Oleh Anisa Rachma Agustina
Mendengar kata literasi bukan hanya memiliki esensi kegiatan membaca dan menulis, namun lebih tepatnya mengingatkan sosok yang mengenalkan literasi. Hamidulloh Ibda, dosen yang mengampu mata kuliah Filsafat Umum saat semester 1, itu adalah pertemuan pertama dengan dosen penggerak literasi. Tubuhnya kurus dengan kulit putih dan sepatu pantofel yang selalu mengkilap. Beliau adalah orang di balik tumbuhnya gerakan literasi di kampus kami. Berawal dari tugas filsafat mengenai tradisi Islam nusantara yang dipandu dan dibimbing sekaligus dicetak menjadi buku, lalu tugas meresensi buku, mengenalkan artikel populer, memandu dan mengajarkan mengirim tulisan ke berbagai media. Saat itu semangat literasi kami tumbuh subur.
Sejak 2019 belajar menulis artikel populer dan mencoba mengirim ke berbagai media dengan bantuan dan arahan dari Pak Ibda, awalnya tujuan menulis hanya untuk mengisi waktu luang, lari dari masalah dan berbagi ide lewat tulisan, tanpa disangka bahwa menulis juga dapat menghasilkan royalti. November 2019 merupakan bulan yang tak terlupakan, menjadi salah satu nominator lomba menulis opini dari Kemendikbud dan berangkat ke Jakarta selama beberapa hari, bertemu dengan para jurnalis hebat dari seluruh Indonesia, berbincang, bersua foto dan mendapat banyak pengarahan di bidang jurnalistik.
Dengan artikel berjudul “Membudayakan Literasi Lewat Perpustakaan Mini” mengantarkan gadis berkulit cokelat ini untuk bisa ke Jakarta sebagai nominator lomba Opini yang diadakan Kementrian Pendidikan Ditjen PAUD. Sebuah pengalaman luar biasa, seorang yang baru terjun di dunia literasi bisa memiliki keberuntungan untuk bisa berbaur dengan para juru tulis hebat, itu semua berkat doa kedua orang tua dan Pak Ibda yang mengenalkan pada dunia literasi.
- Iklan -
Sejak menginjakkan kaki ke Jakarta, semangat dan budaya literasi terus berjalan. Menulis menjadi kegiatan yang sangat mengasyikkan. Saat sedih, susah, gundah maupun gembira menulis menjadi muaranya. Memahami karakter media merupakan kunci utama para penulis pemula sebelum menyuguhkan pada redaktur. Dan jangan lupa untuk senantiasa mengunjungi web yang dituju untuk dapat memahami karakter tulisan yang diterima oleh media tersebut. Menghilangkan rasa puas, terus berjuang, berusaha dan jangan lupa di tutup dengan doa, supaya bukan hanya royalti yang penulis dapat namun juga kemanfaatan.
Menjadi penulis adalah sebuah mimpi yang sedang saya gapai, lewat beberapa artikel menyampaikan protes maupun gagasan lewat tulisan adalah media yang sangat ideal menurut kami. Seorang dosen dalam kelas pernah berkata bahwa “Gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia mati meninggalkan karya.” itu yang menjadi motivasi saya, supaya ada yang membekas dan tertinggal ketika tiada.
Mungkin saya bukan penulis ulung yang sudah menghasilkan beribu-ribu karya, namun saya adalah penulis pemula yang senantiasa belajar untuk menjadi penulis yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
Beasiswa Fatayat
Terdengar gemuruh kabar bahwa PC Fatayat Kabupaten Temanggung akan memberikan sumbangan dana pendidikan sebesar Rp50.000.000,- kepada 20 mahasiswa INISNU Temanggung. Dengan syarat berprestasi dan kurang mampu. Saya memberanikan diri untuk mencari tahu kebenaran sumber tersebut dan ternyata benar, dengan mengirimkan foto sertifikat lomba menulis Opini saat di Jakarta mengantarkan saya pada beasiswa satu semester dari PC Fatayat Kabupaten Temanggung.
