Oleh Reni Asih Widiyastuti
Aristoteles memandang manusia sebagai “Zoon Politicon”. Menurutnya, manusia adalah makhluk yang ditakdirkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain.
Secara sederhana, manusia disebut juga sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya hubungan manusia dengan Tuhannya (hablun minallah) saja yang diperlukan, melainkan juga hubungan manusia dengan manusia (hablun minannas) itu sendiri.
Sebab, yang paling sering dan cepat dalam berhubungan adalah manusia antar manusia. Salah satu cara untuk membina hubungan manusia dengan manusia adalah dengan silaturahmi. Mengapa demikian? Karena baik disadari atau tidak, sesungguhnya silaturahmi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial.
- Iklan -
Silaturahmi adalah hubungan antar manusia dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Akan tetapi, hubungan yang dimaksud adalah hubungan dalam ranah kebaikan, bukan sebaliknya. Sebab, sudah menjadi hukum apabila sesuatu yang niatnya dilandasi dengan kebaikan, maka kebaikan akan berbalik kepada si pembuat kebaikan.
Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang memerintahkan kita untuk menjaga silaturahmi, salah satunya adalah yang termaktub di Surat An-Nisa ayat 1:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S An-Nisa: 1)
Menurut Quraish Shihab, silaturahmi yang harus dibina adalah silaturahmi kepada siapa saja, baik yang dekat maupun yang jauh. Karena Allah senantiasa mengawasi kita dan tidak ada satu pun urusan yang tersembunyi dari-Nya.
Selain itu, terdapat beberapa manfaat silaturahmi yang disebutkan dalam hadis, sebagaimana riwayat berikut:
“Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Barang siapa ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (H.R. Bukhari)
Dalam hadis tersebut, setidaknya terkandung dua manfaat silaturahmi. Berikut penjelasan sederhananya:
Pertama, melapangkan rezeki. Ada penelitian yang dilakukan oleh sosiolog Amerika, menurutnya seseorang yang melakukan silaturahmi atau membina hubungan baik dengan orang lain, maka akan mempermudah atau melapangkan rezekinya. Semakin banyak silaturahmi, maka secara otomatis akan semakin banyak mempunyai koneksi yang memudahkan dalam hal pekerjaannya.
Kedua, memperpanjang umur. Dalam artian dengan bertambahnya umur menjadi berkah, umur tetap semakin panjang, dan dengan maksud namanya akan selalu ada bahkan ketika orang tersebut telah tiada.
Lebih lanjut, ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh orang barat, menurutnya orang yang tidak pernah bersilaturahmi mempunyai risiko kematian tiga kali lebih tinggi dibanding orang yang sering bersilaturahmi.
Dalam penelitian lain menyebutkan bahwa silaturahmi dapat mengurangi rasa stres yang ada dalam diri manusia. Menurutnya, orang yang suka menyendiri dapat mengakibatkan stres karena kurang adanya interaksi dengan orang lain. Sedangkan orang yang sering berinteraksi dapat menambahkan umurnya, bahkan mengurangi rasa stres yang ada dalam dirinya.
Di samping silaturahmi mempunyai beberapa manfaat jika kita membinanya, ternyata silaturahmi juga mempunyai beberapa akibat jika kita memutuskannya. Setidaknya terdapat tiga akibat dari seseorang bila memutuskan tali silaturahmi, berikut penjelasan sederhananya:
Pertama, memutuskan silaturahmi dapat mendatangkan laknat dari Allah dan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (Q.S Ar-Ra’d : 25)
Kedua, memutuskan silaturahmi dapat mengakibatkan retaknya hubungan kekeluargaan, menghapus kasih sayang, dan mengundang laknat Allah Swt. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Q.S Muhammad ayat 22-23)
Ketiga, orang yang memutuskan tali silaturahmi termasuk golongan yang merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“… (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S Al-Baqarah: 27)
Pada akhirnya, setelah mengetahui beberapa manfaat membina silaturahmi dan akibat memutuskannya, semoga kita menjadi manusia yang tetap menjaga silaturahmi dan berhati-hatilah dari memutuskannya. (*)
Semarang, Mei 2022
*Reni Asih Widiyastuti kelahiran Semarang, 17 Oktober 1990. Karya-karya alumnus SMK Muhammadiyah 1 Semarang ini telah dimuat di berbagai media, seperti: Kompas Klasika, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Radar Bromo, Kedaulatan Rakyat, Koran Merapi, Haluan Padang, Bangka Pos, Pontianak Post, Majalah JAYA BAYA dan magrib.id. Buku tunggalnya telah terbit, yaitu Pagi untuk Sam (Stiletto Indie Book, Juni 2019), Pijar (LovRinz Publishing, Maret 2022). Telah mengikuti Kelas Menulis Cerpen Online dan Kelas Puisi Online bersama Writerpreneur Academy (2019-2020). Penulis dapat dihubungi melalui email; reniasih17@gmail.com