Jalan Tuhan
Ia telah memutuskan berjalan sendirian
di antara seluruh malam dan jalan menuju Tuhan
ia meletakan abu kematiannya sendiri
diberbagai jenis musim dan kelamin
ia menyaksikan dirinya menjelma kepulan asap
di pembakaran mayat
yang kering dan sekarat
2020
Tuhan Lain
bisakah kau memilih orang lain selain diriku
untuk kau tenggelamkan ke dalam malam
dan seisi kesunyian
atau kau memilih waktu lain
selain musim semi di dalam diriku
untuk kau bairkan dihujani beribu kepalsuan
bisakah kau menyediakan Tuhan lain
selain Tuhan yang siang-malam
dititipi pengampunan doa
yang tak harap bisa Dia kembalikan
ke dalam sukmaku
ke dalam kepercayaan
ke dalam dirimu
- Iklan -
2020
Ketika Maghrib Menepi
kulepaskan lidahku ketika wajahmu
berpaling melepas tatapan
angin membawa gemuruh keresahan
dan hari-hari yang kau tulis
dari kemelaratan dada seorang
yang melemparkan mimpi ke sarang sengsara
sebelum seluruh waktu mengelupas
sesaat sebelum para pejalan
merayakan airmata pertama sore itu
penggalan maghrib menepi di ujung bibirmu
tempat tanya dan doa mengoleskan nafsu dan inginnya
2020
Sebuah Akhir
dalam gemuruh dada
masing-masing telah kita lepaskan
kengerian dan penciptaan
melalui satu luamatan yang
tak akan tenggelam dari arus ingatan
lalu engkau membekali diriku
dengan pejaman mata dan amuk kesepian
yang merongrong
dari dalam dirimu
sementara aku lunglai menyelami waktu
telapak kaki dan engkau melambai bersama tanya
sesaat sebelum kita disesatkan arah nasib
kuharap tak ada hari kembali
untuk kita mengelupas dan menyerahkan diri
2020
Pemuda Penganggur
pemuda penganggur duduk di teras
sembari memandangi air hujan
yang terpercik ke permukaan mata
pucat wajahnya di sisi tembok
ia rahasiakan diri kepada fajar
kepada dentang suara tukang roti
yang melukai tiap kali keteguhan
memekik di antara pengap dan bising kepala
hari ini asap rokok mengepul dari mulutnya
sementara tangan-kaki dibiarkannya
merajut lapar demi lapar esok pagi
hari ini serba cemas
hari kini serba pincang
pemuda penganggur berdiam diri di amuk pandemi
menunggu kemiskinan menggerogoti harga diri
2020
Hari Pandemi
pada hari-hari pandemi, planet bumi meluncurkan bola waktu
yang siap meledak di tiap peristiwa
masker menyisakan biaya kecantikan
kasur rumah sakit yang tiap malam berganti alarm kematian
kecemasan di sudut ruang kerja
materi kuliah dan tiket perjalanan membeku di setiap tanggal
mata curiga beradu dengan udara
biaya rumah sewa dan kuota
mencengkram setiap lapisan
sementara saya sangat hafal
jatah gaji bulanan yang ludes-seketika
apalagi rentetan angka
yang merontohan harga manusia
2020
*Efen Nurfiana, lahir pada tanggal 14 April 1996. Bergiat di Komunitas Pondok Pena Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Karya-karyanya pernah termuat dalam beberapa antologi dan koran. Dapat dihubungi melalui Email: nurfiana.efen@gmail.com. Facebook Efen Nurfiana.