Cerpen Yuditeha
Sebelum menulis ini, aku merasa perlu merajuk kepada kalian. Alasan pertama, aku tidak biasa menulis, karena itu aku tidak tahu tulisan seperti apa yang bisa membuat kalian betah membaca sampai akhir. Terkait hal itu mungkin karena kenyataan kekayaanku berlimpah dan hidupku serba berkecukupan, hingga semuanya terasa mudah bagiku karena selama ini aku bisa membayar orang lain untuk melakukan segala yang kuinginkan. Kedua, aku merasa apa yang akan aku kisahkan bisa jadi kalian anggap sesuatu yang mengada-ada, dan jika benar begitu, tentu saja akan membuat kalian semakin cepat berhenti membaca, bahkan dapat menyudahinya pada paragraf-paragraf awal. Jadi kumohon bertahanlah. Namun, aku juga tidak bisa menjanjikan apa-apa di akhir tulisanku nanti, bisa jadi justru sebaliknya, aku yang berharap, semoga di antara kalian ada yang bisa membantuku.
Sejak aku bisa memahami hidup ini, setidaknya mengenai perbedaan nasib setiap orang, aku mulai berpikir bahwa hidup ini bisa jadi hanya mainan. Aku meyakini, Tuhan memang tidak bermaksud demikian, tapi karena alasan agar semesta ini dapat terus berlangsung, Tuhan telah mempekerjakan banyak asisten untuk menjalankannya. Di sinilah sebenarnya yang menjadi sumber permasalahkan. Dalam menjalankan tugas itu, rupanya para asisten bisa berlaku seenaknya, bahkan tanpa melakukan perundingan terlebih dulu dengan Tuhan terkait apa yang akan mereka putuskan. Keadaan itu tentu saja logis karena senyatanya mereka bukan Tuhan yang tidak bisa berbuat salah.
Sejauh pengetahuan yang aku dapat, selama ini, baik dari cerita leluhur seperti legenda, sejarah, maupun cerita masa kini, aku menyimpulkan asisten Tuhan itu terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, apa yang selama ini disebut dengan dewa, dan lainnya disebut setengah dewa. Kesamaan dari kedua jenis asisten itu sama-sama diberkati kesaktian tapi juga sama-sama termasuk makhluk yang tidak sempurna. Sementara perbedaannya terletak pada tempat keberadaan mereka. Tempat dewa tidak disebutkan secara spesifik, sementara keberadaan setengah dewa selalu di bumi, hidup di antara manusia.
- Iklan -
Sedari kecil aku suka menonton pertunjukan wayang, karena itu sedikit banyak aku tahu kisah tentang Perang Baratayudha. Hal itulah yang kemudian kujadikan contoh cerita yang berhubungan dengan topik ini, yaitu kisah ketika dewa yang berada di kayangan sedang menulis di buku catatan perihal pasangan tanding pada saat terjadinya Perang Baratayudha, dan menentukan siapa yang gugur dalam perang tanding itu. Sementara contoh sosok setengah dewa dalam hal itu salah satunya Kresna yang hidup di bumi. Dewa dan Kresna sama-sama mampu menentukan jalannya kisah perang. Ada sebuah adegan ketika dewa akan menulis lawan tanding dari Baladewa, yang waktu itu bersamaan Kresna sedang menyamar menjadi lalat di Khayangan dengan maksud ingin menggagalkan Baladewa tercatat dalam buku itu, hal itu dilakukan Kresna karena ia tahu sebenarnya kesaktian Baladewa tiada banding, dan Kresna tidak ingin Pandawa mati di tangan Baladewa.
Karenanya, ketika dewa hendak menulis lawan Baladewa, Kresna yang berwujud lalat, terbang menyenggol tinta yang digunakan dewa menulis. Tumpahan dari tinta tepat mengenai tulisan Baladewa. Usai dewa memberesi tumpahan tinta, dan ingin melanjutkan menulis, dalam benaknya Baladewa telah ditulis, lalu dewa melanjutkan mencatat yang lain. Setelah itu Kresna sadar, agar di kenyataan sesuai dengan ada yang di catatan, ia kembali ke bumi dan menyuruh Baladewa bertapa agar mendapatkan kesaktian lebih. Dan Kresna berjanji akan membangunkannya ketika Baratayudha sudah dekat. Namun yang terjadi, Kresna tidak membangunkan Baladewa sampai perang usai. Kisah itu begitu membekas dalam ingatanku, hingga sampai akhirnya aku punya pendapat bahwa hidup ini sesungguhnya memang omong kosong.
