Oleh Atiyatul Mawaddah
Namanya Ibu Yurianis, seorang guru matematika yang juga atasanku di sekolah. Beliau dikenal sebagai guru yang sangat tegas di mata para siswa maupun rekan sesama guru. Orang lain menganggap sosoknya sebagai pribadi yang dingin dan jarang tersenyum.
Sebagai guru, Ibu Yurianis tidak akan memberikan toleransi untuk siswa yang bolos di jam pelajaran dan tidak mengerjakan tugas. Banyak siswa yang takut ketika bertemu sosoknya. Begitu pun dengan para guru. Ibu Yurianis yang juga sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum akan menegur dengan tegas guru-guru yang tidak disiplin mengajar di kelas.
Tentu ketegasan tersebut membuat banyak orang berpikir negatif terhadap Ibu Yurianis. Namun, suatu siang, kami semua dibuat terkejut atas pengakuan salah satu siswa yang datang ke ruang guru untuk menemui sang wali kelas dan meminta maaf karena sempat membolos kemarin.
- Iklan -
“Saya meminta maaf karena saya telah membuat kesalahan. Padahal saya berjanji untuk menjadi anak yang lebih baik lagi. Memang selama ini, biaya sekolah saya dibantu oleh Ibu Yurianis. Alhamdulillah saya bisa melanjutkan pendidikan menengah atas hingga detik ini meski saya adalah seorang yatim piatu. Saya tidak ingin mengecewakan Ibu Yurianis,” ujar si siswa dengan muka tertunduk di depan wali kelasnya.
Guru-guru yang turut mendengar pernyataan itu tentu terkejut, karena di balik ketegasan Ibu Yurianis ternyata ada hati lembut yang mulia.
Selama ini, Ibu Yurianis diam-diam membantu siswa yatim piatu seperti si Fulan. Aku jelas berdecak kagum. Secara sembunyi-sembunyi Ibu Yurianis melakukan kebaikan luar biasa. Bagiku pribadi, membantu orang lain baik berupa materi maupun non-materi, sudah sangat biasa, siapa pun bisa melakukannya.
Setiap hari aku hampir melihat banyak orang melakukan kebaikan. Namun yang tidak biasa adalah melakukan kebaikan secara diam-diam, khawatir ada perasaan bangga yang lantas bermetamorfosis menjadi ‘kesombongan’.
Salut untuk Ibu Yurianis. Dua jempol untuk beliau pun rasanya belum cukup. Tak berlebihan kiranya jika aku sebut beliau sebagai ‘guru berhati emas’.
Membantu anak yatim seperti yang dilakukan Ibu Yurianis, menjadi pengetahuan mendasar yang diketahui umat Islam. Semua tahu. Namun sedikit yang memahami. Padahal, sudah tertera di dalam Al-Qur’an: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari) orang-orang bermuka masam penuh kesakitan. Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra.” (Al-Insan: 8-12)
Dan jika kita ingin mengcopy-paste kebaikan yang dilakukan Ibu Yurianis, kita bisa melakukan hal di bawah ini, yaitu cara berbuat baik kepada anak yatim:
- Memberinya makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya.
- Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim. Ibnu Umar ra jika melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu.
- Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseorang ingin menyekolahkan anaknya.
- Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya sendiri.
- Jika ia melakukan perbuatan yang mengharuskan di beri hukuman maka bersikap lemah-lembut dalam mendidiknya.
- Bertakwa kepada Allah dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya, hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya.
- Mengembangkan harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis oleh zakat.
*Atiyatul Mawaddah, Guru SMK Negeri 4 Jember.