakarta, 25 Agustus 2023, 23.40)
DI PASAR
hari ini aku ke pasar
di sana kusalip percakapan bapak-bapak dan ibu-ibu
tentang presiden yang tak becus mengurus negara
pelan-pelan mematikan rakyat
sementara presiden dan menteri dan pejabat lain
kekayaannya meningkat bermilyar-milyar
aku mendengar saja
membungkusnya dalam puisi
lalu malam memuntahkannya pada layar android
kalau ada yang mengajak live instagram
besoknya aku ke pasar lagi
tiada lagi percakapan para penjual
mereka diikat doa
mungkin mati suri
keluh mereka terkikis saat ada pembeli
tapi pembeli sedang tak ingin membeli
sebab tak cukup uang
rayuannya kalap
aku hanya memperhatikan
di pasar, ialah pertemuan puji dan hasut
pertukaran dosa dan doa
pertambahan utang yang berlipat
lalu menanti, dan menanti
untuk dibayar
sayangnya mereka sama mengerti
di pasar juga ladang utang yang sengaja dilupakan
maka selamat menagih
selamat menunggu
di pasar, aku sering menyalib puisi
tentang aku yang mengapa suka mendengar saja
(Baubau, 2021)
HALAMAN KORAN
di halaman koran itu
aku mencuri kata
terlalu usang
hingga aku sendiri tak tahu menyebutnya apa
sedang di tubuhmu
tidak ada yang bisa kucuri
kecuali rasa
dan bau yang masih terlalu pekat
di hidungku
usai pertarungan sengit semalam
kita akhirnya sadar
bahwa pulang tak selalu rumah
kembali pada halaman koran
yang hanya selembar
kurabahi tiap-tiap kota
yang belum sempat dibangun di sana
lalu kembali pada pertarungan
kita menginginkannya lagi
pada kata-kata yang tak terucap
pada doa-doa yang belum tumpah
(Baubau, 2022)
PUASA 4
tiba-tiba mati
sinyal menuju rumah nabi
kita menuduh siapa saja yang lewat
puasa ini
masih tentang kesabaran
yang dibuat mati penjudi
jejak dua puisi sudah ada
kutitipkan satu untukmu
untuk kutanyakan kabar esok hari
bagaimana puasamu
dengan para penjudi?
(Baubau, 2023)
Joe Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Tulisannya dimuat di beberapa media cetak dan online seperti, Rakyat Sultra, Lampung Post, Banjarmasin Post, Bangka Pos, Magrib.id, ideide.id, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Ceritanet.com, Sastramedia.com, Haluan, Majalah Edukator, Majalah Elipsis, Majalah Kandaga, Jurnal Sastra Santarang, dll. Buku Puisinya, Dosa Termanis (2024).