Kisah lain yang jadi pendukung terhadap pendapatku adalah sebuah cerita rakyat Shinigami di Jepang, sesosok dewa kematian yang bertugas menghasut orang agar sampai kepada kematian. Cerita rakyat itu kemudian didukung dengan hadirnya anime buatan Jepang berjudul Death Note. Pertama kali aku tahu tentang anime itu, ketika aku sedang santai di sebuah kafe, tak lama kemudian datang beberapa pemuda yang duduk tidak jauh dari tempatku. Dari situ aku bisa mendengar ketika mereka sedang membicarakan anime Death Note itu. Secara ringkas, anime itu bercerita tentang sebuah buku catatan kematian milik dewa Ryuk yang jatuh (atau mungkin sengaja dijatuhkan) ke bumi dan ditemukan oleh Light. Siapa yang namanya dicatat di buku itu akan menemui kematian. Ketika mendengar cerita itu aku langsung ingat dengan pemikiranku tentang hidup ini. Dalam anime itu aku menganggap, Light adalah sosok setengah dewa.
Sesungguhnya, kedua kisah itu tidak penting, jikapun saat ini aku menyebutkan dan sedikit menceritakannya, semata hanya untuk meyakinkan kepada kalian bahwa sesungguhnya sosok setengah dewa itu hidup di antara kita, dan untuk membuktikannya aku akan mencari, dan kuharap sosok setengah dewa kematianlah yang akan aku temukan. Karena hal itu berhubungan dengan hidup dan mati lalu aku berpikir, tentu ini tidak akan jauh-jauh dari urusan keyakinan, atau agama. Dari situ aku mulai mendatangi semua pimpinan agama, aku bertanya kepada mereka terkait pendapatku. Aku tidak hanya terpaku pada satu agama, semua aku perlakukan sama, bukan dalam porsi menghargai mereka, tapi justru sebaliknya, karena aku menganggap mereka adalah orang-orang yang kurang kerjaan, bahkan lebih buruk dari sekadar omong kosong. Dewa saja kuanggap sebagai sosok yang suka main-main, apalagi mereka yang jelas-jelas bukan saja jauh dari kesempurnaan, bahkan lebih condong sebagai makhluk yang dekat dengan kenistaan.
Jadi jika dalam pencarianku ada yang menunjukkan kelayakan sebagai sosok setengah dewa tentu saja akan mudah terlihat. Dengan begitu, aku bisa cepat menentukan siapa di antara mereka yang masuk golongan sosok setengah dewa. Jika aku tidak menemukan, sebenarnya apa yang kulakukan memang hanya akan buang-buang waktu, tapi karena aku benar-benar tidak tahu di mana keberadaan sosok setengah dewa, satu-satunya jalan pencarianku memang harus lewat mereka. Namun, setelah sekian lama aku mendatangi masjid, gereja, pura, wihara dan klenteng, ternyata tetap tidak bisa menemukan orang yang pantas kuanggap sebagai sosok setengah dewa. Karenanya aku menganggap mereka semua orang-orang dungu yang dengan mudahnya ditipu, dan yang berhasil melakukan penipuan itu tidak lain adalah sosok setengah dewa itu sendiri.
Oh, mungkin di antara kalian ada yang bertanya, apa kepentinganku jika sudah bertemu dengan sosok setengah dewa? Terus terang aku ingin masuk dalam permainan itu. Aku ingin minta petunjuk agar kekayaanku tetap terjaga dan bila perlu aku ingin hidup abadi. Kupikir keinginan ini masuk akal. Dan pastinya bukan pekerjaan sulit baginya. Sudah terbukti dalam cerita yang kusebutkan, di mana Kresna dapat menggagalkan perang tanding Baladewa, dan Light bisa seenaknya membunuh orang yang ia anggap jahat. Dan aku yakin, sosok setengah dewa itu bakal mengabulkan permintaanku, karena jika tidak, jati dirinya sebagai sosok setengah dewa akan terancam.
