Oleh Hamidulloh Ibda
Telaah Kurikulum Sastra Anak
Jika kita objektif menelaah kurikulum sastra anak, tentu tidak seideal dan standar minimal pun tidak terpenuhi. Seperti contoh pada analisis Kompetensi Inti – Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 dan Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang mendapatkan pola yang masih minim. DI KI-KD Kurikulum 2013 sudah tampak pembagian materi sastra anak, namun pada Kurikulum Merdeka hanya berubah strutktur pada fase-fase dan enam keterampilan berbahasa.
Pada analisis KI-KD dan CP Kelas 5 SD/MI, KI “3.Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda- benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain” dan “3.5 Menggali informasi penting dari teks narasi sejarah yang disajikan secara lisan dan tulis menggunakan aspek: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana”, dengan CP “Berbicara dan mempresentasikan; Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif”.
- Iklan -
Jika kita analisis, KI dan KD Kurikulum 2013 sudah sesuai dengan CP pada Kurikulum Merdeka. Namun, aspek yang harus dilisankan pada KD lebih lengkap dan jelas. Sehingga terdapat ketetentuannya secara jelas dalam menggali informasi yang mencakup 5W + IH. Sedangkan pada CP aspek berbicara hanya menjelaskan bahwa siswa dapat menyampaikan informasi secara lisan dengan tujuan menghibur dan meyakinkan mitra sesuai kaidah dan konteks. Hal ini tentunya secara isi materi yang dilisankan lebih lengkap pada KD. Pada CP capaian yang diinginkan lebih luas dan levelnya lebih tinggi dari KD karena pada CP siswa tidak hanya mampu menjelaskan secara lisan akan tetapi juga mampu meyakinkan pendengarnya.
Perlu diketahui, bahwa pada Kurikulum Merdeka, ada penambahan keterampilan berbahasa. Awalnya, di Kurikulum 2013 hanya keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan Kurikulum Merdeka terdiri atas keterampilan menyimak, membaca dan memirsa, berbicara dan mempresentasikan, dan yang terakhir menulis. Namun, pada aspek sastra anak masih sama secara umum. Konten atau materi sastra sastra hanya nyempil sedikit pada KI-KD atau CP di dua kurikulum tersebut.
Kita bisa lihat lagi perbandingan pada KI, KD, dan CP di kelas enam.
KI Bahasa Indonesia Kelas 6
3.Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain
KD Bahasa Indoensia Kelas 6
3.1 Menyimpulkan informasi berdasarkan teks laporan hasil pengamatan yang didengar dan dibaca
CP Bahasa Indonesia Kelas 6
Menyimak
Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari berbagai jenis teks informatif dan fiksi yang disajikan dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar) dan audio.
Membaca dan Memirsa
Peserta didik mampu membaca kata-kata dengan berbagai pola kombinasi huruf dengan fasih dan indah serta memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks deskripsi, narasi dan eksposisi, serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra (prosa dan pantun, puisi) dari teks dan/atau audiovisual.
Berbicara dan Mempresentasikan
Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif.
Menulis
Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi persuasif dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi; menjelaskan hubungan kausalitas, serta menuangkan hasil pengamatan untuk meyakinkan pembaca. Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan norma budaya; menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif.
Jika kita analisis, CP di kurikulum Merdeka belajar sudah sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013 untuk muatan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 6. Namun jika dilihat dari segi kedalaman, untuk kurikulum 2013 di KD menyebutkan adanya “laporan hasil pengamatan yang didengar dan dibaca”. Namun di CP Kurikulum Merdeka menegaskan bahwa peserta didik juga harus mampu meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah atau konteks. Artinya, di Kurikulum Merdeka ini tidak hanya sekadar melaporkan namun juga harus sampai pada level meyakinkan mitra tutur yang mendengarkan presentasi dari peserta didik yang sedang mempresentasikan. Pada aspek sastra juga masih sedikit muatannya. Hal ini menegaskan meski ada dua keterampilan baru pada Kurikulum Merdeka, namun pada konten sastra anak masih sebatas tambahan, baik itu di semester pertama dan kedua.
