Oleh Anisa Rachma Agustina
Kesunyian menembus pekatnya malam, hari itu sang gadis berkulit cokelat mulai berpikir tentang harapan, cita dan asa yang tak kunjung terwujud. Dibarengi dengan dinginya angin malam yang menyelinap lewat lubang fentilasi, gadis berkulit coklat itu mulai menulis satu persatu harapanya dalam selembar folio, dikumpulkannya puing-puing harapannya, dirangkai menjadi satu dia terispirasi dari seorang dosen mata kuliah akhlak tasawuf Bapak Sigit Tri Utomo, M.Pd. yang mengisahkan tentang beberapa contoh orang yang menuliskan harapan, doa, cita, dan asanya pada selembar kertas, laiknya surat cinta untuk sang kekasih.
Gayung bersambut gadis berkulit cokelat itu menuliskan doa-doanya dan diberi judul “100 Doa” sebuah tulisan sederhana dari tangan mungilnya. Akhirnya terkumpul sudah 100 doa dalam lembar folio itu. Dalam salah satu pertemuan dengan Pak Sigit panggilan akrab kami, beliau bercerita bentangkan saja sajadah dan letakan doa-doamu dibawahnya. Gadis berkulit coklat itu mencoba setiap membentangkan sajadah sembari meletakkan kertas doa itu dibawahnya. Sembari berdoa dia juga gemar menulis, apapun ia tulis dari sajak, pertanyaan-pertanyaan, impian liburan, wedding dream, maupun unek-uneknya.
Literasi dalam KBBI berarti kemampuan menulis dan membaca, sedangkan doa menurut KBBI merupakan permohonan, harapan, pujian kepada Tuhan. Literasi doa merupakan kegiatan menulis dan membaca untuk memohon pengaharapan kepada tuhan. Melibatkan Allah dalam segala perkara akan memudahkan kita dalam segala urusan. Kala itu liburan semsteran ii, untuk mengisi kekosongan waktu liburan kami, saya belajar menulis artikel populer berupa opini saya selalu berkomunikasi dengan salah satu dosen hebat yang sekaligus penulis Bapak Hamidulloh Ibda. Saya selalu berharap salah satu tulisan saya bisa tembus media cetak dengan berharap bisa mendapat honor sebesar Rp 250.000.
- Iklan -
Banyak tulisan saya yang belum bisa dimuat di media cetak, tapi saya tidak pernah berhenti berusaha dan berdoa berharap suatu saat tulisan saya bisa tembus koran. Suatu ketika saya mendapat sebuah link lomba menulis jurnalistik yang diadakan Kemendikbud dari Pak Ibda, dengan tema literasi keluarga dan salah satu ketentuannya adalah dimuat di media yang sudah diverifikasi Dewan Pers. Saya coba menulis opini untuk lomba itu setelah itu saya kirimkan ke Pak Ibda untuk mendapat komentar dan revisi, setelah di komentari beliau saya revisi tulisan saya, Pak Ibda menyarankan tulisan saya untuk dikirim ke koran Duta Masyarakat. Pada tanggal 5 Agustus 2019 saya coba kirim tulisan saya yang berjudul “Membudayan Literasi Keluarga Lewat Perpustakaan Mini” ternyata tulisan saya ditolak oleh redaksi koran Duta Masyarakat karena tak kunjung dimuat.
Gayung bersambut pak Ibda menyarankan saya untuk mengirim tulisan saya ke media online yaitu Galamedia.news pada tanggal 9 Agustus 2019 saya mengirim tulisan saya ke sana, akhirnya tulisan saya dimuat Galamedia.news saya daftarkan tulisan saya beserta link dari media online tersebut untuk berkompetisi di lomba karya jurnalistik. Kala itu saya masih gemar menulis opini-opini saya kirim ke media namun belum juga tembus. Pada tanggal 25 Oktober 2019 waktu itu saya pulang dari mengantar kondangan salah satu sahabat saya, ketika saya membuka handphone saya kaget, karena nomer saya masuk dalam grup lomba Jurnalblogvlog 2019 Kemendikbud, dengan segera saya langsung menghubungi Pak Ibda saya kira saya disuruh ikut lomba membuat jurnal.
Setelah saya konfirmasi dengan beliau ternyata saya masuk nominasi 10 besar lomba jurnalistik Kemendikbud kategori opini, waktu itu Pak Ibda bilang “siap-siap saja ke Jakarta” waktu itu saya belum memberitau orang tua saya karena saya masih ragu ini benar atau mimpi. Gayung bersambut saya menghubungi panitia tentang kebenaran lomba itu, ternyata ini benar dan bukan sebuah penipuan. Saya bercerita kepada orang tua saya, kalau waktu dekat saya akan ke Jakarta untuk menghadiri pengumuman juara.
