PARADOKS KEMATIAN
ia kematian yang kekal, nampak sayu
ketika mata perlahan menutup usia,
di antara labirin-labirin kata yang mangatup,
memunculkan kehancuran demi kehancuran.
kematian nampak abadi, seusia
tubuhmu kembali, mengurai pada tanah,
menyembah pada pasrah,
diambil Tuhan segala yang bersembah.
mati adalah paradoks paling ngeri,
yang mengguncang segala lorong diri,
dan kematian demi kematian, begitu saja
dibiarkan manusia, yang kufur sentosa,
membuat tanah memunculkan amarah.
kitalah yang lena,
alam murka,
kematian tiba sedianya.
- Iklan -
Kendal, April 2021
GEREJA MILIK TUHAN
menyangkal maut adalah jalan semrawut,
menuai kematian tak pernah habis
pada sebuah ledakan.
aku masih menyebut-nyebut namamu,
ketika tahiat menunaikan petuah Tuhan.
di Gereja Katedral, sebuah dentuman
sekeras pukulan yang menghabisi nafas panjang,
duaaak . . . duarr . . .
bukan luka yang sampai tubuh ini,
tapi sebuah tragedi kemanusiaan,
untuk tamu-tamu di Gereja Tuhan,
sebagai kesunyian yang dibangunkan
atas nama Tuhan.
Gereja-gereja milik Tuhan, tempat sembah
dan tunaikan resah, dibekap oleh aksi memalukan,
menebang gerbang-gerbang kepercayaan.
katanya, atas nama Tuhan,
sedang ia sendiri tak paham,
Gereja juga milik Tuhan.
Kendal, April 2021
IBADAH KITA TELAH DIKUMANDANGKAN
ramadan lalu, kita beribadah dalam kesunyian,
menunaikan rakaat-rakaat dalam rumah kita,
ramadan yang mekar dimana-mana, tak hanya
pada masjid-masjid yang mendaras kesucian
ramadan lalu, ibadah kita di masing-masing rumah
mendekapi gelisah yang tumbuh dalam rumah
mendaras ayatNya yang penuh karamah
kini, ibadah kita telah dikumanangkan,
kembali ditumbuhkan dalam masjid dan musala
dengan segala keterbatasan dan pembatasan
kita tak boleh lengah menggapai ibadah
dalam rakaat yang ditunaikan semalaman
kita telah mengumandangkan ibadah,
sembari berserah dan menyembah ilah
mendaras doa dan memohon hidayah.
Kendal, April 2021
PUASA DARI DOSA
bukankah seharusnya, manusia berpuasa setiap nyala
mata berbinar melihat segalanya, bukankah manusia
diharuskan berpuasa dari yang membuatnya berdosa
bukahkah, puasa adalah doa-doa yang ditunaikan menghapus dosa?
puasa bukan hanya soal menahan makan dan dahaga,
puasa adalah soal menghindari yang fana, lena, dan luka
setiap nyala mata yang menghujam, setiap mata yang memejam
puasa adalah puisi dan kata-kata yang dibebaskan berdoa
memetik pahala dan segala yang mengantarkannya ke surga,
bukankah?
Kendal, April 2021
SEROJA
seroja oh seroja
yang tampak dan hadir begitu saja
bukankah kau bunga oh bunga
yang cantik jelita
seroja oh luka
kenapakah kau lupa
seroja
angin oh seroja,
berdamailah dengan kita
matilah pembalasan kita berdekapan
Kendal, April 2021
M. Lukluk Atsmara Anjaina, lahir di Kendal, 22 April 2000.Aktif di Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Universitas Diponegoro dan Komunitas Sastra Pelataran Sastra Kaliwungu.Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Diponegoro.Menuis Puisi dan Esai.Antologi puisi tunggalnya adalah Ruh dan Keabadian dan beberapa puisinya diterbitkan dalam beberapa antologi puisi bersama, seperti Gus Punk (Antologi Puisi untuk Gus Dur, 2019) dan Percakapan Hari Libur (Antologi Puisi Peserta Pelatihan Menulis Puisi, 2020).Esainya terbit dalam beberapa kumpulan esai bersama, seperti Ramadan di Kampung Halaman (Kumpulan Esai Lesbumi Kendal, 2018); Bacaan Pertama – Sekumpulan Pengakuan Diri Terhadap Bacaan (Medan Keabadian Kata, 2018); Panoptikum Covid-19: Sebuah Karya Awal – Antologi Esai Peserta Bengkel Bahasa dan Sastra Penulisan Kreatif untuk Pegiat Komunitas di Kabupaten Temanggung (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2020); Jalan Puisi dan Patembayatan – Bunga Rampai Mengenang Sosok dan Karya Iman Budhi Santosa (Komunitas Lereng Medini, 2021). Tulisannya dimuat di berbagai media online.Kini menjabat sebagai ketua Forum Generasi Berencana Provinsi Jawa Tengah, organisasi yang fokus pada persoalan remaja, triad KRR dan Gender.Bisa disapa melalui Instagram @luklukanjaina.