Contoh lagi pada KI Bahasa Indonesia Kelas 6 “3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain” dan KD “3.10 Mengaitkan peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita fiksi dengan pengalaman pribadi” dengan CP Kelas 6 pada keterampilan:
Menyimak
Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari berbagai jenis teks informatif dan fiksi yang disajikan dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar) dan audio.
Membaca dan Memirsa
Peserta didik mampu membaca kata-kata dengan berbagai pola kombinasi huruf dengan fasih dan indah serta memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks deskripsi, narasi dan eksposisi, serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra (prosa dan pantun, puisi) dari teks dan/atau audiovisual.
Berbicara dan Mempresentasikan
Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif.
Menulis
Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi persuasif dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi; menjelaskan hubungan kausalitas, serta menuangkan hasil pengamatan untuk meyakinkan pembaca. Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan norma budaya; menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif.
Pada perbandingan KI-KD Bahasa Indoensia Kelas 6 dan CP Bahasa Indonesia Kelas 6 SD/MI materi terakhir di atas, maka bisa dianalisis bahwa melalui kegiatan “membaca dan memirsa” peserta didik dapat berimajinasi sesuai CP yang ada dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dari kegiatan imajinasi peserta didik lebih mudah mengaitkan peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita fiksi dengan pengalaman pribadi. Peserta didik diajak berbicara dengan bahasa sendiri terkait pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pada aspek materi sastra anak tidak jauh berbeda antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Artinya, baik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka pada sampel di atas masih minim muatan atau materi satra anak. Lalu, di mana perubahannya?
Muatan Materi Sastra Anak
Harusnya muatan sastra anak diperkuat dan diperdalam pada Kurikulum Merdeka. Namun realitasnya tidak demikian. Secara konseptual, sastra anak merujuk pada jenis sastra yang ditujukan khusus untuk anak-anak. Sastra anak memiliki ciri khas yang mempertimbangkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan anak-anak. Tujuan utama sastra anak adalah untuk menghibur, mendidik, dan merangsang imajinasi anak.
Bentuk sastra anak yang umum terdiri atas sejumlah aspek. Pertama, buku bergambar anak. Buku bergambar anak adalah jenis buku yang menggabungkan teks dan ilustrasi yang diperuntukkan anak-anak sesuai usia, gaya, dan perkembangan mereka. Ilustrasi yang menarik membantu anak-anak memahami dan memvisualisasikan cerita. Buku bergambar anak sering digunakan untuk membantu anak-anak yang belum bisa membaca secara mandiri.
Kedua, puisi anak. Dalam konteks ini, puisi anak menggunakan bahasa yang sederhana, ritme yang mudah diingat, dan imajinasi yang kreatif. Puisi anak dapat mengajarkan anak-anak tentang irama, rima, dan penggunaan kata-kata dengan cara yang menyenangkan.
Ketiga, dongeng dan legenda. Dongeng dan legenda dari berbagai budaya di dunia sering disampaikan dalam bentuk yang disesuaikan untuk anak-anak. Dongeng dan legenda ini mengajarkan nilai-nilai, memberikan wawasan budaya, dan memperkenalkan anak-anak pada cerita klasik.
Keempat, buku fiksi dan non-fiksi. Buku fiksi dan non-fiksi untuk anak-anak memberikan informasi tentang berbagai topik seperti sains, alam, sejarah, binatang, dan banyak lagi. Buku ini dirancang secara khusus untuk memenuhi rasa ingin tahu anak-anak dan memberikan pengetahuan baru kepada mereka. Biasanya bisa berupa cerita-cerita fiksi yang dikemas sesuai kebutuhan anak, bisa di jenjang PAUD dan SD/MI.
Kelima, cerita anak atau biasa disebut cerpen anak. Cerita anak adalah cerita naratif yang ditulis khusus untuk anak-anak. Cerita ini sering kali memiliki karakter dan alur cerita yang menarik, serta mengajarkan nilai-nilai moral atau pelajaran hidup kepada anak-anak.
–Hamidulloh Ibda, Pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia MI/SD dan Pembelajaran Sastra Anak Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung.
Baca juga: Penguatan Sastra Anak Bagian 3 (Akhir)