Oleh: Reni Asih Widiyastuti
Dalam hidup, tentunya setiap manusia tidak lepas dari suatu masalah. Masalah bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, gelisah, bahkan sampai menyalahkan diri sendiri. Untuk itulah, manusia membutuhkan ketenangan pada saat menghadapi masalah tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mengingat Tuhan. Dengan begitu, setidaknya manusia dapat berpikir jernih dan hati terasa tenteram.
Zikir sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti puji-pujian atau doa kepada Allah swt. yang diucapkan berulang-ulang. Ada beberapa zikir yang akan saya bagikan kepada Anda, khususnya yang bisa bermanfaat untuk melembutkan hati.
- Iklan -
Menurut Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily, zikir itu ada empat:
Zikir, di mana engkau mengingat zikir;
Zikir, engkau diingatkan melalui zikir;
Zikir yang mengingatkan dirimu; dan
Zikir yang engkau sendiri yang diingat oleh Allah swt. (Zikir bersama Allah swt).
Yang pertama adalah zikirnya kalangan awam, yaitu zikir untuk mengingatkan kealpaan atau mengingatkan dari kekhawatiran akan kealpaan.
Kedua, adalah zikir, di mana engkau diingatkan, baik berupa siksa, nikmat, taqarrub ataupun jauh dari Allah, dan sebagainya, ataupun karena Allah swt.
Ketiga, zikir yang mengingatkan dirimu, pada empat objek, bahwa: Seluruh kebaikan datangnya dari Allah;
Seluruh kejahatan datangnya dari nafsu;
Dan keburukan datangnya dari musuh, walaupun Allah swt. yang menciptakannya; dan
Zikir yang engkau sendiri yang diingat (Allah). Yaitu zikirnya Allah kepada hamba-Nya. Pada tahap ini, hamba tidak memiliki kaitan dirinya atau lainnya, walaupun itu meluncur melalui ucapannya. Inilah posisi fana dalam zikir, tidak membutuhkan zikir atau yang diingat (Yang dizikiri) Allah Yang Maha Tinggi dan Luhur. Apabila engkau masuk di dalamnya, maka zikir menjadi yang diingat (madzkur), dan yang diingat (madzkur) menjadi yang mengingat (Dzakir). Inilah puncak dalam suluk. (Dan Allah Maha baik dan Maha Abadi).
Seharusnya engkau melakukan zikir yang bisa aman dari siksa Allah di dunia dan di akhirat, di samping zikir itu dalam rangka meraih rida Allah Ta’ala di dunia dan di akhirat, pegang teguhlah, dan langgenggkanlah. Yaitu engkau berzikir dengan: “Segala puji bagi Allah, aku mohon ampun kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Alhamdulillah, karena adanya nikmat dan kebajikan dari Allah. Astagfirullah, karena adanya faktor yang datang dari nafsu dan dari musuh, walaupun sebenarnya datang dari Allah baik karena ciptaan maupun kehendak-Nya. Dan “Lahaula wala Quwwata illa Billah,” karena datangnya berbagai peristiwa perintang yang datang kepadamu dari Allah, dan apa yang muncul padamu sesungguhnya dari Allah swt.”
Camkanlah, karena rahasia batin itu jarang terjadi dalam zikir, atau dalam pikir, atau ketika diam dan hening kecuali pada salah satu empat hal tersebut: jika terjadi kebajikan atau keburukan, ucapkanlah: Alhamdulillah atau Astagfirullah.
Namun, apabila datang sesuatu dari Allah kepadamu atau dari dirimu, yang tidak jelas kebaikan atau keburukan di sana, sementara Anda tidak mampu menolak atau menarik, maka ucapkanlah: Laa Haulla walaa Quwwata Illa Billaah.
Lalu gabungkanlah ketiga zikir tersebut pada setiap saat, dan langgengkan, Anda akan menemukan barakat, Insya Allah Ta’ala.
Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah melalui sikap disiplin ketat yang menjauhkan diri dari bayangan dan imajinasi yang beragam jenis, di samping menjaga rahasia batin (sirr) agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh napas, apabila Anda ingin memiliki kekayaan rohani.
Di sana ada tiga dimensi: tuntaskan lisanmu untuk zikir, hatimu untuk tafakur, dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian, Anda bisa tergolong orang-orang saleh.
Mana kala zikir terasa berat di lisanmu, dan obrolan lebih banyak di sana, sedangkan nafsu kesenangan membentangkan tubuhmu, sedangkan pintu kontemplasi tertutup dalam upaya kebajikanmu: maka ketahuilah, semata itu karena besarnya dosa-dosamu, atau karena penuhnya kemunafikan dalam hatimu.
Tak ada jalan lain bagimu kecuali taubat, memperbaiki diri dan bergantung kepada Allah swt, serta ikhlas dalam beragama. Apakah Anda tidak mendengar firman-Nya :
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, berbuat kesalehan dan menggantungkan diri kepada Allah, serta berbuat ikhlas dalam menjalankan agama Allah. Maka mereka itu bersama orang-orang mukmin.”
Di sini Allah tidak berfirman “termasuk orang-orang mukmin”. Oleh karena itu, renungkanlah apabila Anda paham. Wallahu A’lam.
Semarang, Januari-Desember 2022
Reni Asih Widiyastuti kelahiran Semarang, 17 Oktober 1990. Karya-karya alumnus SMK Muhammadiyah 1 Semarang ini telah dimuat di berbagai media, seperti: Kompas Klasika, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Republika, Radar Bromo, Kedaulatan Rakyat, Koran Merapi, Haluan Padang, Bangka Pos, Pontianak Post, Majalah Bobo, Majalah, UTUSAN Yogyakarta, Majalah JAYA BAYA, Majalah Djaka Lodang, magrib.id, Maarif NU Jateng, dan Harakatuna.com. Buku tunggalnya telah terbit, yaitu Pagi untuk Sam (Stiletto Indie Book, Juni 2019) dan Pijar (LovRinz Publishing, Maret 2022). Telah mengikuti Kelas Menulis Cerpen Online dan Kelas Puisi Online bersama Writerpreneur Academy (2019-2020). Penulis dapat dihubungi melalui email; reniasih17@gmail.com