Oleh: Syaiful Mustaqim
Menekuni sebuah pekerjaan bisa memiliki dua kemungkinan. Untung dan rugi. Jika produk yang kita jual laku dibeli banyak pembeli, maka akan merasa bahagia. Sebaliknya, kita sudah mengeluarkan banyak modal, namun pembeli tidak setara dengan pengeluaran kita, maka biasanya kita akan sedih, murung, mengeluh, dan hal-hal negatif yang lain.
Selain soal untung dan rugi, menekuni sebuah pekerjaan juga memiliki risiko tersendiri. Risiko tersebut tentu beragam jenisnya. Apalagi risiko bagi mereka yang menekuni bisnis online. Misalnya, barang dikomplain pembeli karena tidak sesuai, hingga kepada soal penipuan.
Risiko-risiko itu terjadi, antara satu pelaku bisnis dengan pelaku bisnis yang lain riwayatnya berbeda-beda dan tidak sama. Berkenaan dengan penipuan, beberapa waktu yang lalu kejadian buruk ini menimpa diri saya.
- Iklan -
Menekuni bisnis online utamanya penyedia jasa percetakan dan digital printing sudah saya lakukan setahunan ini. Untuk tahun-tahun sebelumnya saya lebih fokus melayani pelanggan dengan cara offline. Para calon pembeli atau pelanggan datang ke toko pesan produk digital printing setelah jadi barang baru diambil.
Selama setahun menekuni usaha Alhamdulillah fine-fine (baik-baik) saja. Belum ada problem. Tetapi yang namanya risiko kadang-kadang datang di saat kita sedang lalai, tidak siaga.
Pada 26 Desember 2021 sore seorang yang mengaku bernama Julianto berkirim pesan Whatapps kepada saya. “Sore. Maaf mau cetak spanduk banner, bisa?” begitu pesan WA yang dikirim kepada saya.
Karena salah satu jasa saya memang melayani cetak banner, maka saya mengiyakan pesanan itu. Setelah saya mengiyakan kemudian ia menyodorkan gambar berupa file PDF promo banner sebuah mini market untuk saya cetak. Orderannya lumayan, ukuran 3 x 1 meter sejumlah 15 banner (MMT).
Saya pun menyodorkan harga kepada dia. Kemudian diACC. “Untuk pembayaran bisa via transfer. Kita ada bagian admin. Jadi bisanya transfer. Bagaimana?” Tanya Julianto ke saya.
Setelah oke, dia meminta nota pembelian dan juga meminta nomer rekening. Nomer rekening beserta nota pembelian pun saya kirim via WA.
Singkat kisah, pada 28 Desember 2021 sebuah bukti transferan dikirim kepada saya. Nominalnya 2 Juta, pengirim transfer tertulis atas nama Yessi Fransisca. Dan tertulis sebuah pesan: Payment Banner dan Jasa Pasang.
Jujur, ketika kejadian terjadi, anak saya sedang sakit, dan sedang problem kecil dalam rumah tangga. Sehingga pikiran saya pun jadi bercabang-cabang. Jadi tidak konsen.
Saat itu juga ketika menerima bukti transferan yang ganjil, dan tidak ada pemberitahuan via SMS banking alih-alih saya menjadi seseorang yang lugu. “Bapak ini kok transferannya lebih. Uang yang lebih saya kembalikan ke mana?” tanya saya dengan nada lugu.
Maka saat itu dia memanfaatkan betul keluguan saya. Pagi itu saya ditelpon dia terus-menerus dan meminta untuk mengembalikan uang yang lebih via transfer di minimarket. Modusnya, uang lebihan satu juta itu untuk membayar jasa pasang dan waktu itu uangnya diminta.
Karena saking panik dan seolah-olah sudah terhipnotis saya membawa uang cash ke sebuah minimarket untuk mengembalikan uang. Sebuah minimarket yang ia tuju untuk transfer uang tutup, kemudian saya diminta pindah untuk ke minimarket yang lain.
Di minimarket yang kedua petugas kasir sebenarnya sudah curiga. “Mohon maaf ini saya transfer ke akun Bapak?” berkali-kali petugas kasir menanyakan hal tersebut kepada saya.
Saya menjawab tidak. “Pak mohon maaf kalo nanti ada kesalahan kami tidak bertanggung jawab,” jelas seorang kasih minimarket kepada saya.
“Iya Mbak, saya siap nanggung risiko,” begitu jawab saya.
Setelah saya menerima resi dari minimarket otomatis uang saya melayang diterima Ragil Kurniawan Putra. Saya pun belum sadar. Dan pemesan banner atas nama Julianto ini pun ingin melanjutkan aksinya.
Setibanya saya di kantor sekolah dia pun telpon berkali-kali dan membuat modus baru kalau transferan yang dikirim ke rekening saya ganda, alias lebih dari satu. “Bapak mohon maaf transferan ganda ini bukan ke rekening saya. Tetapi atas nama orang lain,” seloroh saya.
Gagal dengan modus yang kedua ini, dia mengirim resi transferan atas nama saya namun dengan pukul yang berbeda. Saya pun mulai sadar dan bicara tegas kepada dia. “Bapak mohon maaf saya mulai curiga dengan Anda. Begini saja izinkan saya pulang, saya ingin mencetak rekening tabungan saya. Ketika ada transferan ganda saya siap mengembalikan. Jika tidak ada mohon maaf. Terima kasih.”
Saya pun balik ke rumah dan mampir ke bank untuk mencetak rekening. Benar saja transferan di tanggal 28 Desember 2021 tidak saya temukan. Cetak banner yang sudah saya pesankan 15 biji untung bisa saya cancel, karena baru tercetak satu MMT.
Dari kejadian itu saya pun harus bersedia mengikhlaskan bersedekah untuk penipu. Semoga dengan mengikhlaskannya Allah akan mengganti dengan yang lain. Karena rezeki yang Allah yang diberikan kepada kita hanya sebuah titipan. Barangkali selama saya menekuni usaha kurang dalam bersedekah atau menyisihkan sebagian keuntungan untuk orang yang membutuhkan. Bisa jadi itu cara Allah mengingatkan saya.
Tulisan ini sengaja saya tulis untuk mengingatkan diri saya sendiri maupun kepada sahabat-sahabat yang menekuni bisnis online. Pertama, jangan mudah tergiur dengan orderan. Kadang-kadang kita tergiur dengan orang order dalam jumlah banyak. Karena bisa jadi orderan banyak itu malah merugikan kita. Orang yang order banyak bisa jadi akan menipu kita.
Kedua, lengkapi HP kita dengan internet banking. Dalam menekuni bisnis online agar transferan dari calon pembeli itu benar-benar masuk bisa kita cek lewat internet banking.
Ketiga, perbanyak teman sesama pebisnis. Jika kita sudah terjun dalam sebuah bisnis alangkah lebih baiknya kita memiliki banyak kolega yang menekuni usaha yang sama. Dengan banyak teman kita bisa saling berbagi, berdiskusi, bertukar pengalaman untuk pengembangan bisnis yang kita tekuni.
Keempat, jangan lupa berbagi dan bersedekah. Agar hasil bisnis kita membawa maslahat untuk kita maupun orang lain maka sisihkan keuntungan bisnis kita untuk berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.
Kelima, taqarrub ilallah dan perbanyak doa. Kita sebagai hamba Allah mempunyai kewajiban selalu mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan melaksanakan ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah. Di samping itu kita perlu banyak berdoa, memohon kepada agar rezeki yang kita peroleh benar-benar halalan thayyiba. Semoga bermanfaat! (*)
Syaiful Mustaqim, penulis lepas tinggal di Jepara.