Waktu itu Pak Ibda menuturkan juara ataupun tidak tetap akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, plakat, dan piagam. Saya masih bingung kala itu ini nyata atau hanya sekadar angan, dalam grup tadi panitia memberihaukan bahwa acara malam penganugerahan pada tanggal 5-7 November 2019. Saya mempersiapkan semua perlengkapan dengan hati yang amat bangga, dan sangat senang karena akan jalan-jalan ke Ibu Kota secara gratis karena semua biaya ditanggung pemerintah, saya selalu berkoordinasi dengan Pak Ibda tentang pembelian tiket pesawat, dan perlengakapan apa saja yang harus saya bawa.
Semua peserta pada saat malam puncak dianjurkan untuk mengenakan kebaya untuk perempuan dan batik untuk laki-laki, ibu saya adalah seorang penjahit dan ibu saya membuatkan baju kebaya untuk saya kenakan di sana. Pada tanggal 5 November 2019 keluarga saya mengantar saya sampai Bandara Ahmad Yani Semarang. Sebelum berangkat saya sudah minta doa restu kepada kedua orang tua saya. Ayah saya sampai mengantar saya ke pintu sebelum keberangkatan.
Sampai di Jakarta masih sangat pagi padahal panitia sudah memberi tahu bahwa chek in hotel pukul 14.00 WIB, saya menunggu di bandara Soekarno Hatta terminal 3, sembari menunggu saya tidur di musala, setelah itu naik Damri sampai Hotel Menara Penisula. Sampai hotel saya bertemu dengan para peserta yang lain kebanyakan mereka adalah para senior, kecuali kategori vlog yang didominasi anak muda, sedikit berbincang dengan mereka, akhirnya kami didata oleh panitia dan mendapat kunci kamar.
Acara yang dibuat sangat mengedukasi, dan memberikan wawasan yang lebih tentang pentingnya pendidikan keluarga. Di sana kami bertemu dengan para penulis dari berbagai latar belakang, dari kategori blog misalnya ada dua ibu rumah tangga yang gemar menulis membagikan pengalamnya sehingga bisa bergabung di dalam keluarga lomba jurnalistik Kemendikbud 2019, ada juga Pak Wiranto seorang guru seni budaya SMA di Salatiga yang amat lucu dan nyambung ketika ngobrol dengan saya, mungkin karena kami sama-sama berasal dari Jawa, sedikit guyonan beliau saat kami menyantap sarapan “ambil yang gak ada di Temanggung mbak” sambil tertawa saya jawab “iya pak siap”.
Tiga hari dua malam di Jakarta merupakan pengalaman sangat berharga untuk saya berbaur dengan para juru tulis hebat dari seluruh Indonesia, dan dari berbagai profesi. Saat pengumuman juara ternyata belum rezeki saya untuk membawa pulang juara, namun saya sudah bahagia berada pada posisi ini, pada waktu penganugerahan malam puncak semua peserta dibawa ke Balai Kartini. Kami bersama-sama berangkat ke sana mengendarai bus yang sudah disediakan panitia, dan saya dengan bangga mengenakan kebaya buatan ibu saya dipadukan dengan kain batik.
Karena ini acara Kemendikbud, waktu itu saya berharap sekali Pak Nadiem akan memberikan sambutan, ternyata bukan hanya saya namun semua tamu undangan di Balai Kartini pun berharap yang sama, saat pembawa acara mengumunkan bahwa Pak Nadiem tidak bisa memberikan sambutan semua isi Balai Kartini kecewa termasuk saya, saya adalah salah satu pengemar beliau, karena Gojek saya kenal Pak Nadiem saya ikut bangga ketika menggunakan Gojek sebagai aplikasi ojek online terpercaya. Acara berlanjut banyak artis IMB tampil di sana, sedikit gurauan saya dengan seorang wartawan di sebelah saya bernama Pak Susanto waktu itu saya bertanya pada beliau
Anisa: ”Pak kategori apa?”
Susanto: “ Feature mbak”
Anisa : “Wah wartawan ya pak? Kalo mau jadi wartawan gimana caranya pak?”
Susanto: “Ya daftar to mbak, kalo mau jadi kaya jangan jadi wartawan mbak jadi vloger aja hahahha”.
Sedikit perbincangan kami yang amat mengelitik saya banyak bertanya tentang dunia jurnalistik, sepertinya seru juga menjadi seorang wartawan. Setelah acara selesai kami berduyun-duyun kembali ke hotel, sesampainya di hotel, rekan-rekan kami mengajak untuk berjalan-jalan malam ingin merasakan udara malam kota Jakarta karena mereka notabenya berasal dari luar pulau akhirnya kami memutuskan untuk ke Senayan menikmati sate taichan sambil bergurau di sana.
Ternyata serangkaian acara sudah kami lalui rasanya kami tidak ingin berpisah, masih ingin sekali berbincang dengan para juru tulis hebat ini di bidang literasi, masih ingin bermalam di Hotel Menara Penisula, dan tentunya masih berharap bertemu dengan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, semoga lain waktu bisa berjumpa dan berjabat tangan dengan beliau.