Rona bahagia terpancar bukan hanya dari wajah saya, namun dari wajah kedua orang tua. Ayah saya yang hanya seorang pedagang gorengan yang dititipkan di sekolahan harus berhenti bekerja karena sekolah diubah dengan metode online. Saat ketimpangan mencari sumber dana untuk membayar biaya kuliah, PC Fatayat hadir membawa harapan pendidikan untuk saya.
Akhirnya bapak bisa tidur nyenyak karena uang semester 6 saya sudah terbayarkan. Sejak saat itu keinginan saya kelak bisa ikut andil dan turut menjadi bagian dari Fatayat, entah menjadi apa pun, dan harapannya selalu bisa berkontribusi untuk Fatayat ke depannya.
Beasiswa Aktivis PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau lebih dikenal dengan istilah PMII merupakan sebuah organisasi mahasiswa Islam Indonesia yang berpaham ahlusunah wal jamaah. Organisasi yang mengajarkan kadernya untuk dapat terus berproses menjadi pribadi yang lebih baik, berani mengambil risiko, berani bersuara, dan bisa berbaur dengan segala kalangan masyarakat.
Banyak di antara alumni PMII sudah mengisi berbagai jabatan di pemerintahan. Salah satunya adalah bapak Luqman Hakim, S.Ag—beliau merupakan seorang tokoh yang berasal dari Semarang. Saat masih menjadi mahasiswa beliau menjabat sebagai Ketua Umum PC PMII Kota Salatiga (1997-1999). Pembelajaran di organisasi PMII dan ketekunan beliau mengantarkannya pada posisi wakil ketua Komisi II DPR RI dari fraksi PKB.
17 April 2021 PC PMII Temanggung mengelar acara sarasehan dalam rangka memperingati harlah PMII ke-61 dengan mengundang Bapak Luqman Hakim, acara diselenggarakan di aula KBIH Babussalam NU Temanggung. Tema yang diusung pada acara tersebut ialah “Moderasi Beragama dalam Kacamata Pergerakan Mahasiswa”.
Pada acara tersebut Bapak Luqman Hakim menjanjikan 10 paket beasiswa untuk para kader PMII Kabupaten Temanggung. Harapannya para kader PMII mampu menjadi garda terdepan dalam melestarikan nilai dan tradisi ahlusunah wal jamaah, tutur Ketua Tanfidiyah PCNU Temanggung KH. Muhammad Furqon.
Menjadi salah satu kader yang terpilih mendapat beasiswa aktivis PMII, memacu semangat para kader untuk terus berproses, berkontribusi dan ikut andil dalam setiap kegiatan PMII. Beasiswa yang didapat para kader adalah biaya UKT 2 Semester.
Beasiswa PPA Kemenag
Sejak diumumkan bahwa Kemenag membuka pendaftaran beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik, saat itu saya mulai mengumpulkan berkas-berkas yang akan diupload sebagai syarat; salah satunya adalah sertifikat atau piagam penghargaan yang pernah didapatkan. Bermodalkan piagam dari Lomba Opini tahun 2019, mengumpulkan link-link artikel dan buku yang ditulis bersama atas arahan Pak Ibda sejak semester 1, mengantarkan saya pada beasiswa PPA Kemenag 2021. Nominal beasiswa PPA Kemenag sebesar Rp2.000.000,- per mahasiswa.
Berbagai kejutan beasiswa yang saya dapat bermula pada literasi yang ditekuni secara telaten. Setiap penulis pasti memiliki naskah yang ditolak atau tidak diterima redaksi. Namun sebagai penulis pemula jangan berkecil hati, tetap berjuang dan berusaha untuk memperbaiki setiap tulisan supaya layak dan dapat diterbitkan di sebuah media.
Abadikan berbagai jenis gagasan kita lewat tulisan supaya orang lain bisa tergerak, memotivasi dan harapannya gagasan kita dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Jadi, masih pikir-pikir mau jadi penulis? Mulailah menulis dan abadikan gagasan Anda. Saat Anda bermalas-malasan, ribuan pesaing Anda sedang giat menulis. Singkirkan rasa malas dan ganti aktivitas rebahan dengan hal produktif.
Ayo nulis!
***
*ANISA RACHMA AGUSTINA, Mahasiswa Prodi PAI, Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung, Penerima Beasiswa Fatayat, Penerima Beasiswa Aktivis PMII, Penerima Beasiswa PPA KEMENAG.