Oleh Deffy Ruspiyandy
Ketenangan adalah hal yang diharapkan oleh setiap manusia. Dengan hal ini maka siapa pun akan nyaman di dalam menjalani kehidupannya. Rancangan Islam begitu jelas jika ketenangan hidup hanya akan didapatkan melalui proses yang baik dan yang menjadi fondasi akan semua itu adalah mengutamakan nilai-nilai agama serta berusaha selalu mendekat kepada Allah Swt. setiap saat.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’d : 28)
Tak mengherankan jika jauh-jauh hari Islam menjadi tuntunan agar manusia bisa tenang dalam hidupnya. Islam sesungguhnya tak pernah memberatkan umatnya. Namun semua yang menimpa dan menumbuhkan perasaan gelisah tak menentu sebenarnya tercipta karena orang yang bersangkutan sengaja mengundang kegelisahan itu. Sehingga tak pernah ia dapatkan ketenangan-ketenangan yang diharapkannya.
- Iklan -
Tak bisa dipungkiri pula bahwa ketakwaan pun bisa menjadi tolok ukur akan ketenangan hidup seseorang. Perhatikan saja, orang yang selalu menjalankan ibadah tentu akan mampu menciptakan kondisi di mana ia tidak merasa terbebani dan terasa ringan tanpa beban.
Tetapi beda lagi dengan orang yang selalu berbuat dosa maka hidupnya akan selalu gelisah karena selalu dibayang-bayangi dengan perbuatan buruk yang telah dilakukannya serta hatinya tak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kesalahannya.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS al-Fath: 4)
Sejatinya jika manusia ingin hidupnya tenang maka ia harus mampu meninggalkan perbuatan dosa.
Perbuatan dosa dapat diibaratkan karat yang ada dalam hati maka haruslah terus dibersihkan. Upaya yang dapat dilakukan tentu saja tak lepas dari ketentuan Islam itu sendiri yang memerintahkan umatnya untuk senantiasa dekat dengan Allah dan mengingat-Nya.
Dengan selalu mengingat Allah dalam berbagai kesempatan maka ada semacam kendali untuk tidak melakukan perbuatan dosa. Muslim yang baik akan berusaha menyibukkan dirinya dengan amal saleh hingga mampu melakukan tentang perbuatan dosa.
Islam tak pernah memberatkan umatnya tetapi Islam pun memberi panduan yang begitu nyata tentang ketenangan yang bisa didapatkannya. Jelas sebuah ketenangan hati tidak akan pernah didpatkan oleh orang yang justru terlalu banyak melakukan perbuatan dosa. Artinya, jikalau hati ingin senantiasa tenang, tentu saja satu langkah yang bisa dikedepankan adalah berusaha mengkondisikan dirinya untuk selalu berada dalam lingkaran kebaikan yang diridai Allah.
Mana mungkin Allah akan memberikan ketenangan itu jika apa yang dilakukan umat-Nya bertentangan dengan apa yang diperintahkan-Nya. Karenanya, manfaatkan waktu yang ada untuk beribadah kepada Allah sehingga Allah meridai dengan apa yang telah dilakukan.
Percuma saja kita berusaha ingin selalu mencari ketenangan dalam hidup, sementara kita sendiri jauh dari hal-hal yang mampu menenangkan hati.
Karena sudah tentu segala hal yang bertentangan dengan perintah Allah maka akan semakin menjauhkan kita dekat dengan-Nya. Semakin jauh hati kita dengan Allah, maka tentunya Allah menjauhkan dengan apa yang kita butuhkan.
Intinya, manusia yang sungguh-sungguh mencari ketenangan makai akan menjauh dari perbuatan maksiat dan akan semakin mendekat kepada Allah.
Disadari pula kesulitan pun seringkali membuat orang tidak tenang di dalam menjalani kehidupannya.
Sesungguhnya kesulitan itu adalah cara Allah untuk menguatkan umat-Nya serta menguji di antara mereka, siapa yang paling bertakwa.
Pada satu sisi dengan ujian ini ada yang membuat orang mampu keluar dari tekanan yang ada karena ketakwaan dan ketenangannya menghadapi kenyataan itu. Namun pada sisi lain, ada pula orang yang justru melihat kesulitan itu petaka sehingga hatinya menjadi gundah lupa kepada Tuhannya sehingga kemudian melakukan perbuatan dosa yang membuatnya menjadi merasa tak tenang dan gusar karena tak sanggup menghadapi kenyataan yang terjadi.
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq : 3).
Artinya semakin nyata jika kita berharap tentang ketenangan dalam hidup, kuncinya hanya satu yaitu mampu menanamkan ketakwaan yang utuh pada diri kita sehingga dalam waktu apa pun kita akan mampu mengingatnya.
Tentu saja kita harus memahami jika Allah pemilik ketenangan yang abadi. Sangat pantas jika kemudian kita selalu memohon kepada-Nya dalam doa-doa yang kita panjatkan.
Salah satu agar mendapat ketenangan hati dalam hidup selain berzikir, ya tentu saja berdoa karena apa yang dimohonkan untuk ketenangan itu maka Allah pun sudah pasti akan memberikannya.
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS.al-Mukmin : 60).
Oleh sebab itu jika memang menginginkan ketenangan hidup tak ada cara lain kecuali jelas mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.
Aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah bukan untuk membuat kaum muslim semakin tersiksa tetapi justru dengan adanya hal itu maka seorang muslim harus menjadikan kesempatan itu menjadi media dekat dengan Aallah
Karenanya agar hati semakin hari semakin tenang segeralah berusaha menjadi orang bertakwa karena orang yang bertakwa sangat disukai Allah sehingga semakin dekat dengan Allah maka ketenangan yang diharapkannya itu akan semakin mudah untuk diraihnya.
Tentunya sesuatu yang dilakukan dalam kebaikan dan dalam upaya ketaatan kepada Allah maka dapat dipastikan akan memudahkan segalanya. Kebaikan yang sering dilakukan membuat hati menjadi semakin terikat dan semakin dekat dengan Allah. Sehingga dengan realita maka ketenangan itu akan menjadi sebuah kenyataan bukan utopia lagi. ***