Oleh Septi Retnowati, S.Pd.
Saat ini genap satu tahun pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara daring. Dalam jangka waktu satu tahun tersebut pembelajaran mengalami masa-masa yang sulit karena baik siswa ataupun guru tidak dapat berinteraksi dalam proses pembelajaran secara tatap muka.Semua hal yang berkaitan dengan aktivitas pendidikan dilaksanakan tanpa melalui tatap muka.Tujuan pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 pada dasarnya perpedoman pada tetap terlaksananya proses pendidikan atau belajar mengajar dengan tidak memberatkan siswa dengan adanya tugas atau materi pembelajaran yang menumpuk. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pembelajaran daring memiliki banyak sekali kendala antara lain: siswa harus menggunakan gawai (Hand Phone), laptop, komputer yang harus terkoneksi dengan internet. Tidak hanya berhenti pada perangkat yang harus dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran daring, tetapi siswa harus memiliki kuota internet sehingga siswa mampu mengunduh materi atau tugas yang diberikan guru atau pendidik yang selanjutnya juga digunakan untuk pengiriman tugas.
Dengan pelaksanaan pembelajaran daring, secara tidak langsung kemerdekaan siswa dalam pembelajaran terenggut dengan paksa. Hilangnya kemerdekaan belajar siswa. Pertama, Siswa mengikuti pembelajaran dengan hasil yang tidak optimal. Berbeda dengan proses pembelajaran tatap muka dimana siswa dapat berinteraksi secara langsung baik dalam pembelajaran teori maupun praktik. Hal ini memudahkan bagi siswa ataupun pendidik ketika mereka mendapatkan kesulitan dalam pemahaman materi ataupun penyelesaian tugas-tugas. Siswa dapat menyampaikan setiap kendala yag didapatkannya dengan penyelesaian guru/pendidik sebagai fasilitator dalam belajar. Akan tetapi, ketika pembelajaran dilaksanakan secara daring siswa mengalami kendala terkait penjelasan dari guru yang memang terbatas secara waktu dan kesempatan. Bapak Menteri Pendidikan menghimbau kepada setiap satuan pendidikan untuk membuatkan jadwal khusus dengan materi serta durasi waktu yang lebih pendek dibandingkan materi dan durasi waktu pada saat pembelajaran tatap muka dengan tujuan menghindari kejenuhan serta pembelajaran dapat tetap terlaksana walaupun harus melalui pembelajaran daring.
Kurang optimalnya proses pembelajaran akan berdampak pada tidak maksimalnya pembelajaran yang pada akhirnya akan memberikan dampak kurang optimalnya hasil pembelajaran yang diterima oleh siswa. Hal ini bisa terlihat dari setiap evaluasi yang diikuti oleh siswa dengan hasil yang masih belum tuntas lebih banyak dibandingkan pada saat pelaksanaan evaluasi pembelajaran tatap muka. Kondisi ini pun dirasakan oleh siswa dengan kurangnya penguasaan materi siswa yang jauh lebih rendah pada saat pembelajaran daring dibandingkan pada saat pembelajaran tatap muka.
- Iklan -
Kedua, Siswa kehilangan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan praktik. Proses pembelajaran baik formal ataupun nonformal tidak hanya menitikberatkan pada pembelajaran yang bersifat teori saja. Akan tetapi, untuk mata pelajaran tertentu diperlukan pembelajaran secara praktik sehingga kompetensi yang diperlukan mampu dipelajari secara optimal. Misalnya untuk mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Mata pelajaran ini tidak hanya membutuhkan materi secara teori saja akan tetapi sangat diperlukan materi praktiknya sehingga mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung kesehatan fisik.
