PANDEMI
masih mendengar. telinga makin peka meski
dilarang menyimak radio memirsa tv. kita
terkurung—tetap dikurung. terus rindu era normal
2/2121
SAJAK ANOMALI
terkejut saat tahu: kamu mati bukan karena virus,
(sebab) telah tertulis—janji-Nya bagi yang hidup
bukan golongan kena musibah—tapi kaum yang berpuasa:
tertidur dan jaga saat dzuhur, dan masih terus harus puasa
masih harus banyak berpergian, masih harus banyak
bergaul—bersilaturahmi tanpa harus jaga jarak
2/2121
- Iklan -
LANGGAM 2020
mati itu akibat sejenis virus, yang memapar ketika
lahir—bayi menangis saat merasa mulai terinfeksi
virus yang dilemahkan, tapi semakin kuat ketika
kamu semakin renta—sekarat. mata membelalak
”tapi jangan takut menjadi tua, asalkan rajin shalat
jangan takut korona, sebab yang hidup pasti mati”
SOREANG,1
jarak memisah—lockdown pandemi memperpekat
pilu, saat dalam terpisah hanya bisa mengenangkan
seperti lirik sebuah lagu: yang jauh di mata semakin
dekat di hati—tapi tidak (pernah) bisa dijangkau
kemudian pelan-pelan ditimbuni waktu—jadi mayat
(lubang galian dipadatkan. dibeton—dikeramik)
tidak bisa ke mana-mana. diam di dalam lahat saja
—merintih. rindu dan (kekal) sendirian
2/2121
SOREANG,2
ingin pulang ketika penghujan, dan berhujan-hujan
seperti saat sr (dulu)—tapi tak punya rumah tuju
serta ibu yang menggerutu, sambil (tetap) menyiapkan
mandi air hangat dan makan—dengan sambal tarasi
dan ayah yang mengomel (terus) di sepanjang petang
—mengulang-ngulang nasihat (sepanjang petang)
yang ada, kini: rindu. sunyi sendirian
2/2121
BENI SETIA. Pengarang
E-Mail: setiabenny68@gmail.com