Acara yang terakhir adalah presentasi dari sebuah media yang sudah tidak asing dikalangan kawula muda yaitu Grid.id. di sana kami diberikan wawasan dan pengetahuan pengelolaan Grid.id bagaimana cara membuat judul yang menarik sangat menginspirasi. Acara ditutup dengan foto bersama peserta dan panitia, sebelum kami berfoto bersama, saya menyempatkan untuk menyapa salah satu juara kategori opini beliau adalah Bapak Junaidi Juara 2 Lomba Jurnalistik kategori opini kebetulan beliau adalah rekan dosen kami Bapak Ibda. Selain saya minta foto pada beliau saya juga menyempatkan meminta tandatangan beliau. Dan pastinya saya memperkenalkan diri sambil berkata “Pak saya muridnya Pak Ibda”. Setelah itu pembagian hadiah, dan tunjangan transport. Ini merupakan berkah yang luar biasa, Rezeki yang tak disangka-sangka dari Allah.
Setelah bersua foto berarti rangkaian acara sudah berakhir satu persatu peserta meninggalkan hotel untuk kembali ke asalnya, termasuk saya kembali ke habitat saya. Setelah tiga hari menghirup udara Ibu Kota, sebelum saya pulang saya menyempatkan keliling hotel seperti melihat kolam renang, dan melihat Kota Jakarta dari atas gedung bertingkat itu. Saya menuju bandara Soekarno hata dengan santai, ternyata sampai sana saat saya ingin mencetak tiket setenggah jam lagi bording pas, waktu itu juga saya sudah tidak bisa memilih tempat duduk, karena saya terlalu mepet dengan jadwal bording dan kursi juga sudah penuh, jarak pencetak tiket dengan gate sanagat jauh sekali, saya baru pertama kali ke terminal 3, bandaranya sangat besar, saya berlari takut ketinggalan pesawat membawa tas ransel yang amat berat, beberapa buku dari Kemendikbud, plakat, dan piagam, sebarnya saya bisa naik angkutan bandara entah menggapa saya memilih untu berlari.
Adanya troli sangat mebantu perjalanan saya, sembari berlari saya bertanya di mana gate 25 karena memang terminal 3 luas sekali saya takut nyasar akhirnya saya sampai tujuan gate 25, lega sekali rasanya. Sudah banyak penumpang manunggu bording pas, semabari menunggu saya meneguk air mineral dibotol minum saya segar sekali rasanya sehabis joging di terminal 3. Ini adalah pengalaman kedua saya naik pesawat, namun pertama kali saya naik maskapai Garuda Indonesia, pelayanan awak kabin Garuda Indonesia memang tidak diragukan lagi, para pramugari amat ramah dan baik. Terimakasih ya Allah, Terimakasih ayah dan Ibu, Terimakasih Pak Ibda, Terimakasih Kemendikbud, Terimakasih Para Dosen, Terimakasih rekan-rekan saya, Terimakasih paman dan bibi saya, Terimakasih Garuda Indonesia, dan orang-orang yang selalu mendoakan saya.
Kebiasaan membentangkan sajadah dan menaruh list 100 doa di bawahnya masih berlanjut hingga sekarang, ternyata tiga dari 100 doa yang saya tulis dikabulkan oleh Allah yaitu, semoga tulisanku bisa laku, bisa dapat uang, dan bisa membaggakan orang tua, campur tangan Allah SWT begitu dahsyat, Allah memberikan berkali lipat dari yang saya minta, saya yang awalnya hanya berharab tulisan saya laku Rp 250.000 ternyata Allah berikan berkali lipat, bukan hanya materi namun juga pengalam yang sangat berharga, saya juga amat bahagia bisa membuat orang tua saya bangga, senyum bersinergi terpancar di wajah ayah dan ibu saya kala mengantarkan saya ke bandara. Semoga Allah lekas mengabulkan doa-doa yang lainnya.
Jangan pernah berhenti berdoa dan berharap, gantungkan semua harapan kalian kepada Allah, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita ingingkan Allah akan mengabulkan doa-doa kita saat kita benar-benar siap atau Allah akan menganti doa kita dengan hal yang lebih baik untuk kita, mari mulai menulis dan membaca doa-doa kalian lewat literasi 100 doa. Mulailah list apa saja harapan kalian dalam lembaran kertas lalu taruh dibawah bentang sajadah ketika anda shalat, setelah selesai shalat anda bisa bacakan reques doa-doa anda pada Allah, cari waktu-waktu mustajab seperti sepertiga malam, di sana anda akan merasakan sensasi bisa bermesraan dengan Allah, anda bisa berdoa, meminta, memohon kepada Allah. Disaat orang lain terlelap anda justru sedang mendekatkan diri pada sang pencipta. silahkan anda bisa membuktikannya sendiri.
-Penulis adalah Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung, Nominator Lomba Jurnalistik Pendidikan Keluarga Dirjen PAUD dan Dikmas Kemdikbud 2019.