Selain contoh mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, siswa yang mengenyam pendidikan kejuruan seperti sekolah kejuruan, pembelajaran praktik sangatlah diperlukan. Karena siswa tidak hanya memerlukan materi yang bersifat teoritis tetapi harus didukung dengan materi yang bersifat praktik agar skill ataupun kompetensi yang dimiliki siswa dapat dikuasai sepenuhnya. Jika siswa Kejuruan Jurusan Teknik Otomotif Di SMK Negeri Ambal misalnya, mereka tidak hanya diajarkan tentang pengertian kelistrikan pada mobil tetapi diajarkan secara praktik agar siswa mampu menunjukkan komponen-komponen kelistrikan pada mobil atau dapat menunjukkan bagaimana sistem kerja kelistrikan pada mobil. Jika jurusannya Tata Boga, siswa dapat menunjukkan bagaimana proses pembuatan kue, dan jika jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran, siswa akan dapat mengoperasikan penggunaan timbangan digital. Dengan demikian pembelajaran praktik sangatlah diperlukan dan hal seperti ini sangat minim atau bahkan tidak didapatkan siswa selama pembelajaran daring.
Ketiga, Siswa kehilangan kesempatan mengikuti kegiatan prakerin. Bagi siswa yang mengenyam pendidikan kejuruan, kegiatan prakerin merupakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha atau dunia industri yang relevan dengan kompetensi (kemampuan) siswa sesuai bidang keahlian yang dipelajari di sekolah. Setiap lembaga pendidikan khususnya sekolah kejuruan, akan melaksanakan kerja sama dengan dunia usaha ataupun dunia industri dalam rangka pelaksanaan kegiatan prakerin. Hal ini bertujuan agar siswa dapat magang di suatu tempat kerja baik di bidang usaha maupun industri agar siswa memperoleh ilmu pengetahuan dasar yang akan mereka terapkan dalam dunia usaha atau dunia industri setelah lulus karena pada dasarnya lulusan sekolah kejuruan siswa dipersiapkan untuk siap bekerja ataupun berwirausaha.
Sementara itu, dengan diberlakukannya pembelajaran daring siswa tidak atau belum diizinkan melaksanakan kegiatan prakerin di dunia usaha ataupun di dunia kerja. Hal ini disebabkan karena pemerintah atau dinas pendidikan tidak mengizinkan siswa mengikuti kegiatan secara berkerumun. Dengan meminimalisir kegiatan yang mengarah pada kerumunan massa maka diharapkan wabah covid-19 mampu ditekan. Sebagai ganti dari pelaksanaan kegiatan prakerin, satuan pendidikan menggantikan kegiatan tersebut dengan kegiatan projeck work yang secara teknis dilaksanakan di rumah. Misalnya untuk jurusan Tata Boga, siswa membuat suatu produk secara mandiri dengan mendapatkan teori dari pembimbing secara daring dan selanjutnya siswa mempraktikkan bagaimana proses pembuatan produk tersebut sampai pada pemasaran serta pelaporan hasil.
Keempat, Siswa kehilangan kesempatan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Pada dasarnya siswa memiliki kemampuan ataupun bakat yang terpendam pada diri siswa secara berbeda-beda. Di lingkungan satuan pendidikan, sekolah menyiapkan wadah khusus yang dapat digunakan untuk mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimiliki siswa dalam bentuk ekstra kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan siswa di luar jam pembelajaran untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan di berbagai bidang di luar akademik.
Lagi-lagi dengan wabah covid-19, siswa tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti halnya pada saat pembelajaran tatap muka. Karena pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler akan kental sekali pelaksanaannya secara bergerombol atau berkerumun. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan secara berkerumun inilah yang nantinya dapat berdampak makin merebahnya wabah covid-19. Dengan tidak diizinkannya pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler maka siswa tidak dapat secara optimal mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimilikinya. Misalnya siswa yang memiliki kemampuan basket akan kesulitan untuk mengembangkan kemampuan bermain basket karena permainan basket akan dipelajari siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Sampai saat ini belum ada yang dapat memastikan sampai kapan wabah covid-19 akan berakhir. Ini berarti bahwa pembelajaran tatap belum dapat dipastikan kapan dapat terlaksana. Akan tetapi, walaupun pembelajaran masih terlaksana secara daring diharapkan mampu terlaksana dengan baik serta lancar meskipun terdapat banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Kita berharap pembelajaran tatap muka akan dapat segera terlaksana seperti yang tercantum pada Keputusan Empat Menteri Bersama tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Secara Terbatas pada Selasa, 30 Maret 2021.Pada akhirnya, tetaplah bersemangat untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam kondisi serta situasi apa pun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
-Penulis adalah Guru SMK Negeri 1 Ambal Kebumen