Oleh Fathorrozi
“Shumu tashihhu. Puasalah, niscaya kamu akan sehat.” (HR. Thabrani)
Hadis ini menegaskan bahwa betapa puasa ini mengandung banyak hikmah untuk kesehatan. Hikmah puasa bagi kesehatan jasmani sangatlah besar. Nyaris tak satu pun ibadah yang disyariatkan dalam Islam luput dari hikmah bagi kesehatan.
Para ulama bertutur, “Tidak Allah perintahkan kepadamu untuk melakukan sesuatu, kecuali pada sesuatu tersebut terdapat hikmah atau manfaat bagimu. Dan tidak Allah larang kepadamu untuk meninggalkan sesuatu, kecuali pada sesuatu itu terdapat dampak buruk bagimu.”
- Iklan -
Mengenai hikmah puasa bagi kesehatan ini, para dokter sepakat bahwa puasa adalah bagian cara menetralkan tubuh dari kandungan lemak-lemak berpenyakit dan dari makanan yang tidak bermanfaat di dalam tubuh. Selain membutuhkan asupan makanan, tubuh juga perlu dibersihkan dari berbagai zat kimia yang dapat merusak organ tubuh.
Dalam dunia kesehatan, puasa bukanlah terapi baru. Oleh orang-orang terdahulu, puasa dijadikan terapi untuk kesehatan hidupnya. Orang-orang terdahulu berpuasa bukanlah sebab menjalankan kewajiban syariat, melainkan lebih karena untuk terapi kesehatan. Jadi, puasa merupakan bentuk penyembuhan alamiah yang sudah semenjak lama dikenal oleh manusia.
Bapak Kedokteran Dunia, Ibnu Sina atau Avicienna (980-1037 M), selalu menganjurkan kepada setiap pasien yang datang menemuinya untuk berpuasa selama tiga minggu. Pasalnya, Ibnu Sina meyakini bahwa puasa merupakan terapi efektif dan murah meriah dalam menyembuhkan penyakit yang diderita masing-masing pasien.
Hal senada juga disampaikan oleh Dr. Jamal Elzaky dalam Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah, ia mengemukakan bahwa puasa telah dipraktikkan oleh manusia sebagai metode penyembuhan sejak awal sejarah manusia. Hikmah puasa sebagai sarana untuk menyembuhkan penyakit dimungkinkan karena secara alami metabolisme tubuh manusia dan makhluk hidup lain membutuhkan masa-masa istirahat dari tugas rutinnya sehari-hari. Para ilmuwan melihat bahwa puasa merupakan fenomena kehidupan yang penting dan dialami oleh banyak makhluk hidup. Ini artinya, puasa berperan penting menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Selain menyehatkan tubuh, puasa juga dapat membantu seseorang dalam usaha menyembuhkan penyakit. Salah satu penyakit yang dapat diobati dengan cara berpuasa adalah penyakit jantung. Berkenaan dengan ini, Dr. Jamal Elzaky mengemukakan pula bahwa puasa sangat efektif untuk mengobati penyakit jantung. Alasannya, karena 10% darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh bagian tubuh mengalir menuju sistem pencernaan seiring dengan kerja sistem pencernaan. Aliran darah ke berbagai perangkat pencernaan menjadi berkurang ketika kita berpuasa karena sistem pencernaan sedang beristirahat dari tugas rutinnya. Kondisi istirahat ini sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan sistem pencernaan. Kondisi ini membantu jantung karena ia tak perlu bekerja terlalu keras untuk memompa darah.
Hikmah puasa lainnya bagi kesehatan adalah dapat meningkatkan regenerasi sel. Sebagaimana dilansir dari laman doktersehat.com, salah satu manfaat puasa adalah meningkatkan regenerasi sel. Ketika usia manusia semakin bertambah tua, sel-sel jahat dapat berkembang biak di sekujur tubuh tanpa adanya pengawasan. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab seseorang terjangkit penyakit. Dengan berpuasa, tubuh akan mendaur ulang sel. Tubuh menargetkan sel-sel yang rusak dan jaringan tua untuk mengoptimalkan sumber daya agar bertahan hidup.
Hikmah puasa tidak hanya dialami oleh raga kita, tetapi jiwa kita pun juga ikut merasakan hikmahnya. Begitu besar hikmah puasa bagi jiwa. Nur Solikhin dalam Tata Cara Tuntunan Segala Jenis Puasa, menyatakan bahwa secara psikis puasa membuat jiwa stabil. Puasa juga mampu mengendalikan diri kita agar tak mudah diterpa guncangan jiwa. Puasa disarankan oleh para psikolog untuk mengatasi orang yang kesulitan mengendalikan dirinya, terlebih mengendalikan amarah.
Dengan mengetahui hikmah-hikmah puasa (salah satunya bagi kesehatan) ini, besar harapan, kita menjadi lebih bersemangat dalam menjalani ibadah puasa, dan tidak merasa terlalu terbebani. Sebab, puasa yang kita tunaikan ini tidak hanya sebagai wujud ketaatan, panggilan kewajiban atas orang yang beriman, namun pula sebagai ikhtiar menyehatkan diri agar lebih istikamah dalam menjalankan ibadah-ibadah dan perintah Allah lainnya. (*)
*FATHORROZI, alumnus Pascasarjana Universitas Islam Negeri K.H. Achmad Siddiq Jember, tinggal di YPI Qarnul Islam Ledokombo Jember.