Belum lama ini aku mendengar, sebentar lagi akan ada pertemuan yang melibatkan semua pimpinan agama untuk membahas fenomena tentang sosok setengah dewa yang aku lontarkan. Aku senang mendengarnya karena hal itu bukti bahwa penyataan-penyataanku cukup berhasil membuat mereka gerah. Buktinya mereka mengundangku, dan aku sudah berencana akan datang. Di pertemuan itu nanti, aku akan meyakinkan kepada mereka bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini, membimbing umat ke arah kebersihan jiwa sesungguhnya hanya guyonan bagi sosok setengah dewa.
Hari pertemuan itu telah tiba, dan kini aku sedang perjalanan untuk menghadirinya. Sampai di gedung itu, rupanya telah dihadiri banyak orang. Tanpa ragu sedikit pun aku memasuki gedung itu. Ketika melewati petugas, sebelum aku bicara, salah satu penjaga telah lebih dulu mempersilakan aku masuk. “Kehadiran Tuan, sudah ditunggu,” ucapnya.
“Mereka tahu saya akan datang?” tanyaku heran.
“Pertemuan ini memang untuk Tuan,” sahut penjaga itu.
Perkataan penjaga itu membuatku girang. Dengan penuh percaya diri aku melangkah tegap memasuki gedung. Kulihat semua hadirin di gedung berdiri dan melihat ke arahku, yang hal itu semakin membuatku bangga. Entah aku mendapat keteguhan dari mana, sampai di depan bukan lantas aku duduk di kursi yang telah disediakan, tapi langsung maju ke podium dan menyampaikan sebuah pertanyaan. “Jadi, apakah sekarang kalian bisa menunjukkan kepadaku, kemana aku harus mencari sosok setengah dewa itu?”
Salah satu di antara pimpinan agama yang duduk berjejer di kursi paling depan berdiri. “Tuan tidak perlu repot-repot mencarinya. Sebentar lagi ia sendiri yang akan menemui Tuan di sini,” ucapnya kemudian.
Benar, tak lama kemudian datang serombongan sosok berseragam memasuki gedung, dan salah satu dari mereka mendekatiku. “Sekarang sudah saatnya kita berbincang di tempat yang semestinya,” katanya sembari menyodorkan tangan untuk mengajakku berjabat tangan. Kami berdua lantas keluar gedung diikuti rombongan dengan diiringi sorak sorai para hadirin. Sampai di luar gedung aku dibimbing menuju sebuah sedan mewah yang sudah dipersiapkan. Pada saat itu jiwaku seperti melambung. Sampai di tempat tujuan, aku diantar ke sebuah kamar yang cukup bagus. Sebelum petugas yang mengantarku berlalu, ia menyampaikan sesuatu. “Tuan istirahat di sini dulu. Dua hari lagi Tuan akan menghadiri pertemuan akbar.”
Di kamar itu aku dilayani dengan pantas. Tapi entah mengapa aku tidak begitu menikmatinya, mungkin karena aku sudah tak sabar menanti pertemuan akbar itu. Karena kupikir hal itulah yang menjadi impianku selama ini. Dan ketika sampai di hari itu, rasa senangku berlimpah. Bangun pagi, mandi, dan mematut diri dengan pakaian yang petugas sediakan. Sampai di gedung pertemuan, aku diminta duduk di kursi terdepan. Ah, rasa senangku tak bisa kusembunyikan. Namun rasa itu ternyata tidak lama, karena setelahnya ada bayangan yang sangat mengganggu di benakku. Dalam bayangan itu aku berhasil bertemu dengan sosok setengah dewa. Sosok itu sangat berwibawa, yang tidak goyah sedikit pun dengan berbagai laporan yang disampaikan kepadanya. Sebelum pertemuan itu ditutup, sosok itu bicara singkat dan jelas. Ia memberitahu bahwa waktu kematianku akan jatuh pada hari kelima setelah pertemuan itu.
Sekarang aku tidak ingin basa-basi kepada kalian. Begitulah akhir dari ceritaku, dan izinkan aku bertanya, adakah di antara kalian yang bisa membantuku? ***
*Yuditeha. Pendiri Komunitas Kamar Kata Karanganyar.